WISATA
FORT ROTTERDAM
KOTA MAKASSAR
ETIKA PERENCANAAN
Ruang Kota yang
Kurang siap untuk
menerima pekerja
Skill dan Daya saing sektor Informal
migran rendah
Latar Belakang
Degradasi
Alih Fungsi Berkembangnya
Migrasi Desa- Kawasan lingkungan
Kota Secara pekerja sektor perkotaan
Lahan Fort
besar-besaran informal (PKL) di dalam banyak
Pedesaan perkotaan Rotterdam aspek
Kapasitas
lapangan kerja Berkembangnya PKL
yang kurang secara tidak
diperkotaan terencana pada
lokasi-lokasi strategis
perkotaan
Ketidakmampuan kota
dalam
mewadahi/memfasilitasi para
pekerja sektor informal
(PKL), khususnya di
kawasan wisata
menyebabkan tingginya
tingkat kekumuhan
kawasan, menghambat
sirkulasi lalu lintas, atau
dalam hal ini degradasi
lingkungan suatu kawasan.
Benteng Berdasarkan Pola Ruang RTRW Kota
Rotterdam Makassar, lokasi Benteng Rotterdam
terhadap berada pada Kawasan Pusat Kota
RTRW Kota dengan arahan sebagai kawasan
Makassar wisata dan preservasi.
PRESERVASI
Inspirasi
Ekonomi
Teori Kawasan Wisata
UU No. 11 tahun 2010 tentang Cagar Budaya bahwa bahwa pemerintah, pemerintah daerah dan setiap
orang dapat memanfaatkan cagar budaya untuk kepentingan agama, sosial, pendidikan, ilmu
pengetahuan, teknologi, kebudayaan dan pariwisata. Pemanfaatan bangunan bersejarah merupakan
bagian dari pengembangan pariwisata budaya yang merupakan salah satu faktor penarik wisatawan.
Keberadaan bangunan sejarah, situs atau monumen merupakan potensi terhadap pengembangan
heritage tourism atau disebut sebagai wisata warisan budaya sebagai alternatif pengembangan
pariwisata di perkotaan.
PM.59/PW.007/MKP/2010 menyatakan bahwa terdapat 19 bangunan bersejarah di Kota Makassar
yang ditetapkan sebagai bangunan cagar budaya. Artikel ini bertujuan untuk mengangkat peran
beberapa bangunan bersejarah di Kota Makassar sebagai daya tarik wisata. Bangunan yang
difokuskan pada tiga bangunan bersejarah yaitu Fort Rotterdam, Museum Kota dan Gedung Kesenian.
Teori Kawasan Wisata
PKL dalam memilih suatu lokasi biasanya akan memilih lokasi yang
Lokasi berada pada ruang-ruang kota yang cukup strategis dalam arti dekat
dengan keramaian atau mudah dijangkau pembeli.
PKL
PKL dalam memilih suatu lokasi untuk aktivitasnya
mempertimbangkan beberapa : orientasi kepada konsentrasi
konsumen, kedekatan lokasi dengan pusat kegiatan masyarakat,
tempat tinggal, sumber bahan baku dan pemukiman penduduk serta
adanya kemudahan dalam transportasi
Pemanfaatan Ruang oleh PKL (Budi, 2006)
+
formal
Memberikan pelayanan kepada masyarakat yang beraktifitas di sekitar lokasi
PKL
Sektor informal memiliki karakteristik efisien dan ekonomis
12
kota (PKL secara ilegal berjualan di jalur pedestrian, ruang terbuka, jalur
hijau, dan sebagainya)
Mengganggu kegiatan ekonomi formal karena lokasinya cenderung
memotong jalur pengunjung seperti pinggir jalan dan toko,
Mengganggu kelancaran lalu lintas pada titik tertentu.
Enter your footer text here
-
STUDI BANDING
Singapura memberikan izin terhadap PKL dan Pemerintah akan melakukan pengecekan
terhadap PKL
Singapura memiliki lembaga yang berperan aktif untuk memastikan lingkungan bersih dan
tidak mengganggu pejalan kaki
Lembaga mengawasi seluruh pedagang agar mematuhi peraturan tentang Kesehatan
Lingkungan
Lembaga juga mengadakan pelatihan dan dari tahun 1990 hingga 1996 telah melatih
10.000 Pedagang
STUDI BANDING
Jenis Dagangan
Bakso 6
Minuman Dingin 5
Es Kelapa 31
Gorengan 2
Campuran 21
Martabak 1
Sari Laut dan Nasi Goreng 9
Total 75
Nasi Goreng
Bentuk Fisik
Bentuk Jumlah Persentase
Fisik/Model (unit) (%)
Gerobak 14 17
Warung Semi
Permanen 61 83
(tenda)
Total 75 100
Gerobak
Pada waktu weekendjenis PKL dengan bentuk
gerobak dan sifat pelayanan mobile lebih banyak Warung Semi Permanen (tenda)
dibanding weekday.
McGee dan Yeung (1977:36) dalam Surya
(2006) merumuskan pola penyebran PKL
menjadi :
1.Linier / memanjang yang dipengaruhi
oleh pola jaringan jalan.
Pola Penyebaran Memanjang (Linier)
Sumber : McGee dan Yeung, 1977 : 37
Pola
Penyebaran
Kawasan Wisata
Sejarah
PKL
Benteng
Rotterdam
Peta dan Gambar Pola Penyebaran PKL di Kawasan Wisata Sejarah Benteng Rotterdam, Kota Makassar
2. Focus Aglomeration / Pola penyebaran mengelompok. Pola ini
dipengaruhi oleh pertimbangan faktor aglomerasi yaitu keinginan
pedagang untuk berkelompok dan menjajakan barang yang sama [McGee
dan Yeung (1977:36) dalam Surya (2006)]
Peta dan Gambar Pola Penyebaran Bereklompok PKL di Kawasan Benteng Rotterdam
Tabel Jumlah PKL Berdasarkan Sifat Pelayanan
di Kawasan Benteng Rotterdam
1. Sifat Pelayanan PKL Sifat Jumlah (Unit)
Pola
23
Pelayanan PKL
PKL Semi Static
2. Golongan Pengguna Jasa 3. Skala Pelayanan PKL
Jumlah Persentase
Jenis Pekerjaan Asal Jumlah Persentase
(Jiwa) (%)
Pengguna (Jiwa) (%)
IRT 1 6
Kec.
3 20
Tamalate
Pelajar 4 27
Kec. Mariso 3 20
PNS 3 20
Kec.
27 4 27
Wiraswasta 4 Manggala
Kec.
Pegawai 3 20 3 20
Tamalanrea
TOTAL 15 100
Tujuan Jumlah Persentase
Berkunjung (Jiwa) (%)
Rekreasi 9 60
Kuliner 6 40
TOTAL 15 100
4. Waktu Pelayanan PKL
Weekend Weekday
Waktu Waktu
Unit Jenis Unit Bentuk Fisik
Pelayanan Pelayanan
16.00-20.00 24 Gerobak 17.00 20.00 24 Gerobak
Secara umum tidak terdapat perbedaan waktu berjualan yang signifikan mengenai waktu pelayanan PKL, hanya
saja pada saat weekend jenis PKL dengan sistem mobile lebih banyak.
Dampak Keberadaan PKL
Jalan yang didesain dua lajur, menjadi Pedestrian terpaksa berjalan diantara Penurunan Kualitas Ruang Kota yang
mepet akibat adanya parkir di sehingga kendaraan yang parkir dan melaju, disebabkan penampilan dari PKL yang
laju kendaraan melambat akibat trotoar yang dikuasai PKL kumuh
Terhadap Ruang
Ilustrasi Potongan Jalan Tanpa dan Dengan PKL
Tanpa PKL
Ilustrasi Potongan Jalan Tanpa dan Dengan PKL
Dengan PKL
29
ANALISIS
Analisis Pemanfaatan Ruang
30
Hubungan Jenis
Analisis Karakteristik Aktivitas PKL Dagangan, Bentuk
Sarana, dan Sifat
Sarana Dagang Pelayanan PKL
Warung Semi Pola Sifat
Jenis Data
Permanen Gerobak Penyebaran Pelayanan
/Tenda
Bakso - 2 Linear Semi Static
Siomay 4 Mengelompok Mobile
Minuman Dingin - 5 Mengelompok Semi Static
Es Kelapa 31 - Linear Menetap
Campuran 21 - Linear Menetap
Gorengan - 2 Linear Semi Static
Martabak 1 Linear Semi Static
Sari Laut dan Nasi 9 - Linear Menetap
Goreng
31
Analisis Karakteristik Aktivitas PKL Waktu
Waktu Pelayanan Unit Jenis
Persentase Pelayanan
(%)
16.00-20.00 24 Gerobak 32
Jadi, berdasarkan tabel diatas dapat disimpulkan bahwa jenis sarana dagang yang paling dominan sebanyak 57 %
adalah semi permanen (PKL Es Kelapa) yang beroperasi mulai dari pagi hingga dini hari. Sedangkan untuk PKL
Sari laut (Makanan Berat) dengan jenis sarana warung semi permanen yang beroperasi mulai dari sore hingga
jam 12 malam sebanyak 11 %, dan sisanya warung jenis gerobak dengan sifat pelayanan mobile dan semi static
mulai peroperasi dari sore hingga jam 8 malam.
32
Analisis Golongan Pengguna Jasa
33
Analisis Skala Pelayanan
a. Asal Pengguna
b. Tujuan Berkunjung
34
Implikasi Sarana PKL
Berdasarkan jenis sarananya, PKL yang terdapat pada kawasan Fort
Rotterdam, terdapat dua jenis, yaitu semi permanen, dan non permanen.
Semi
Permane Keberadaan PKL dengan jenis sarana Semi Permanen seringkali
n menggunakan material yang seadanya dan tampak kumuh, sehingga
berdampak mengurangi keindahan Kawasan Fort Rotterdam
Non
Permane
n PKL dengan sarana non permanen melayani dengan cara berkeliling,
sehingga implikasi dari PKL dengan jenis non permanen ialah adanya
sampah yang di tinggalkan dari satu tempat ke tempat lainnya
Pengaruh PKL terhadap Mempermudah pengunjung untuk
memperoleh kebutuhannya seprti
makanan dan minuman
Makanan khas pada sekitar Fort
Benteng Rotterdam
Rotterdam menjadi salah satu daya
tarik bagi pengunjung
PKL sebagai salah satu pendukung
kawasan wisata