REPUBLIK INDONESIA
TENTANG
JALAN
Disampaikan dalam rangka
KONSULTASI PUBLIK
JALAN UMUM
Pasal 2 - 29
Pasal 5
Pasal 6
Paragraf 1
Fungsi Jalan
Pasal 7
KPD Lingkungan
JALAN ARTERI
JALAN JALAN ARTERI PRIMER (JAP) PRIMER (JAP)
LOKAL
PRIMER JALAN
(JLP) KOLEKTOR
PKW PKW
PRIMER (JKP)
JALAN
JALAN KOLEKTOR PRIMER KOLEKTOR
JALAN
(JKP) PRIMER (JKP)
LOKAL
PRIMER
(JLP) JALAN LOKAL
PKL PRIMER (JLP) PKL
JALAN
LOKAL PK
PRIMER LING-
(JLP) KUNGAN
Sistem Jaringan
JALAN LINGKUNGAN PRIMER (JLP)
Jalan Primer
KPD
JALAN ARTERI
JALAN JALAN ARTERI PRIMER (JAP) PRIMER (JAP)
LOKAL
PRIMER JALAN
(JLP) KOLEKTOR
PKW PKW
Kolektor PRIMER (JKP)
primer JALAN
JALAN KOLEKTOR PRIMER KOLEKTOR
JALAN (JKP) PRIMER (JKP)
LOKAL
PRIMER JALAN LOKAL
(JLP) PKL PRIMER (JLP) PKL
PK Lokal primer
LING- PK-Lingk
KUNGAN
Sistem Jaringan
JALAN LINGKUNGAN PRIMER (JLP)
Jalan Primer (Rev)
KPD
JALAN ARTERI
JALAN ARTERI SEKUNDER (JAS)
SEKUNDER (JAS)
JALAN KOLEKTOR
F2,2 SEKUNDER (JKS) F2,2
Kawasan Kawasan
JALAN LOKAL Sekunder Sekunder
SEKUNDER II II
(JLS)
F2,3 F2,3
JALAN LOKAL JALAN LOKAL
Kawasan Kawasan
SEKUNDER SEKUNDER (JLS)
Sekunder Sekunder
(JLS)
III III
Perumahan JALAN
LINGKUNGAN Perumahan
SEKUNDER (JLS)
JALAN ARTERI
JALAN ARTERI SEKUNDER (JAS)
SEKUNDER (JAS)
JALAN KOLEKTOR
F2,2 SEKUNDER (JKS) F2,2
Kawasan Kawasan
JALAN LOKAL Sekunder Sekunder
SEKUNDER II II
(JLS)
F2,3 F2,3
JALAN LOKAL JALAN LOKAL
Kawasan Kawasan
SEKUNDER SEKUNDER (JLS)
Sekunder Sekunder
(JLS)
III III
Perumahan JALAN
LINGKUNGAN Perumahan
/persil
SEKUNDER (JLS)
/persil
Pelabuhan &
Pergudangan
Bandar Udara
Pergudangan
Kawasan
Kawasan perdagangan
Industri regional
Terminal angkutan
barang
Perumahan
Sistem Jaringan Jalan Primer
Kawasan Sekunder
Jalan Arteri Sekunder
Kawasan Primer
Jalan Kolektor Sekunder
Batas Perkotaan
Jalan Lokal Sekunder
jalan nasional,
jalan provinsi,
jalan kabupaten,
jalan kota,
jalan desa.
141005 Sosialisasi UU No 38/2004, PP 22
No. 15/2005 dan RPP Jalan
Bagian Kelima
Kelas Jalan
Pasal 28
3. Spesifikasi Jalan raya adalah jalan umum untuk lalu lintas menerus dengan
pengendalian jalan masuk secara terbatas dan dilengkapi dengan median,
paling sedikit 2 (dua) lajur setiap arah, lebar lajur sekurang-kurangnya 3,5
(tiga koma lima) meter.
4. Spesifikasi jalan sedang adalah jalan umum dengan lalu lintas jarak sedang
dengan pengendalian jalan masuk tidak dibatasi, paling sedikit 2 (dua) lajur
untuk 2 (dua) arah dengan lebar jalur paling sedikit 7 (tujuh) meter.
5. Spesifikasi jalan kecil adalah jalan umum untuk melayani lalu lintas
setempat, paling sedikit 2 (dua) lajur untuk 2 (dua) arah dengan lebar jalur
paling sedikit 5,5 (lima koma lima) meter.
Bagian Pertama
Umum
Pasal 30
Ruang milik jalan terdiri dari ruang manfaat jalan dan sejalur
tanah tertentu diluar ruang manfaat jalan.
Lebar ruang milik jalan diberi tanda batas ruang milik jalan
sesuai dengan peraturan Menteri.
Dalam hal ruang milik jalan tidak cukup luas, lebar ruang
pengawasan jalan ditentukan dari tepi badan jalan paling
rendah sebagai berikut:
Pa gar
x
5a
5d 5b 5b 5d
5c 5c
1,5m
= R U M A JA = R U M I JA = R U W A S JA = B A NGU NA N
a = J a lu r la lu lin t a s , b = B a h u j ala n , c = S a lu r a n t e pi , d = A m b a n g p e n g am an , X = b + a+ b = B a d an ja la n .
Paragraf 1
Bangunan Utilitas
Pasal 43
1. di atas tanah ditempatkan di luar jarak tertentu dari tepi paling luar
bahu jalan atau trotoar, sehingga tidak menimbulkan hambatan
samping bagi pemakai jalan;
2. di bawah tanah ditempatkan di luar jarak tertentu dari tepi paling luar
bahu jalan atau trotoar, sehingga tidak mengganggu keamanan
konstruksi jalan.
Pasal 46
Pasal 47
Pasal 48
Pasal 49
Pemanfaatan ruang manfaat jalan dan ruang milik jalan meliputi bangunan
yang ditempatkan di atas, pada dan di bawah permukaan tanah di ruang
manfaat jalan dan di ruang milik jalan dengan syarat tidak mengganggu
pengguna jalan dan tidak membahayakan konstruksi jalan.
Izin pemanfaatan ruang manfaat jalan dan ruang milik jalan untuk jalan
nasional, jalan provinsi, dan jalan kabupaten/kota kecuali jalan tol,
ditetapkan oleh bupati/walikota setelah mendapat persetujuan tertulis
dari penyelenggara jalan yang bersangkutan.
Pasal 49
Pasal 49
Izin pemanfaatan ruang manfaat jalan dan ruang milik jalan untuk
Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta ditetapkan oleh gubernur.
Pasal 50
Pasal 51
Persetujuan tertulis dan rekomendasi tertulis pada jalan nasional kecuali jalan tol
dilaksanakan oleh gubernur.
Pemberian persetujuan tertulis dan rekomendasi tertulis oleh gubernur pada jalan
nasional kecuali jalan tol wajib dilaporkan kepada Menteri.
Pemberian izin pemanfaatan ruang milik jalan dan ruang manfaat jalan oleh
bupati/walikota dan pemberian dispensasi penggunaan ruang manfaat jalan oleh
bupati/walikota wajib dilaporkan kepada penyelenggara jalan yang bersangkutan.
Pemberian izin pemanfaatan ruang milik jalan dan ruang manfaat jalan oleh
bupati/walikota dan pemberian dispensasi penggunaan ruang manfaat jalan oleh
bupati/walikota untuk lintas wilayah kabupaten/kota dapat dikoordinasikan oleh
gubernur.
Pemberian izin pemanfaatan ruang milik jalan dan ruang manfaat jalan oleh
bupati/walikota dan pemberian dispensasi penggunaan ruang manfaat jalan oleh
bupati/walikota untuk lintas wilayah provinsi dapat dikoordinasikan oleh
Menteri.
WEWENANG
Pasal 54 - 62
Paragraf 1
Penetapan Sistem Jaringan Jalan
Pasal 58
1. Penetapan status suatu ruas jalan sebagai jalan nasional dilakukan dengan keputusan
Menteri dengan memperhatikan keputusan Menteri sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 59 ayat (1).
2. Penetapan status suatu ruas jalan sebagai jalan provinsi dilakukan dengan peraturan
daerah provinsi yang bersangkutan, dengan memperhatikan keputusan menteri
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), keputusan menteri sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 59 ayat (2), dan pedoman yang ditetapkan oleh Menteri.
3. Penetapan status suatu ruas jalan sebagai jalan kabupaten dilakukan dengan
peraturan daerah kabupaten yang bersangkutan dengan memperhatikan pedoman
yang ditetapkan oleh Menteri.
4. Penetapan status suatu ruas jalan sebagai jalan kota dilakukan dengan peraturan
daerah kota yang bersangkutan dengan memperhatikan pedoman yang ditetapkan oleh
Menteri.
5. Penetapan status suatu ruas jalan sebagai jalan desa dilakukan dengan peraturan
daerah kabupaten yang bersangkutan dengan memperhatikan pedoman yang
ditetapkan oleh Menteri.
PENYELENGGARAAN JALAN
Pasal 65 - 108
Umum
Pasal 65
pengaturan,
pembinaan,
pembangunan,
pengawasan.
141005 Sosialisasi UU No 38/2004, PP 53
No. 15/2005 dan RPP Jalan
Bagian Kedua
Pengaturan
Paragraf 1
Perumusan Kebijakan Perencanaan
Pasal 66
2) Rencana umum jangka panjang jaringan jalan nasional disusun berdasarkan pada
rencana pembangunan nasional jangka panjang, rencana tata ruang wilayah nasional,
dan rencana umum jaringan transportasi jalan serta berdasarkan pedoman yang
ditetapkan oleh Menteri.
3) Rencana umum jangka panjang jaringan jalan nasional ditetapkan oleh Menteri
4) Rencana umum jangka panjang jaringan jalan provinsi ditetapkan dengan peraturan
daerah provinsi.
6) Rencana umum jangka panjang disusun untuk periode 20 (dua puluh) tahun.
Paragraf 1
Umum
Pasal 73
Pasal 78
Paragraf 1
Umum
Pasal 79
Menteri mengatur tata cara penilikan ruang manfaat jalan, ruang milik jalan, dan
ruang pengawasan jalan.
Pelayanan jalan umum ditentukan dengan kriteria yang dituangkan dalam standar
pelayanan minimal.
Standar pelayanan minimal terdiri dari standar pelayanan minimal jaringan jalan dan
standar pelayanan minimal ruas jalan.
Standar pelayanan minimal ruas jalan meliputi kondisi jalan dan kecepatan rata-rata.
Kriteria standar pelayanan minimal jaringan jalan dan kriteria standar pelayanan minimal
ruas jalan untuk jalan provinsi, jalan kabupaten/kota, dan jalan desa ditetapkan oleh
gubernur.
Kriteria standar pelayanan minimal jaringan jalan dan kriteria standar pelayanan minimal
ruas jalan untuk jalan kabupaten/kota, dan jalan desa diusulkan oleh bupati/walikota.
JALAN KHUSUS
Jalan khusus adalah jalan yang dibangun dan dipelihara oleh orang atau instansi untuk
melayani kepentingan masing-masing.
Jalan khusus dapat digunakan lalu lintas umum sepanjang tidak merugikan kepentingan
penyelenggara jalan khusus berdasarkan persetujuan dari penyelenggara jalan khusus.
Pemerintah dapat menerima jalan khusus untuk dinyatakan sebagai jalan umum dari
penyelenggara jalan khusus.
Pemerintah dapat mengambilalih suatu ruas jalan khusus tertentu untuk dijadikan jalan
umum dengan pertimbangan:
DOKUMEN JALAN
PERAN MASYARAKAT
Pasal 117
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 120
Pasal 120
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 121
Pasal 121
Menurut Fungsi:
jalan lingkungan
Menurut Status:
jalan tol sebagai jalan nasional
Persyaratan teknis:
lebar badan jalan bertambah:
AP/AS: 8m > 11m; KP/KS: 7m > 9m;
LP: 6m > 7,5m; LS: 5m > 7,5m,
Jalan lingkungan P/S: 6,5m dan 3,5m
141005 Sosialisasi UU No 38/2004, PP 89
No. 15/2005 dan RPP Jalan