Anda di halaman 1dari 16

KORUPSI

Korupsi sebagai fenomena


penyimpangan dalam kehidupan sosial
budaya, kemasyarakatan dan
kenegaraan sudah dikaji dan ditelaah
secara kritis
oleh banyak ilmuwan dan filosof.
Pengertian korupsi secara
etimologi, kata korupsi berastal
dari kata latin yaitu Corruptus
atau Corruption.Lalu menjadi
corruption karena diserap dalam
bahasa inggris dan Prancis dan
kemudian di belanda korupsi di
sebut dengan koruptioe,
sedangkan di indonesia disebut
korupsi.korupsi adalah pencurian
yang melalui penipuan dalam
situasi yang menghianati
kepercayaan.
Kemudian Guy Benveniste dengan cantik
memberikan pengertian korupsi menjadi tiga bagian
yaitu korupsi ilegal (corruption illegal), mercenery
corruption dan ideological corruption (korupsi
ideologis).
Pengertian illegal corruption (illegal corruption)
adalah suatu jenis tindakan yang membongkar atau
mengacaukan, bahasa ataupun maksud maksud
hukum, peraturan dan regulasi tertentu. Efektivitas
untuk jenis korupsi ini bisa diukur. Namun ia jauh
lebih mudah untuk dikendalikan.
Kemudian pengertian mercenary corruption adalah
sejenis korupsi dengan maksud untuk memperoleh
keuntungan individual / pribadi. Umumnya korupsi
jenis ini banyak digunakan oleh kompetitor politik
dalam suksesi ataupun kampanye politik.
Kemudian pengertian korupsi ideologis (ideological
corruption) adalah korupsi yang dilakukan lebih karena
kepentingan kelompok, karena komitmen ideologis
seseorang yang mulai tertanam diatas nama kelompok
tertentu. Ummnya korupsi ideologis sangat sulit
dilacak dan diketahui secara material
Perkembangan problem sosial yaitu
korupsi yang terjadi dibeberapa negara
telah membangkitkan para sosiolog
untuk terjun di dalam kasus korupsi dan
menganalisis sejauh mana tingkat
korupsi yang terjadi
Empat proposisi dalam upaya menjelaskankegunaan korupsi
pemerintah di Afrika Selatan
1. Perluasan kegiatan korupsi dapat dikaitkan dengan pesan
campuran yang berasal dari kepemimpinan nasional dari ANC.
2. Terkait dengan keengganan pemerintah untuk menyelidiki tuduhan
bahwa posisi negara dan sumber daya telah disalahgunakan untuk
keuntunagn ANC (Southall, 2007: 10) di mana dana negara
dialihkan oleh perusahaan minyak Negara PetroSA, melalui ANC
yang mengalami kesulitan keuangan sebelum pemilu 2004.
3. Adanya ambivalensi ANC terhadap konflik kepentingan. Secara
formal, ada penerimaan yang menggunaan jabatan politik atau
publik untuk mempromosikan kepentingan pribadi.
Bisa dikatakan bahwa upaya pemerintah
untuk mengatasi korupsi di atas, tidak mampu
untuk memberantas korupsi di tingkat bawah.
Southall (2007: 12) menyimpulkan: "Banyak
keberhasilan yang diperoleh dalam mengungkap
kasus korupsi di seluruh negeri. Namun, terdapat
kesan bahwa upaya pemerintah mengatasi
masalah korupsi adalah tanggung-tanggung,
sebagian alasannya dikarenakan masalah korupsi
sangat luas, dan sebagian lagi karena untuk
melakukannya akan melibatkan biaya politik
yang tinggi dari dana provinsi dan daerah. "
Dampak korupsi terhadap negara negara
maju, baik sosialis maupun kapitalis, tidak
membawa bencana yang terlalu besar apabila
dibandingkan dengan dampak korupsi yang
ditimbulkan terhadap negara negara
terbelakang, baik sosialis maupun negara non
sosialis. Dampak korupsi yang lebih sedikit
terhadap negara maju mungkin terjadi
disebabkan oleh kualitas masyarakat yang telah
maju yang lebih tahu teknologi dan efisiensi
sehingga mampu mengimbangi (tetap stabil)
akibat dampak buruk organisasi
diperusahaan swasta.
Korupsi terjadi dikarenakan
oleh adanya pemusatan
kekuasaan, birokrasi yang
tidak sehat, orientasi
masyarakat untuk
mengonsumsi, gaji yang
rendah, pengeluaran
pemerintah yang luar biasa
besaranya, persaingan
dalam pemilihan, dan tidak
adanya hukum yang efektif.
Cara terbaik dalam mengatasi korupsi
ataupun menciptakan iklim anti korupsi
dalam pemerintahan dan masyarakat
adalah dengan menegakkan negara
khilafah atau yang sesuai dengan
syariah Islam.
Selain itu dalam langkah pemerintah
yang taktis adalah desentralisasi. cara
mengatasi korupsi dengan pembagian
kekuasaan atau penyebaran kekuasaan.
Paper ini mengungkapkan bahwa sosiologi
memiliki peran penting dalam menghubungkan
antara pembangunan dan korupsi. Konstribusi
ini terutama terletak pada studi tentang
penegakan korupsi dan pengertian korupsi yang
berbeda. Sosiologi melihat bahwa korupsi
sebagai sebuah masalah yang tersistem dengan
budaya, sosial dan akar structural. Studi
tmengenai sosiologi korupsi menyangkut system
yang bermasalah, kondisi kemiskinan, penyakit
dan eksploitasi yang karakteristiknya lebih
banyak ada pada Negara yang sedang
berkembang seperti Afrika.
Korupsi adalah ekspresi dari
hubungan kekuasaan yang tidak setara
dalam masyarakat, namun juga saling
ketergantungan seperti yang terlihat
antara Negara barat dan Negara
selatan. Kelanjutan analisis sosiologis dari
dinamika dan pelaksanaannya mengalir
dalam bentuk kebijakan sosial bisa
berkontribusi terhadap kekuatan
Negara berkembang di Afrika.
Korupsi terjadi dikarenakan oleh adanya
pemusatan kekuasaan, birokrasi yang
tidak sehat, orientasi masyarakat untuk
mengonsumsi, gaji yang rendah,
pengeluaran pemerintah yang luar biasa
besaranya, persaingan dalam pemilihan,
dan tidak adanya hukum yang efektif.

Anda mungkin juga menyukai