Anda di halaman 1dari 28

RANGKUMAN

PERENCANAAN PELABUHAN

BAB IV: PERENCANAAN


TERMINAL GENERAL CARGO

TEKNIK SIPIL, ITS - 2017


Disusun oleh:
Firly Ayu Agus Dian (03111440000035)
Rieca Permatasari (03111440000050)
Vanessa Sushera (03111440000056)
M. Nur Fathihin (03111440000100)
Windi Astuti (03111440000110)
Reynaldi Tejakesuma (03111440000119)
Fahmi Fachrial (03111440000703)
Prinsip Perencanaan
Terminal general cargo digunakan untuk menangani bongkar/muat
general cargo
UNCTAD, 1985, prinsip perencanaan seharusnya bersifat fleksibel
menyesuaikan kemungkinan perubahan teknologi dan kebutuhan
perubahan yang lain.
Pada Pelabuhan untuk kepentingan umum yang dibangun oleh
pemerintah, maka fasilitias dan sistem operasional harus disediakan
agar memberikan kombinasi paling murah baik biaya investasi
pembangunan maupun beban pada para pengguna pelabuhan.
Perencanaan terminal general cargo dapat dilakukan pada
terminal yang sudah ada atau pada terminal baru sama sekali.
perencanaan terminal general cargo baru perlu lebih efisien atau
produktivitasnya lebih tinggi yang membutuhkan perencanaan
terpadu pada keseluruhan aspek pendukung terutama peralatan
dan sistem informasinya.
Kinerja Operasional
Di Indonesia, standar kinerja pelayanan operasional pelabuhan diatur
dalam Keputusan DirJen Perhubungan Laut Nomor:
UM.002/38/18/DJPL-2011 yang menetapkan bahwa Indikator
Kinerja pelayanan yang terkait dengan jasa pelabuhan pada terminal
peti kemas terdiri dari:
Waktu Tunggu Kapal(Waiting Time/WT)
Waktu Pelayanan Pemanduan (Approach Time/AT)
Waktu Efektif (Effective Time dibanding Berth Time/ET:BT)
Produktivitas kerja (T/G/J dan B/C/H)
Receiving/Delivery
Tingkat Penggunaan Dermaga (Berth Occupancy Ratio/BOR)
Tingkat Penggunaan Gudang (Shed Occupancy Ratio/ SOR)
Tingkat Penggunaan Lapangan (Yard Occupancy Ratio/ YOR)
Kesiapan Operasi Peralatan
Prosedur Pelayanan
a) Layanan kargo (barang)
Terdiri dari jasa dermaga umum, dermaga khusus, jasa
lapangan, dan jasa gudang.
Kapal barang yang bersandar di dermaga melakukan aktivitas
bongkar muat akan dikenakan biaya jasa dermaga.
Barang yang dikirim ke lapangan penumpukan atau gudang
akan dikenakan biaya jasa penumpukan.
Layanan rupa-rupa merupakan jasa layanan yang menunjang
kegiatan yang ada di pelabuhan, meliputi jasa sewa alat-alat
pelabuhan, penyediaan listrik, dan telepon.
Apabila pihak kapal barang menyewa alat derek (crane) untuk
mengangkat atau memindahkan barang akan dikenakan biaya
sewa crane.
Prosedur Pelayanan
Prosedur Pelayanan
b) Layanan kapal
Kapal harus berlabuh di luar pelabuhan, lalu syahbandar memeriksa
kelengkapan dokumennya.
Kapal yang menunggu pemeriksaan petugas, serta menunggu informasi dari
pelabuhan berkaitan dengan alokasi dermaga, akan dikenakan biaya jasa
labuh.
Setelah informasi diperoleh informasi terdapat dermaga kosong untuk
bersandar, maka kapal segera berangkat menuju ke dermaga.
Pada daerah wajib pandu, maka mesin kapal dimatikan dan terikat tambang di
antara dua kapal tunda yang berada di depan dan di belakang.
Perjalanan kapal barang masuk ke pelabuhan menuju dermaga ini dikenakan
biaya jasa tunda dan jasa pandu.
Ketika mendekat dermaga, posisi diambil alih kapal kepil untuk membantu
menambatkan kapal di dermaga. Di sini dikenakan biaya jasa kepil dan jasa
tambat.
Begitu pula sebaliknya saat kapal barang berangkat dari dermaga menuju laut
lepas, dikenakan biaya jasa kepil, jasa pandu, dan jasa tunda.
Prosedur Pelayanan
Prosedur Pelayanan
Kegiatan di dermaga menyangkut pelayanan barang
(lihat Gambar) sekaligus menjadi bidang usaha
meliputi :
Stevedoring
Cargodoring
Receiving
Delivery
Truck Loosing
Prosedur Pelayanan
Tata Letak
Tata Letak: Bagian a
Areal ini digunakan untuk membongkar/muat barang dari kapal ke dermaga dan
sebaliknya.
Proses bongkar/muat dapat dilakukan dengan mengangkut muatan dengan tenaga
manusia, atau menggunakan kran kapal, atau peralatan kran darat baik gantry
crane atau multi purpose crane atau mobile crane
Tata Letak: Bagian a
Kebutuhan lebar lantai dermaga (apron) minimal
25 m bila menggunakan gantry crane, multi
purpose crane atau mobile crane.
Bila operasional menggunakan kran kapal, maka
lebarnya dapat disesuaikan kebutuhan ruang
manuver truk atau forklift 10 m.
Tata Letak: Bagian b
Lebar gudang lini I : merupakan gudang transit posisi
di depan dermaga menunggu proses Bea Cukai untuk
dapat dikeluarkan (bila tidak ada sesuatu masalah).
Umumnya mempunyai lebar 20 40 m dengan sistem
struktur rangka baja.
Ukuran lebar gudang terbesar sekitar 70 m, sedang
panjangnya bervariasi tergantung kebutuhan ukuran
luas gudang dan sebaiknya tidak terlalu panjang agar
memudahkan manuver truk/trailer keluar/masuk
dermaga.
Tata Letak: Bagian b
Kebutuhan luasan gudang, penentuan kebutuhan luasnya sama
dengan lapangan penumpukan.
Luas yang dibutuhkan dapat dihitung sebagaimana beriku
f1 * f 2 * T * t
Agd= ----------------------- dimana
m * h * * 365

f1 = perbandingan luas bersih yang ditempati muatan dibanding luas kotor yaitu seluruh areal yang dibutuhkan
untuk manuver peralatan dan pengangkatan barang per ton barang = 1,5
f2 = cadangan luasan untuk barang berserakan dan barang rusak = 1,2
T = tonase muatan melalui gudang [ton/tahun]
t = waktu penimbunan rata-rata [hari]
m = prosentase pemakaian rata-rata dalam setahun
h = tinggi timbunan rata-rata [m]
= berat jenis barang rata-rata = 1,2 t/m3
Tata Letak: Bagian b
Disamping dengan perhitungan diatas dapat juga digunakan pendekatan dengan
menghitung kebutuhan luas lahan untuk masing-masing jenis muatan yang memiliki
densitas atau kerapatan berbeda.
Setiap muatan dapat ditumpuk dengan ketinggian maksimum sesuai daya jangkau
forklift sekitar 6 m dan kemampuan muatan untuk untuk ditumpuki.
Tata Letak: Bagian c
c) Jarak daerah untuk bongkar/muat isi truk adalah
40 m sampai 45 m. Pada daerah ini lantai
gudang dibuat lebih tinggi 1 sampai 1,2 m dari
elevasi jalan agar lalu lintas pemuatan atau
penurunan barang dapat berlangsung mudah.
Tata Letak: Bagian h-k
d) Jalan raya selebar minimal 7 m (2 jalur) untuk satu arah, lebar
maksimum 10 m. Sistem perkerasan yang disarankan adalah
Perkerasan Berat (heavy duty pavement), dan yang banyak
digunakan sekarang ini adalah paving block dari beton
berkekuatan tinggi (fc =minimal 450 kg/cm2).
e) Lapangan Penumpukan diadakan bila dibutuhkan berdasar
perhitungan subbab 2.4. Lebar maksimal disarankan 70 m dari
struktur paving block dengan kekuatan tinggi, atau cukup tanah
diperkeras sehingga tidak becek pada waktu hujan.
f) Jalan raya, bisa digabung dengan d) bila volume lalu lintas
sedikit.
g) Loading area disisi ini dapat diadakan atau ditiadakan
bergantung ada/tidak jalan raya, bila jalan raya f) tidak ada
maka g) tidak perlu ada.
Kebutuhan Peralatan
Peralatan operasional bongkar/muat semakin menjadi kebutuhan
utama sebagai konsekuensi peningkatan arus bongkar/muat dan
kebutuhan untuk meningkatan kecepatan penanganan bongkar/muat.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pengadaan peralatan
meliputi:
Kapasitas alat sesuai yang dibutuhkan, terutama daya angkat dan
daya jangkau, serta kecepatan bergerak dan memindah barang.
Ukuran badan alat, harus dipilih sesuai ruangan tempat alat
dioperasikan, misal untuk operasi masuk ke gudang harus forklift yang
tidak lebar dengan daya angkat garpu (mast height) cukup tinggi.
Type dan modifikasi model garpu (fork) disesuaikan kebutuhan, misal
bentuk lurus untuk mengangkat pallet, bentuk clam (dijepit) untuk drum
atau prestrapped cargo, dan bentuk mencengkeram untuk pipa atau
kayu gelondongan
Kekuatan mesin dan kemampuan fisik peralatan
Kebutuhan Peralatan
Untuk penentuan jumlah alat harus dibandingkan
antara pengeluaran terhadap pemasukan.
Pengeluaran terdiri dari harga alat, biaya
operasional, perawatan, dan kebutuhan jumlah
operator, sedang pemasukan terdiri dari
produktivitas muatan yang dapat ditangani dan
perkiraan harga depresiasi alat.
Kebutuhan Peralatan
Penggunaan gantry crane:
Harga antara USD 600.000 (kapasitas per sekali angkat 12 ton) sampai USD
900.000 (kapasitas 16 20 ton).
Waktu per siklus kerja pengangkatan (cycle time) 4 sampai 6 menit.
Perhitungan kapasitas rata-rata alat/jam (Ca) = Kapasitas rata-rata/angkatan (Cc)
dikalikan jumlah rata-rata angkutan/jam (n).
Ca = Cc *n
Kebutuhan jumlah Crane (N) = target kapasitas bongkar/muat rata-rata perjam
(Cd) dibagi kapasitas rata-rata alat/jam (Ca).
N = Cd/Ca
Bila tidak digunakan gantry crane digunakan ships gear tetapi karena
kapasitasnya terbatas maka seluruh sistem dihitung berdasar kapasitas peralatan
ini.
Bila digunakan Mobile crane yang harganya sekitar USD 2 sampai 2,5 Juta
dengan kapasitas maksimum 38 ton dan cycle time sekitar 5 menit.
Kebutuhan Peralatan
Penggunaan Forklift:
Harga antara USD 10.000 (kapasitas per sekali angkat 2,5 ton) sampai USD
60.000 (kapasitas 10 ton).
Waktu per siklus kerja pengangkatan (cycle time) sangat bervariasi tergantung
jarak dermaga ke posisi penimbunan.
Perhitungan kapasitas rata-rata alat/jam (Ca) = Kapasitas rata-rata/angkatan (Cc)
dikalikan jumlah rata-rata angkutan/jam (n).
Ca = Cc *n
Kebutuhan jumlah Forklift (N) = target kapasitas bongkar/muat rata-rata perjam
(Cd) dibagi kapasitas rata-rata alat/jam (Ca).
N = Cd/Ca
Peralatan forklift ini bervariasi antara daya angkut dan bentuk garpunya
Optimasi Panjang Dermaga
Velsink, 1994
Secara tradisional panjang 1 unit dermaga, La = LOA + 10 m (jarak bebas haluan
kapal) + 15 m (jarak bebas buritan kapal).
Untuk jumlah dermaga lebih dari satu yang menerus, dapat ditentukan dengan cara
lain terutama terkait variasi panjang kapal bertambat dan produktivitas kerja
peralatan angkat dari Kapal ke darat (Crane).
OCDI, 2009
Panjang dermaga untuk bertambat kapal paralel ditentukan berdasar posisi ikatan
tali kapal ke Bollard yang membentuk sudut 30 - 45 sebagaimana Gambar 16.
Optimasi Panjang Dermaga
PIANC, 2014 dan British Standard (BS 6349-1-1:2013)
Panjang dermaga untuk kapal besar (tanker) ditentukan berdasar konfigurasi
kapal tunda saat merapatkan kapal ke dermaga, lihat Gambar 17.
Total Panjang dermaga sama dengan panjang kapal ditambah 15 m sampai 40 m
(mewakili besar L3 pada Gambar 17).
Panjang dermaga juga dapat ditentukan sebesar 1,15 kali panjang kapal (British
Standard 1988) terutama untuk kapal ikan dan kapal wisata.
Optimasi Panjang Deraha
J.G. de Gijt, 2005
Panjang dermaga, La = 0,15 LOA + LOA + 0,05 LOA yang merepresentasikan
jarak bebas kapal dengan batas tepi dermaga, panjang kapal, dan separuh jarak
bebas antar kapal.

Standard Australia
LOA + 0,1 LOA (areal terlindung)
LOA + 0,2 LOA (areal terbuka)
LOA + 30 m (bertambat siang hari)
LOA + 50 m (bertambat malam hari)
Penentuan Jumlah Dermaga
Layout tidak menerus

Rekomendasi UNCTAD mengenai jumlah dermaga dan BOR ideal adalah sebagai berikut:
Jumlah dermaga 1, BOR = 30%.
Jumlah dermaga 2, BOR = 50%.
Jumlah dermaga 3, BOR = 65%.
Penentuan kebutuhan jumlah dermaga, n, dapat dihitung dengan rumus:
n = (V * T) /(365 * BOR), dimana:
V = Perkiraan jumlah kunjungan kapal/tahun pada tahun operasional dimulai sebagai hasil
studi prediksi lalu lintas muatan dan kapal.
T = perkiraan lama waktu rata-rata/kapal di dermaga (hari)
Penentuan Jumlah Dermaga
Dermaga menerus

Bila digunakan pendekatan perhitungan sederhana, maka penentuan


kebutuhan jumlah dermaga, n, dapat dihitung dengan rumus:
n = V / (BTP * BOR), dimana:
V = Volume lalu lintas muatan/tahun pada tahun proyeksi berdasar hasil studi
prediksi lalu lintan muatan dan kapal
BTP [ton/dermaga/ tahun] = Berth Throughput = Jumlah jam kerja
efektif/tahun * Jumlah gang/dermaga * produktivitas per gang/jam
Penentuan Jumlah Dermaga
Dermaga Hybrid
Merupakan gabungan kondisi dermaga yang tidak berbatasan dengan
bagian tertentu yang terbatas. Dalam hal ini terdapat dermaga yang menerus
dan dermaga tertentu tidak menerus, lihat Gambar 20. Penyelesaiannya
berdasar kombinasi perhitungan diskontinyu maupun menerus (kontinyu).

Anda mungkin juga menyukai