Anda di halaman 1dari 21

GROUP INVESTIGATION

Jihan Nuraini (3415150907)


Lisa Dwi Ningtyas (3415151885)

Pendidikan Biologi A 2015


Model belajar kooperatif yang menempatkan siswa
ke dalam kelompok secara heterogen dilihat dari
perbedaan kemampuan dan latar belakang yang
berbeda baik dari segi gender, etnis, dan agama untuk
melakukan investigasi terhadap suatu topik
(Eggen dan Kauchak dalam Harisantoso, 2005:2).
Menurut Winataputra (1994:34-35), di dalam
model group investigation terdapat tiga konsep
utama yaitu
1. Penelitian (inquiry)

2. Pengetahuan (knowledge)
3. Dinamika belajar kelompok (the dynamics of the learning group)
1. Siswa membaca sepintas sumber, tujuan topik, dan mengkategorikan
saran.
2. Siswa bersama-sama kelompok mempelajari topik yang ditentukan.
3. Komposisi kelompok didasarkan pada minat dan keheterogenan.
4. Guru membantu dalam pengorganisasian pengumpulan informasi dan
fasilitas.
Dengan cara merencanakan tugas belajar, yaitu dengan menjawab
pertanyaan-pertanyaan berikut:
Apa yang kita pelajari?
Bagaimana kita belajar?
Siapa yang melakukan apa (pembagian tugas)?
Untuk tujuan atau sasaran apa kita menginvestigasi topik ini?
1. Siswa dalam kelompok mengumpulkan informasi, menganalisa
data, dan mencapai kesimpulan.
2. Masing-masing anggota kelompok memberikan kontribusi pada
usaha kelompok.
3. Masing-masing anggota kelompok mempertukarkan,
mendiskusikan, mengklarifikasi, dan mensintesis ide-ide.
1. Anggota kelompok menentukan informasi esensial dari proyek mereka.
2. Anggota kelompok merencanakan apa yang akan mereka laporkan dan
bagaimana mereka akan membuat presentasi mereka.
3. Kelompok mewakili bentuk suatu komite pelaksanan untuk
mengkoordinasikan rencana presentasi.
1. Presentasi dibuat untuk seluruh kelas dalam berbagai bentuk.
2. Bagian dari presentasi secara aktif melibatkan pendengar.
3. Pendengar mengevaluasi kejelasan, dan mempertimbangkan
presentasi sesuai dengan kriteria yang ditentukan sebelumnya oleh
seluruh kelas.
1. Siswa memberikan umpan balik tentang topik permasalahan yang
telah diselesaikan, yaitu tentang apa yang mereka kerjakan, dan
tentang pengalaman afektif mereka.
2. Guru dan siswa bekerjasama dalam mengevaluasi belajar siswa.
3. Penilaian belajar harus mengevaluasi tingkat pemikiran yang lebih
tinggi.
1. Pembentukan kelompok dengan kondisi siswa yang heterogen dan
demokratis.
2. Siswa diberikan kebebasan untuk mengungkapkan pendapatnya
dalam diskusi terbuka.
3. Selain itu siswa juga diajarkan untuk berani mengemukakan
pendapatnya di hadapan umum.
1. Pengajar lebih berperan sebagai fasilitator dan konselor yang
memberikan kritik yang bersahabat.
2. Dalam kerangka ini pengajar seyogyanya membimbing dan
mencerminkan kelompok melalui tiga tahap:
1) Tahap pemecahan masalah, berkenaan dengan proses
menjawab pertanyaan, apa yang menjadi hakikat dan fokus
masalah.
2) Tahap pengelolaan kelas, berkenaan dengan cara
mengorganisasi kelompok agar memperoleh informasi.
3) Tahap pemaknaan secara perorangan, berkenaan dengan
proses pengkajian cara yang dilakukan kelompok dalam
menghayati jawaban yang diperoleh hingga kriteria yang
didapatnya dalam bersaing dengan kelompok lain.
Suasana kelas yang berupa diskusi kelompok dan sarana pendukung
yang diperlukan untuk melaksanakan model ini adalah lembar kerja
siswa (LKS).
1. Berani menyumbangkan ide untuk memecahkan permasalahan
kelompok.
2. Siswa belajar menghargai pendapat teman.
3. Meningkatkan kerja sama antar siswa dengan membantu teman
dalam kelompok untuk memahami meteri dan menyelesaikan
permasalahan yang diberikan.
4. Saling memberi dorongan pada teman untuk maju.
5. Mengemban tanggung jawab untuk mengelola dan saling
memeriksa hasil kerja teman dalam kelompok.
6. Mengurangi tingkat kesenjangan sosial siswa dikelas, siswa yang
pandai menyadari bakat yang dimilikinya untuk mau membaginya
kepada siswa lain.
1. Siswa lebih memahami dan menguasai materi yang telah
diberikan.
2. Siswa mampu memecahkan dan menyelesaikan soal dari
materi yang dipelajari.
Contoh materi virus:
1. Guru membagi kelompok secara heterogen
2. Guru memilih topik untuk dibagikan ke setiap kelompok: contoh virus flu
burung untuk kelompok 1, virus Hiv untuk kelompok 2 dst.
3. Guru menentukan metode penelitian yang dikembangkan untuk
memecahkan masalah:
a. Mengumpulkan data
b. Analisis data
c. Hingga memberi kesimpulan
4. Masing-masing kelompok mempresentasikan hasil diskusinya
5. Sesi tanya jawab
6. Evaluasi
1. Memungkinkan siswa untuk secara aktif melakukan investigasi
terhadap suatu topik, sebab group investigation memfokuskan pada
investigasi terhadap suatu topik atau konsep.
2. Group investigation menyediakan kesempatan kepada siswa untuk
membentuk atau mengajukan pertanyaan-pertanyaan bermakna.
3. Group investigation efektif dalam membentuk siswa untuk
bekerjasama dalam kelompok dengan latar belakang berbeda
(misalnya kemampuan, gender, dan etnis).
4. Group investigation menyediakan konteks sehingga siswa dapat
belajar mengenai dirinya dan orang lain.
Setiap kelompok menerima materi yang berbeda-beda sehingga dapat
terjadi kemungkinan setiap kelompok hanya memahami materi yang sudah
diterimanya. Untuk mengatasi hal ini, dilakukan pemberian lembar kerja siswa
( LKS ) kepada seluruh siswa sebelum pembelajaran dimulai dengan materi sesuai
dengan yang dipresentasikan kelompok tersebut.

Anda mungkin juga menyukai