Anda di halaman 1dari 89

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH

REPUBLIK INDONESIA
TENTANG
JALAN
Disampaikan dalam rangka
KONSULTASI PUBLIK

DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM


DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA

141005 Sosialisasi UU No 38/2004, PP 1


No. 15/2005 dan RPP Jalan
SISTIMATIKA
UNDANG UNDANG JALAN

Bab I Ketentuan Umum


Bab II Asas, Tujuan dan Lingkup
Bab III Peran, Pengelompokan, dan Bagian-bagian Jalan
Bab IV Jalan Umum
RPP JALAN
Bab V Jalan Tol
Bab VI Pengadaan Tanah BAB I KETENTUAN UMUM
Bab VII Peran Masyarakat BAB II JALAN UMUM
Bab VIII Ketentuan Pidana BAB III BAGIAN-BAGIAN JALAN
Bab IX Ketentuan Peralihan BAB IV WEWENANG
Bab X Ketentuan Penutup BAB V PENYELENGGARAAN JALAN
BAB VI JALAN KHUSUS
BAB VII DOKUMEN JALAN
BAB VIII PERAN MASYARAKAT
BAB IX KETENTUAN PERALIHAN
BAB X KETENTUAN PENUTUP

141005 Sosialisasi UU No 38/2004, PP 2


No. 15/2005 dan RPP Jalan
SISTIMATIKA
BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1

BAB II JALAN UMUM


Bagian Pertama Umum Pasal 2
Bagian Kedua Sistem Jaringan Jalan Pasal 4
Bagian Ketiga Fungsi Jalan, dan Persyaratan Teknis
Paragraf 1 Fungsi Jalan Pasal 7
Paragraf 2 Persyaratan Teknis Pasal 10
Bagian Keempat Status Jalan Pasal 22
Bagian Kelima Kelas Jalan Pasal 28

BAB III BAGIAN-BAGIAN JALAN


Bagian Pertama Umum Pasal 30
Bagian Kedua Ruang Manfaat Jalan Pasal 31
Bagian Ketiga Ruang Milik Jalan Pasal 36
Bagian Keempat Ruang Pengawasan Jalan Pasal 41
Bagian Kelima Pemanfaatan Bagian-bagian Jalan
Paragraf 1 Bangunan Utilitas Pasal 43
Paragraf 2 Penanaman Pohon Pasal 46
Paragraf 3 Perlengkapan Jalan Pasal 47
Paragraf 4 Prasarana Moda Transportasi Lain Pasal 48
Paragraf 5 Izin, Rekomendasi, Dispensasi, dan Pertimbangan Pasal 49

141005 Sosialisasi UU No 38/2004, PP 3


No. 15/2005 dan RPP Jalan
BAB IV WEWENANG

Bagian Pertama Umum Pasal 54

Bagian Kedua Pelimpahan dan Pengambilalihan Wewenang


Paragraf 1 Pelimpahan Wewenang Pasal 56
Paragraf 2 Pengambilalihan Wewenang Pasal 57

Bagian Ketiga Penetapan Sistem Jaringan Jalan,


Fungsi Jalan, Status Jalan, dan
Kelas Jalan
Paragraf 1 Penetapan Sistem Jaringan Jalan Pasal 58
Paragraf 2 Penetapan Fungsi Jalan Pasal 59
Paragraf 3 Penetapan Status Jalan Pasal 60
Paragraf 4 Penetapan Kelas Jalan Berdasarkan
Spesifikasi Prasarana Jalan Pasal 61

Bagian Keempat Perubahan Fungsi Jalan, Status Jalan,


dan Kelas Jalan Pasal 62

141005 Sosialisasi UU No 38/2004, PP 4


No. 15/2005 dan RPP Jalan
BAB V PENYELENGGARAAN JALAN

Bagian Pertama Umum Pasal 65

Bagian Kedua Pengaturan

Paragraf 1 Perumusan Kebijakan Perencanaan Pasal 66


Paragraf 2 Penyusunan Perencanaan Umum Pasal 68
Paragraf 3 Penyusunan Peraturan Perundang-
undangan Pasal 71
Paragraf 4 Pengendalian Penyelenggaraan
Jalan Secara Makro Pasal 72

Bagian Ketiga Pembinaan

Paragraf 1 Umum Pasal 73


Paragraf 2 Penyusunan dan Penetapan Norma,
Standar, Kriteria, dan Pedoman Pasal 74
Paragraf 3 Pelayanan dan Pemberdayaan
sumber daya manusia Pasal 75

141005 Sosialisasi UU No 38/2004, PP 5


No. 15/2005 dan RPP Jalan
Bagian Keempat Pembangunan

Paragraf 1 Umum Pasal 79


Paragraf 2 Pemrograman dan Penganggaran Pasal 80
Paragraf 3 Perencanaan Teknis Pasal 82
Paragraf 4 Pengadaan Tanah Pasal 86
Paragraf 5 Pelaksanaan Konstruksi Pasal 87
Paragraf 6 Pengoperasian dan Pemeliharaan Pasal 92
Paragraf 7 Laik Fungsi Jalan Pasal 98
Paragraf 8 Penilikan Pasal 99

Bagian Kelima Pengawasan Pasal 103

Bagian Keenam Standar Pelayanan Minimal Pasal 108

141005 Sosialisasi UU No 38/2004, PP 6


No. 15/2005 dan RPP Jalan
BAB VI JALAN KHUSUS Pasal 109

BAB VII DOKUMEN JALAN Pasal 113

BAB VIII PERAN MASYARAKAT Pasal 117

BAB IX KETENTUAN PERALIHAN Pasal 120

BAB X KETENTUAN PENUTUP Pasal 121

141005 Sosialisasi UU No 38/2004, PP 7


No. 15/2005 dan RPP Jalan
BAB II

JALAN UMUM

Pasal 2 - 29

141005 Sosialisasi UU No 38/2004, PP 8


No. 15/2005 dan RPP Jalan
Bagian Pertama
Umum
Pasal 2 & 3

Penyelenggaraan jalan umum dilakukan:

dengan mengutamakan pembangunan jaringan jalan menghubungkan pusat-


pusat produksi dengan daerah pemasaran.
memperkokoh kesatuan wilayah nasional sehingga menjangkau daerah
daerah terpencil.
mewujudkan kehidupan rakyat yang serasi
mendukung pertahanan keamanan negara
wajib untuk digunakan sebesar-besar kemakmuran rakyat
biaya umum perjalanan menjadi serendah-rendahnya.
wajib mendorong keseimbangan antar daerah
wajib mendukung pertumbuhan ekonomi wilayah sudah berkembang
satu kesatuan sistem jaringan jalan
Kelompok jalan:
sistem jaringan jalan,
fungsi jalan,
status jalan,
kelas jalan.

141005 Sosialisasi UU No 38/2004, PP 9


No. 15/2005 dan RPP Jalan
Sistem jaringan jalan primer

Pasal 5

Sistem jaringan jalan primer disusun mengikuti rencana


tata ruang dan memperhatikan keterhubungan
antarkawasan perkotaan yang merupakan pusat-pusat
kegiatan sebagai berikut:

menghubungkan secara menerus pusat kegiatan


nasional, pusat kegiatan wilayah, pusat kegiatan
lokal sampai ke pusat kegiatan lingkungan; dan

menghubungkan antar pusat kegiatan nasional.


141005 Sosialisasi UU No 38/2004, PP 10
No. 15/2005 dan RPP Jalan
Sistem jaringan jalan sekunder

Pasal 6

Sistem jaringan jalan sekunder disusun mengikuti


rencana tata ruang wilayah kota/kabupaten yang
menghubungkan secara menerus kawasan-kawasan yang
mempunyai fungsi primer, fungsi sekunder kesatu, fungsi
sekunder kedua, fungsi sekunder ketiga, dan seterusnya
sampai ke persil.

141005 Sosialisasi UU No 38/2004, PP 11


No. 15/2005 dan RPP Jalan
Bagian Ketiga
Fungsi Jalan, dan Persyaratan Teknis

Paragraf 1
Fungsi Jalan
Pasal 7

Berdasarkan sifat dan pergerakan lalu lintas dan angkutan


jalan, fungsi jalan dibedakan atas:
arteri,
kolektor,
lokal,
lingkungan.

Fungsi jalan arteri, kolektor, lokal dan lingkungan terdapat


pada sistem jaringan jalan primer dan sistem jaringan jalan
sekunder.
141005 Sosialisasi UU No 38/2004, PP 12
No. 15/2005 dan RPP Jalan
Hubungan Antara Hirarki Kota Dengan Fungsi Jalan
Dalam Sistem Jaringan Jalan Primer

Perkotaan PKN PKW PKL PKLING KPD


PKN Arteri Arteri Lokal Lokal
PKW Arteri Kolektor Kolektor Lokal

PKL Lokal Kolektor Lokal Lokal

PKLING Lokal Lokal Lokal Lokal

KPD Lingkungan

141005 Sosialisasi UU No 38/2004, PP 13


No. 15/2005 dan RPP Jalan
JALAN ARTERI
PKN PRIMER (JAP) PKN

JALAN ARTERI
JALAN JALAN ARTERI PRIMER (JAP) PRIMER (JAP)
LOKAL
PRIMER JALAN
(JLP) KOLEKTOR
PKW PKW
PRIMER (JKP)
JALAN
JALAN KOLEKTOR PRIMER KOLEKTOR
JALAN
(JKP) PRIMER (JKP)
LOKAL
PRIMER
(JLP) JALAN LOKAL
PKL PRIMER (JLP) PKL

JALAN LOKAL PRIMER (JLP)

JALAN
LOKAL PK
PRIMER LING-
(JLP) KUNGAN
Sistem Jaringan
JALAN LINGKUNGAN PRIMER (JLP)
Jalan Primer

KPD

141005 Sosialisasi UU No 38/2004, PP 14


No. 15/2005 dan RPP Jalan
JALAN ARTERI
PKN PRIMER (JAP) PKN

JALAN ARTERI
JALAN JALAN ARTERI PRIMER (JAP) PRIMER (JAP)
LOKAL
PRIMER JALAN
(JLP) KOLEKTOR
PKW PKW
Kolektor PRIMER (JKP)
primer JALAN
JALAN KOLEKTOR PRIMER KOLEKTOR
JALAN (JKP) PRIMER (JKP)
LOKAL
PRIMER JALAN LOKAL
(JLP) PKL PRIMER (JLP) PKL

JALAN LOKAL PRIMER (JLP)

PK Lokal primer
LING- PK-Lingk
KUNGAN
Sistem Jaringan
JALAN LINGKUNGAN PRIMER (JLP)
Jalan Primer (Rev)

KPD

141005 Sosialisasi UU No 38/2004, PP 15


No. 15/2005 dan RPP Jalan
Hubungan Antara Kawasan Perkotaan
Dengan Fungsi Jalan
Dalam Sistem Jaringan Jalan Sekunder

Primer Sekunder Sekunder Sekunder


Kawasan I II III Perumahan
( F1 ) (F2.1) (F2.2) (F2.3)
Primer (F1) - Arteri - - -
Sekunder 1 (F2.1) Arteri Arteri Arteri - Lokal

Sekunder II (F2.2) - Arteri Kolektor Kolektor Lokal

Sekunder III (F2.3) - - Kolektor Kolektor Lokal


Perumahan - Lokal Lokal Lokal Lokal

141005 Sosialisasi UU No 38/2004, PP 16


No. 15/2005 dan RPP Jalan
Hubungan Antara Kawasan Perkotaan
Dengan Fungsi Jalan
Dalam Sistem Jaringan Jalan Sekunder (Rev)

Primer Sekunder Sekunder Sekunder


Perumahan
Kawasan I II III /persil
( F1 ) (F2.1) (F2.2) (F2.3)
Primer (F1) - Arteri - - -
Sekunder 1 (F2.1) Arteri Arteri Arteri - Lokal

Sekunder II (F2.2) - Arteri Kolektor Kolektor Lokal

Sekunder III (F2.3) - - Kolektor Kolektor Lokal


Perumahan/persil - Lokal Lokal Lokal Lingkungan

141005 Sosialisasi UU No 38/2004, PP 17


No. 15/2005 dan RPP Jalan
F1
Kawasan
Primer Sistem Jaringan
JALAN ARTERI SEKUNDER (JAS)
JALAN ARTERI
SEKUNDER (JAS) Jalan Sekunder

F2,1 JALAN ARTERI F2,1


Kawasan SEKUNDER (JAS) Kawasan
Sekunder Sekunder
I I

JALAN ARTERI
JALAN ARTERI SEKUNDER (JAS)
SEKUNDER (JAS)

JALAN KOLEKTOR
F2,2 SEKUNDER (JKS) F2,2
Kawasan Kawasan
JALAN LOKAL Sekunder Sekunder
SEKUNDER II II
(JLS)

JALAN KOLEKTOR SEKUNDER (JKS)

F2,3 F2,3
JALAN LOKAL JALAN LOKAL
Kawasan Kawasan
SEKUNDER SEKUNDER (JLS)
Sekunder Sekunder
(JLS)
III III

JALAN LOKAL SEKUNDER (JLS)

Perumahan JALAN
LINGKUNGAN Perumahan
SEKUNDER (JLS)

141005 Sosialisasi UU No 38/2004, PP 18


No. 15/2005 dan RPP Jalan
F1
Kawasan
Primer
Sistem Jaringan
JALAN ARTERI
Jalan Sekunder
SEKUNDER (JAS)
JALAN ARTERI SEKUNDER (JAS)
(rev)
F2,1 JALAN ARTERI F2,1
Kawasan SEKUNDER (JAS) Kawasan
Sekunder Sekunder
I I

JALAN ARTERI
JALAN ARTERI SEKUNDER (JAS)
SEKUNDER (JAS)

JALAN KOLEKTOR
F2,2 SEKUNDER (JKS) F2,2
Kawasan Kawasan
JALAN LOKAL Sekunder Sekunder
SEKUNDER II II
(JLS)

JALAN KOLEKTOR SEKUNDER (JKS)

F2,3 F2,3
JALAN LOKAL JALAN LOKAL
Kawasan Kawasan
SEKUNDER SEKUNDER (JLS)
Sekunder Sekunder
(JLS)
III III

JALAN LOKAL SEKUNDER (JLS)

Perumahan JALAN
LINGKUNGAN Perumahan
/persil
SEKUNDER (JLS)
/persil

141005 Sosialisasi UU No 38/2004, PP 19


No. 15/2005 dan RPP Jalan
Sketsa Hipotesis Hirarki Jalan Perkotaan

Pelabuhan &
Pergudangan

Bandar Udara

Pergudangan

Kawasan
Kawasan perdagangan
Industri regional

Terminal angkutan
barang
Perumahan
Sistem Jaringan Jalan Primer
Kawasan Sekunder
Jalan Arteri Sekunder
Kawasan Primer
Jalan Kolektor Sekunder
Batas Perkotaan
Jalan Lokal Sekunder

141005 Sosialisasi UU No 38/2004, PP 20


No. 15/2005 dan RPP Jalan
Paragraf 2
Persyaratan Teknis
Pasal 10

Kriteria persyaratan teknis meliputi:


kecepatan rencana,
lebar badan jalan,
kapasitas,
pengendalian jalan masuk,
pengaturan persimpangan,
perlengkapan jalan,
penggunaan jalan sesuai fungsinya,
tidak terputus.

141005 Sosialisasi UU No 38/2004, PP 21


No. 15/2005 dan RPP Jalan
Bagian Keempat
Status Jalan
Pasal 22

Jalan umum menurut statusnya


dikelompokkan atas:

jalan nasional,
jalan provinsi,
jalan kabupaten,
jalan kota,
jalan desa.
141005 Sosialisasi UU No 38/2004, PP 22
No. 15/2005 dan RPP Jalan
Bagian Kelima
Kelas Jalan
Pasal 28

Kelas jalan dikelompokkan berdasarkan penggunaan jalan dan


kelancaran lalu lintas dan angkutan jalan, serta spesifikasi
penyediaan prasarana jalan.

Pembagian Kelas jalan berdasarkan penggunaan jalan dan kelancaran


lalu lintas dan jalan diatur sesuai dengan ketentuan peraturan
perundangan-undangan di bidang lalu lintas dan angkutan jalan.

Kelas jalan berdasarkan spesifikasi penyediaan prasarana jalan


dikelompokkan atas:
jalan bebas hambatan,
jalan raya,
jalan sedang,
jalan kecil.

141005 Sosialisasi UU No 38/2004, PP 23


No. 15/2005 dan RPP Jalan
Pasal 29

1. Spesifikasi penyediaan prasarana jalan meliputi pengendalian jalan masuk,


persimpangan, jumlah dan lebar lajur, ketersediaan median, dan pagar.

2. Spesifikasi Jalan bebas hambatan meliputi pengendalian jalan masuk secara


penuh, tidak ada persimpangan sebidang, dilengkapi pagar ruang milik
jalan, dan dilengkapi dengan median, paling sedikit mempunyai 2 (dua) lajur
setiap arah, lebar lajur sekurang-kurangnya 3,5 (tiga koma lima) meter.

3. Spesifikasi Jalan raya adalah jalan umum untuk lalu lintas menerus dengan
pengendalian jalan masuk secara terbatas dan dilengkapi dengan median,
paling sedikit 2 (dua) lajur setiap arah, lebar lajur sekurang-kurangnya 3,5
(tiga koma lima) meter.

4. Spesifikasi jalan sedang adalah jalan umum dengan lalu lintas jarak sedang
dengan pengendalian jalan masuk tidak dibatasi, paling sedikit 2 (dua) lajur
untuk 2 (dua) arah dengan lebar jalur paling sedikit 7 (tujuh) meter.

5. Spesifikasi jalan kecil adalah jalan umum untuk melayani lalu lintas
setempat, paling sedikit 2 (dua) lajur untuk 2 (dua) arah dengan lebar jalur
paling sedikit 5,5 (lima koma lima) meter.

141005 Sosialisasi UU No 38/2004, PP 24


No. 15/2005 dan RPP Jalan
BAB III
BAGIAN-BAGIAN JALAN
Pasal 30 - 53

Bagian Pertama
Umum
Pasal 30

RUANG MANFAAT JALAN,


RUANG MILIK JALAN,
RUANG PENGAWASAN JALAN.
141005 Sosialisasi UU No 38/2004, PP 25
No. 15/2005 dan RPP Jalan
Bagian Kedua
Ruang Manfaat Jalan
Pasal 31

1. Ruang manfaat jalan meliputi badan jalan, saluran tepi jalan,


dan ambang pengamannya.

2. Ruang manfaat jalan merupakan ruang sepanjang jalan yang


dibatasi oleh lebar, tinggi, dan kedalaman tertentu yang
ditetapkan oleh penyelenggara jalan yang bersangkutan
berdasarkan pedoman yang ditetapkan oleh Menteri.

3. Ruang manfaat jalan hanya diperuntukkan bagi median,


perkerasan jalan, jalur pemisah, bahu jalan, saluran tepi
jalan, trotoar, lereng, ambang pengaman, timbunan dan
galian, gorong-gorong, perlengkapan jalan, dan bangunan
pelengkap lainnya.

141005 Sosialisasi UU No 38/2004, PP 26


No. 15/2005 dan RPP Jalan
Bagian Ketiga
Ruang Milik Jalan
Pasal 36

Ruang milik jalan terdiri dari ruang manfaat jalan dan sejalur
tanah tertentu diluar ruang manfaat jalan.

Ruang milik jalan merupakan ruang sepanjang jalan yang


dibatasi oleh lebar, kedalaman dan tinggi tertentu.

Ruang milik jalan diperuntukkan bagi ruang manfaat jalan


dan pelebaran jalan maupun penambahan jalur lalu lintas di
kemudian hari serta kebutuhan ruangan untuk pengamanan
jalan.

Sejalur tanah tertentu dapat dimanfaatkan sebagai ruang


terbuka hijau yang berfungsi sebagai lansekap jalan.
141005 Sosialisasi UU No 38/2004, PP 27
No. 15/2005 dan RPP Jalan
Pasal 37

Ruang milik jalan memenuhi ketentuan lebar paling rendah


sebagai berikut:

Jalan bebas hambatan 30 (tiga puluh) meter;


Jalan raya 25 (dua puluh lima) meter;
Jalan sedang 15 (lima belas) meter; dan
Jalan kecil 11 (sebelas) meter.

Lebar ruang milik jalan diberi tanda batas ruang milik jalan
sesuai dengan peraturan Menteri.

141005 Sosialisasi UU No 38/2004, PP 28


No. 15/2005 dan RPP Jalan
Bagian Keempat
Ruang Pengawasan Jalan
Pasal 41

1. Ruang pengawasan jalan merupakan ruang tertentu di


luar ruang milik jalan yang penggunaannya ada di
bawah pengawasan penyelenggara jalan.

2. Ruang pengawasan jalan diperuntukan bagi pandangan


bebas pengemudi dan pengamanan konstruksi jalan
serta pengamanan fungsi jalan.

3. Ruang pengawasan jalan merupakan ruang sepanjang


jalan diluar ruang milik jalan yang dibatasi oleh lebar
dan tinggi tertentu.

141005 Sosialisasi UU No 38/2004, PP 29


No. 15/2005 dan RPP Jalan
Ruang Pengawasan Jalan
Pasal 41 .

Dalam hal ruang milik jalan tidak cukup luas, lebar ruang
pengawasan jalan ditentukan dari tepi badan jalan paling
rendah sebagai berikut:

jalan arteri primer 15 (lima belas) meter;


jalan kolektor primer 10 (sepuluh) meter;
jalan lokal primer 7 (tujuh) meter;
jalan lingkungan primer 5 (lima) meter;
jalan arteri sekunder 15 (lima belas) meter;
jalan kolektor sekunder 5 (lima) meter;
jalan lokal sekunder 3 (tiga) meter;
jalan lingkungan sekunder 2 (dua) meter;
jembatan 100 (seratus) meter kearah hilir dan hulu.
141005 Sosialisasi UU No 38/2004, PP 30
No. 15/2005 dan RPP Jalan
5m
Pa gar

Pa gar
x
5a
5d 5b 5b 5d
5c 5c
1,5m

= R U M A JA = R U M I JA = R U W A S JA = B A NGU NA N

a = J a lu r la lu lin t a s , b = B a h u j ala n , c = S a lu r a n t e pi , d = A m b a n g p e n g am an , X = b + a+ b = B a d an ja la n .

BAGIAN BAGIAN JALAN

141005 Sosialisasi UU No 38/2004, PP 31


No. 15/2005 dan RPP Jalan
Bagian Kelima
Pemanfaatan Bagian-bagian Jalan

Paragraf 1
Bangunan Utilitas

Pasal 43

Bangunan utilitas pada jaringan jalan di dalam kota dapat ditempatkan di


dalam ruang manfaat jalan dengan ketentuan:

1. di atas tanah ditempatkan di luar jarak tertentu dari tepi paling luar
bahu jalan atau trotoar, sehingga tidak menimbulkan hambatan
samping bagi pemakai jalan;

2. di bawah tanah ditempatkan di luar jarak tertentu dari tepi paling luar
bahu jalan atau trotoar, sehingga tidak mengganggu keamanan
konstruksi jalan.

Bangunan utilitas pada jaringan jalan di luar kota, dapat ditempatkan di


dalam ruang milik jalan pada sisi terluar.

141005 Sosialisasi UU No 38/2004, PP 32


No. 15/2005 dan RPP Jalan
Paragraf 2
Penanaman Pohon

Pasal 46

Pohon-pohon pada sistem jaringan jalan di luar kota harus


ditanam di luar ruang manfaat jalan.

Pohon-pohon pada sistem jaringan jalan di dalam kota


dapat ditanam di batas ruang manfaat jalan, median atau di
jalur pemisah.

Penanaman pohon ditentukan berdasarkan pedoman yang


ditetapkan Menteri.
141005 Sosialisasi UU No 38/2004, PP 33
No. 15/2005 dan RPP Jalan
Paragraf 3
Perlengkapan Jalan

Pasal 47

Menteri yang bertanggung jawab dalam bidang lalu-lintas dan angkutan


mengatur pengadaan, penempatan, pemasangan, perbaikan, penggantian
baru, dan pemindahan, perlengkapan jalan yang berkaitan langsung dengan
pengguna jalan setelah memperhatikan pendapat Menteri.

Penyelenggara jalan melaksanakan pengadaan, penempatan, dan


pemasangan perlengkapan jalan yang berkaitan langsung dengan pengguna
jalan di ruang manfaat jalan pada pembangunan jalan baru termasuk
peningkatan jalan dengan berpedoman pada ketentuan yang ditetapkan oleh
menteri yang bertanggung jawab dalam bidang lalu lintas dan angkutan serta
berkoordinasi dengan instansi yang bertanggung jawab dalam bidang lalu
lintas dan angkutan jalan sesuai dengan kewenangannya.

Penyelenggara jalan melaksanakan pengadaan, pemasangan, perbaikan,


penggantian baru, pemindahan, dan pemeliharaan perlengkapan jalan yang
berkaitan tidak langsung dengan pengguna jalan.

141005 Sosialisasi UU No 38/2004, PP 34


No. 15/2005 dan RPP Jalan
Paragraf 4
Prasarana Moda Transportasi Lain

Pasal 48

Dalam hal ruang milik jalan digunakan untuk prasarana moda


transportasi lain, maka persyaratan teknis dan pengaturan
pelaksanaannya ditetapkan bersama oleh penyelenggara
jalan dan instansi yang bertanggung jawab di bidang
prasarana moda transportasi yang bersangkutan dengan
mengutamakan kepentingan umum.

141005 Sosialisasi UU No 38/2004, PP 35


No. 15/2005 dan RPP Jalan
Paragraf 5
Izin, Rekomendasi, Dispensasi, dan Pertimbangan

Pasal 49

Pemanfaataan ruang manfaat jalan dan pemanfaatan ruang milik jalan


selain peruntukan wajib mendapat izin.

Pemanfaatan ruang manfaat jalan dan ruang milik jalan meliputi bangunan
yang ditempatkan di atas, pada dan di bawah permukaan tanah di ruang
manfaat jalan dan di ruang milik jalan dengan syarat tidak mengganggu
pengguna jalan dan tidak membahayakan konstruksi jalan.

Izin pemanfaatan ruang manfaat jalan dan ruang milik jalan untuk jalan
nasional, jalan provinsi, dan jalan kabupaten/kota kecuali jalan tol,
ditetapkan oleh bupati/walikota setelah mendapat persetujuan tertulis
dari penyelenggara jalan yang bersangkutan.

141005 Sosialisasi UU No 38/2004, PP 36


No. 15/2005 dan RPP Jalan
Izin

Pasal 49

Pemberian izin dilakukan berdasarkan persyaratan


sebagai berikut:

tidak mengganggu kelancaran dan keselamatan pengguna jalan


serta tidak membahayakan konstruksi jalan;

telah mendapat persetujuan tertulis dari penyelenggara jalan yang


bersangkutan;

sesuai peraturan perundang-undangan; dan

sesuai pedoman yang ditetapkan oleh Menteri.

141005 Sosialisasi UU No 38/2004, PP 37


No. 15/2005 dan RPP Jalan
Izin

Pasal 49

Persetujuan tertulis meliputi penunjukan lokasi, dan persyaratan


teknis pemanfaatan ruang manfaat jalan dan ruang milik jalan
berdasarkan pedoman yang ditetapkan oleh Menteri.

Pengawasan pelaksanaan pemasangan, pembuatan, penempatan


bangunan bangunan atau benda dan penanaman pohon dalam
rangka pemanfaatan ruang manfaat jalan dan ruang milik jalan
dilaksanakan oleh penyelenggara jalan yang bersangkutan.

Izin pemanfaatan ruang manfaat jalan dan ruang milik jalan untuk
Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta ditetapkan oleh gubernur.

141005 Sosialisasi UU No 38/2004, PP 38


No. 15/2005 dan RPP Jalan
Rekomendasi

Pasal 50

Izin penggunaan ruang pengawasan jalan ditetapkan oleh instansi yang


berwenang setelah mendapat rekomendasi tertulis dari penyelenggara
jalan yang bersangkutan.

Rekomendasi tertulis dapat diberikan berdasarkan persyaratan sebagai


berikut:

1. tidak mengganggu kelancaran dan keselamatan pengguna jalan serta


membahayakan konstruksi jalan;

2. sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku;

3. sesuai pedoman yang ditetapkan oleh Menteri.

Pengawasan penggunaan ruang pengawasan jalan dilaksanakan oleh


penyelenggara jalan yang bersangkutan melalui instansi pemberi izin.

141005 Sosialisasi UU No 38/2004, PP 39


No. 15/2005 dan RPP Jalan
Dispensasi

Pasal 51

Pemanfaatan ruang manfaat jalan yang memerlukan perlakuan khusus


terhadap konstruksi jalan dan jembatan harus mendapat dispensasi
tertulis.

Semua akibat yang ditimbulkan dalam rangka perlakuan khusus terhadap


konstruksi jalan dan jembatan menjadi tanggung jawab pemohon
dispensasi.

Perbaikan terhadap kerusakan jalan dan jembatan sebagai akibat


pemanfaatan ruang manfaat jalan menjadi tanggung jawab pemohon
dispensasi.

Dispensasi tertulis untuk jalan nasional, jalan provinsi, dan jalan


kabupaten/kota kecuali jalan tol, ditetapkan oleh bupati/walikota setelah
mendapat persetujuan tertulis dari penyelenggara jalan yang
bersangkutan.

141005 Sosialisasi UU No 38/2004, PP 40


No. 15/2005 dan RPP Jalan
Pasal 52

Persetujuan tertulis dan rekomendasi tertulis pada jalan nasional kecuali jalan tol
dilaksanakan oleh gubernur.

Pemberian persetujuan tertulis dan rekomendasi tertulis oleh gubernur pada jalan
nasional kecuali jalan tol wajib dilaporkan kepada Menteri.

Pemberian izin pemanfaatan ruang milik jalan dan ruang manfaat jalan oleh
bupati/walikota dan pemberian dispensasi penggunaan ruang manfaat jalan oleh
bupati/walikota wajib dilaporkan kepada penyelenggara jalan yang bersangkutan.

Pemberian izin pemanfaatan ruang milik jalan dan ruang manfaat jalan oleh
bupati/walikota dan pemberian dispensasi penggunaan ruang manfaat jalan oleh
bupati/walikota untuk lintas wilayah kabupaten/kota dapat dikoordinasikan oleh
gubernur.

Pemberian izin pemanfaatan ruang milik jalan dan ruang manfaat jalan oleh
bupati/walikota dan pemberian dispensasi penggunaan ruang manfaat jalan oleh
bupati/walikota untuk lintas wilayah provinsi dapat dikoordinasikan oleh
Menteri.

141005 Sosialisasi UU No 38/2004, PP 41


No. 15/2005 dan RPP Jalan
Pasal 53

Ketentuan lebih lanjut mengenai izin pemanfaatan ruang


manfaat jalan dan ruang milik jalan dan rekomendasi
penggunaan jalan dengan muatan khusus diatur dengan
pedoman yang ditetapkan oleh Menteri.

Izin penggunaan ruang pengawasan jalan harus mengikuti


peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Ketentuan lebih lanjut mengenai persetujuan tertulis diatur


dengan pedoman yang ditetapkan oleh Menteri.

141005 Sosialisasi UU No 38/2004, PP 42


No. 15/2005 dan RPP Jalan
BAB IV

WEWENANG

Pasal 54 - 62

141005 Sosialisasi UU No 38/2004, PP 43


No. 15/2005 dan RPP Jalan
Bagian Kedua
Pelimpahan dan Pengambilalihan Wewenang
Paragraf 1
Pelimpahan Wewenang
Pasal 56

Sebagian wewenang pemerintah dalam pembangunan jalan nasional yang


meliputi perencanaan teknis, pelaksanaan konstruksi, pengoperasian, dan
pemeliharaan dapat dilaksanakan oleh pemerintah provinsi.

Wewenang perencanaan teknis dapat dilimpahkan kepada gubernur sebagai


wakil pemerintah di daerah dalam rangka dekonsentrasi.

Wewenang pelaksanaan konstruksi dan pemeliharaan dapat dilaksanakan


oleh gubernur melalui tugas pembantuan.

Pelaksanaan wewenang dalam rangka dekonsentrasi dan tugas pembantuan


dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

141005 Sosialisasi UU No 38/2004, PP 44


No. 15/2005 dan RPP Jalan
Paragraf 2
Pengambilalihan Wewenang
Pasal 57
1. Menteri setelah mendengar pendapat penyelenggara jalan yang bersangkutan
dapat :
a. mengambilalih sementara wewenang penyelenggaraan suatu ruas jalan;
b. langsung menangani secara fisik suatu jalan; dan/atau
c. menutup sementara suatu ruas jalan.

2. Pengambilalihan, penanganan fisik, dan/atau penutupan suatu ruas jalan dapat


didasarkan pada salah satu atau beberapa pertimbangan sbb :
a. ruas jalan dipandang sangat strategis terhadap pertahanan dan keamanan
nasional;
b.ruas jalan dipandang sangat penting dilihat dari segi ekonomi nasional;
dan/atau
c. ruas jalan tertentu dengan pertimbangan sosial, politik dan budaya masyarakat
setempat.

3. Pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bersifat darurat


untuk jangka waktu terbatas dengan tidak mengubah status jalan semula.
141005 Sosialisasi UU No 38/2004, PP 45
No. 15/2005 dan RPP Jalan
Bagian Ketiga
Penetapan Sistem Jaringan Jalan, Fungsi Jalan,
Status Jalan, dan Kelas Jalan

Paragraf 1
Penetapan Sistem Jaringan Jalan
Pasal 58

Penetapan sistem jaringan jalan sebagai sistem jaringan jalan primer


dilakukan dengan keputusan Menteri dengan memperhatikan
pendapat menteri yang bertanggung jawab di bidang transportasi.

Penetapan sistem jaringan jalan sebagai sistem jaringan jalan


sekunder dilakukan dengan keputusan Menteri Dalam Negeri
dengan memperhatikan pendapat Menteri.

141005 Sosialisasi UU No 38/2004, PP 46


No. 15/2005 dan RPP Jalan
Paragraf 2
Penetapan Fungsi Jalan
Pasal 59

1) Penetapan ruas-ruas jalan menurut fungsinya untuk jalan


arteri dan jalan kolektor yang menghubungkan antaribukota
provinsi dalam sistem jaringan jalan primer dilakukan secara
berkala dengan keputusan Menteri setelah mendengar
pendapat menteri yang bertanggung jawab dalam bidang
transportasi.

2) Penetapan ruas-ruas jalan menurut fungsinya dalam sistem


jaringan jalan sekunder, jalan kolektor dalam sistem jaringan
jalan primer selain dimaksud pada ayat (1), jalan lokal dalam
sistem jaringan jalan primer, serta jalan lingkungan dalam
sistem jaringan jalan primer dilakukan secara berkala oleh
gubernur, atas usul bupati/walikota yang bersangkutan dengan
memperhatikan keputusan Menteri sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), keputusan Menteri sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 58 dan berdasarkan pedoman yang ditetapkan
141005 Sosialisasi UU No 38/2004, PP 47
oleh Menteri. No. 15/2005 dan RPP Jalan
Paragraf 3
Penetapan Status Jalan
Pasal 60

1. Penetapan status suatu ruas jalan sebagai jalan nasional dilakukan dengan keputusan
Menteri dengan memperhatikan keputusan Menteri sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 59 ayat (1).

2. Penetapan status suatu ruas jalan sebagai jalan provinsi dilakukan dengan peraturan
daerah provinsi yang bersangkutan, dengan memperhatikan keputusan menteri
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), keputusan menteri sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 59 ayat (2), dan pedoman yang ditetapkan oleh Menteri.

3. Penetapan status suatu ruas jalan sebagai jalan kabupaten dilakukan dengan
peraturan daerah kabupaten yang bersangkutan dengan memperhatikan pedoman
yang ditetapkan oleh Menteri.

4. Penetapan status suatu ruas jalan sebagai jalan kota dilakukan dengan peraturan
daerah kota yang bersangkutan dengan memperhatikan pedoman yang ditetapkan oleh
Menteri.

5. Penetapan status suatu ruas jalan sebagai jalan desa dilakukan dengan peraturan
daerah kabupaten yang bersangkutan dengan memperhatikan pedoman yang
ditetapkan oleh Menteri.

6. Penetapan ruas-ruas jalan menurut statusnya dilakukan secara berkala.


141005 Sosialisasi UU No 38/2004, PP 48
No. 15/2005 dan RPP Jalan
Paragraf 4
Penetapan Kelas Jalan Berdasarkan
Spesifikasi Prasarana Jalan
Pasal 61

Penetapan kelas jalan berdasarkan spesifikasi


prasarana jalan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 29 ayat (1), dan lebar ruang milik jalan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37 ayat (1)
dilakukan oleh penyelenggara jalan yang
bersangkutan sesuai status jalan masing-
masing dengan memperhatikan pedoman yang
ditetapkan oleh Menteri.

141005 Sosialisasi UU No 38/2004, PP 49


No. 15/2005 dan RPP Jalan
Bagian Keempat
Perubahan Fungsi Jalan, Status Jalan, dan Kelas Jalan
Pasal 62
1. Fungsi jalan suatu ruas jalan dapat berubah apabila:
a) ruas jalan tersebut berperan penting dalam pelayanan terhadap wilayah yang
lebih luas dari wilayah sebelumnya;
b) ruas jalan tersebut makin dibutuhkan masyarakat dalam rangka
pengembangan sistem transportasi;
c) ruas jalan tersebut oleh sebab-sebab tertentu, menjadi berkurang
peranannya dan menjangkau wilayah terbatas, lebih sempit dari wilayah
sebelumnya; dan/atau
d) ruas jalan tersebut lebih banyak melayani masyarakat dalam wilayah
wewenang penyelenggara jalan yang baru.
2. Perubahan fungsi jalan dapat diusulkan oleh penyelenggara jalan sebelumnya
kepada penyelenggara jalan yang akan menerima.
3. Penyelenggara jalan yang menerima usulan tersebut memberikan pendapatnya
kepada penyelenggara jalan sebelumnya dari ruas jalan yang bersangkutan.
4. Penetapan fungsi jalan suatu ruas jalan menurut proses peralihan ditetapkan oleh
penyelenggara jalan yang berwenang menetapkan fungsi jalan yang baru dari ruas
jalan yang bersangkutan, setelah mendengar pendapat penyelenggara jalan yang
menetapkan fungsi jalan sebelumnya.
141005 Sosialisasi UU No 38/2004, PP 50
No. 15/2005 dan RPP Jalan
Pasal 63

1. Status jalan suatu ruas jalan dapat berubah setelah


perubahan fungsi jalan ditetapkan.

2. Perubahan status jalan dapat diusulkan oleh penyelenggara


jalan sebelumnya kepada penyelenggara jalan yang akan
menerima.

3. Penyelenggara jalan yang menerima usulan tersebut


memberikan pendapatnya kepada penyelenggara jalan
sebelumnya dari ruas jalan yang bersangkutan.

4. Sebelum status jalan ditetapkan oleh penyelenggara jalan


yang akan menerima, penyelenggara jalan sebelumnya
tetap bertanggung Sosialisasi
141005
jawab atas penyelenggaraan jalan
UU No 38/2004, PP 51
tersebut. No. 15/2005 dan RPP Jalan
BAB V

PENYELENGGARAAN JALAN

Pasal 65 - 108

141005 Sosialisasi UU No 38/2004, PP 52


No. 15/2005 dan RPP Jalan
Bagian Pertama

Umum

Pasal 65

Penyelenggaraan jalan meliputi kegiatan:

pengaturan,
pembinaan,
pembangunan,
pengawasan.
141005 Sosialisasi UU No 38/2004, PP 53
No. 15/2005 dan RPP Jalan
Bagian Kedua
Pengaturan

Paragraf 1
Perumusan Kebijakan Perencanaan
Pasal 66

Perumusan kebijakan perencanaan jalan didasarkan pada


prinsip prinsip kemanfaatan, keamanan dan keselamatan,
keserasian, keselarasan dan keseimbangan, keadilan,
transparansi dan akuntabilitas, keberdayagunaan dan
keberhasil gunaan, serta kebersamaan dan kemitraan.

141005 Sosialisasi UU No 38/2004, PP 54


No. 15/2005 dan RPP Jalan
Paragraf 2
Penyusunan Perencanaan Umum
Pasal 68 - 70

1) Penyusunan perencanaan umum jaringan jalan menghasilkan rencana umum jaringan


jalan yang menggambarkan wujud jaringan jalan sebagai satu kesatuan sistem
jaringan.

2) Rencana umum jangka panjang jaringan jalan nasional disusun berdasarkan pada
rencana pembangunan nasional jangka panjang, rencana tata ruang wilayah nasional,
dan rencana umum jaringan transportasi jalan serta berdasarkan pedoman yang
ditetapkan oleh Menteri.

3) Rencana umum jangka panjang jaringan jalan nasional ditetapkan oleh Menteri

4) Rencana umum jangka panjang jaringan jalan provinsi ditetapkan dengan peraturan
daerah provinsi.

5) Rencana umum jangka panjang jaringan jalan kabupaten/kota ditetapkan dengan


peraturan daerah kabupaten/kota.

6) Rencana umum jangka panjang disusun untuk periode 20 (dua puluh) tahun.

7) Rencana umum jangka menengah disusun untuk periode 5 (lima) tahun.

141005 Sosialisasi UU No 38/2004, PP 55


No. 15/2005 dan RPP Jalan
Paragraf 3
Penyusunan Peraturan Perundang-undangan
Pasal 71

1. Menteri menyusun rancangan peraturan perundang-


undangan di bidang jalan.

2. Gubernur menyusun rancangan peraturan pelaksanaan di


bidang jalan provinsi dalam rangka pelaksanaan otonomi
daerah.

3. Bupati/walikota menyusun rancangan peraturan pelaksanaan


di bidang jalan kabupaten/kota dalam rangka pelaksanaan
otonomi daerah.

141005 Sosialisasi UU No 38/2004, PP 56


No. 15/2005 dan RPP Jalan
Paragraf 4
Pengendalian Penyelenggaraan Jalan Secara Makro
Pasal 72

Pengendalian penyelenggaraan jalan secara makro


oleh Pemerintah meliputi:

Pengendalian pelaksanaan penyelenggaraan jalan oleh


pemerintah daerah;

Pengendalian peraturan pelaksanaan yang terkait


dengan penyelenggaraan jalan di daerah.

141005 Sosialisasi UU No 38/2004, PP 57


No. 15/2005 dan RPP Jalan
Bagian Ketiga
Pembinaan

Paragraf 1
Umum
Pasal 73

1. Pembinaan jalan umum meliputi pembinaan jalan secara umum dan


pembinaan jalan nasional, jalan provinsi, jalan kabupaten dan jalan
desa, serta jalan kota.

2. Pembinaan jalan secara umum meliputi:

a. Penyusunan dan penetapan norma, standar, kriteria, dan


pedoman penyelenggaraan jalan.

b. pengembangan sistem bimbingan, penyuluhan, serta


pendidikan dan pelatihan di bidang jalan;

c. pengkajian serta penelitian dan pengembangan teknologi


bidang jalan;

141005 Sosialisasi UU No 38/2004, PP 58


No. 15/2005 dan RPP Jalan
Pasal 73

Pembinaan jalan nasional, jalan provinsi, jalan kabupaten dan


jalan desa, serta jalan kota meliputi:

1. pemberian bimbingan, penyuluhan, dan pelatihan para aparatur


penyelenggara jalan dan pemangku kepentingan di bidang
jalan;

2. pengkajian serta penelitian dan pengembangan teknologi


bidang jalan dan yang terkait;

3. pemberian fasilitas penyelesaian sengketa antarwilayah dalam


penyelenggaraan jalan; dan

4. pemberian izin, rekomendasi, dispensasi, dan pertimbangan


pemanfaatan ruang manfaat jalan, ruang milik jalan, dan ruang
pengawasan jalan.

141005 Sosialisasi UU No 38/2004, PP 59


No. 15/2005 dan RPP Jalan
Paragraf 2
Penyusunan dan Penetapan Norma,
Standar, Kriteria, dan Pedoman
Pasal 74

Menteri menyusun dan menetapkan


norma, standar, kriteria, dan pedoman
penyelenggaraan jalan.

141005 Sosialisasi UU No 38/2004, PP 60


No. 15/2005 dan RPP Jalan
Paragraf 3
Pelayanan dan Pemberdayaan sumber daya manusia
Pasal 75 - 77

Pelayanan kepada masyarakat berupa penyediaan sistem informasi,


penyediaan data dan informasi, penerimaan masukan dan informasi,
pelayanan kajian, pelayanan pengujian, pelayanan penelitian dan
pengembangan, pemberian izin, rekomendasi, dispensasi, dan
pertimbangan pemanfaatan bagian bagian jalan.

Pemberdayaan dalam rangka penyelenggaraan jalan meliputi kegiatan


pemberian bimbingan, penyuluhan, pendidikan dan pelatihan kepada
aparatur penyelenggara jalan dan pemangku kepentingan.

Pemberdayaan untuk aparatur penyelenggara jalan secara nasional


dilakukan oleh Menteri.

Pemberdayaan untuk aparatur penyelenggara jalan provinsi dilakukan


oleh gubernur.

Pemberdayaan untuk aparatur penyelenggara jalan kabupaten/kota dan


jalan desa dilakukan oleh bupati/walikota.

141005 Sosialisasi UU No 38/2004, PP 61


No. 15/2005 dan RPP Jalan
Paragraf 4
Penelitian dan Pengembangan Jalan

Pasal 78

Pengkajian, penelitian dan pengembangan di bidang jalan dilakukan


dengan maksud untuk meningkatkan keandalan jalan,
mengembangkan potensi sumber daya alam, meningkatkan kinerja
penyelenggaraan jalan, dan memberi nilai tambah dalam
penyelenggaraan jalan.

Kegiatan pelaksanaan pengkajian, penelitian dan pengembangan di


bidang jalan dilaksanakan oleh penyelenggara jalan dan dapat
bekerjasama dengan pemangku kepentingan penyelenggaraan jalan,
termasuk perguruan tinggi dan para pihak yang mempunyai hubungan
baik langsung maupun tidak langsung dengan penyelenggaraan jalan.

141005 Sosialisasi UU No 38/2004, PP 62


No. 15/2005 dan RPP Jalan
Bagian Keempat
Pembangunan

Paragraf 1
Umum
Pasal 79

Pembangunan jalan meliputi kegiatan:

pemrograman dan penganggaran,


perencanaan teknis,
pengadaan tanah,
pelaksanaan konstruksi, dan
pengoperasian dan pemeliharaan jalan.

141005 Sosialisasi UU No 38/2004, PP 63


No. 15/2005 dan RPP Jalan
Paragraf 2
Pemrograman dan Penganggaran
Pasal 80

1. Pemrograman penanganan jaringan jalan


merupakan penyusunan rencana kegiatan
penanganan ruas jalan yang menjadi tanggung
jawab penyelenggara jalan yang
bersangkutan.

2. Pemrograman penanganan jaringan jalan


mencakup penetapan rencana tingkat kinerja
yang akan dicapai serta perkiraan biaya yang
diperlukan.

141005 Sosialisasi UU No 38/2004, PP 64


No. 15/2005 dan RPP Jalan
Paragraf 3
Perencanaan Teknis
Pasal 82

Perencanaan teknis merupakan kegiatan penyusunan dokumen rencana


teknis yang berisi gambaran produk yang ingin diwujudkan.

Rencana teknis jalan sekurang-kurangnya memenuhi ketentuan teknis


mengenai:
ruang manfaat jalan;
ruang milik jalan;
ruang pengawasan jalan;
dimensi jalan;
beban rencana, volume lalu lintas dan kapasitas;
persyaratan geometrik jalan;
konstruksi jalan;
kontruksi bangunan pelengkap jalan;
perlengkapan jalan;
ruang bebas; dan
kelestarian lingkungan hidup.

141005 Sosialisasi UU No 38/2004, PP 65


No. 15/2005 dan RPP Jalan
Perencanaan Teknis
Pasal 83 -- 84

Rencana teknis jembatan diperhitungkan untuk mampu


menerima beban rencana muatan sumbu terberat dan
konfigurasi sumbu kendaraan yang diijinkan lewat.

Ruang bebas bawah jembatan harus memenuhi


ketentuan ruang bebas untuk lalu lintas dan angkutan
yang melewatinya.

Rencana teknis jalan terowongan diperhitungkan


terhadap aspek pengoperasian dan pemeliharaan,
keselamatan, serta keadaan darurat.

141005 Sosialisasi UU No 38/2004, PP 66


No. 15/2005 dan RPP Jalan
Perencanaan Teknis
Pasal 85

Dokumen rencana teknis jalan harus dibuat oleh


perencana teknis dan disetujui oleh penyelenggara jalan
yang bersangkutan atau pejabat yang ditunjuk.

Perencana teknis jalan bertanggung jawab penuh


terhadap dokumen rencana teknis jalan sesuai
peraturan perundang-undangan bidang jasa
konstruksi.

Perencana teknis jalan harus memenuhi persyaratan


keahlian sebagaimana diatur dalam peraturan
141005 Sosialisasi UU No 38/2004, PP 67
perundang-undangan bidang
No. 15/2005 dan RPPjasa
Jalan konstruksi.
Paragraf 4
Pengadaan Tanah
Pasal 86

1. Jalan umum dibangun di atas tanah yang dikuasai oleh Negara.

2. Dalam hal pelaksanaan konstruksi jalan umum tidak di atas


tanah yang dikuasai oleh Negara, pelaksanaan konstruksi jalan
umum dilakukan dengan cara pengadaan tanah.

3. Pengadaan tanah diperlukan untuk konstruksi jalan baru,


pelebaran jalan, atau perbaikan alinemen.

4. Pelaksanaan konstruksi jalan dapat dimulai setelah pengadaan


tanah selesai dilaksanakan sekurang kurangnya pada bagian
ruas jalan yang dapat berfungsi.

141005 Sosialisasi UU No 38/2004, PP 68


No. 15/2005 dan RPP Jalan
Paragraf 5
Pelaksanaan Konstruksi
Pasal 87

Pelaksanaan konstruksi jalan merupakan kegiatan


penanganan jaringan jalan untuk mewujudkan jalan.

Penyelenggara jalan wajib menjaga kelancaran dan


keselamatan lalu lintas selama pelaksanaan konstruksi
jalan.

Selama berlangsungnya pelaksanaan konstruksi jalan,


penyelenggara jalan wajib menjaga fungsi bangunan
utilitas.
141005 Sosialisasi UU No 38/2004, PP 69
No. 15/2005 dan RPP Jalan
Paragraf 6
Pengoperasian dan Pemeliharaan
Pasal 92

Pengoperasian jalan harus dilengkapi dengan


perlengkapan jalan untuk menjamin keselamatan
pengguna jalan.

Penyelenggara jalan mempunyai kewajiban dan


bertanggung jawab untuk memelihara jalan yang ada di
bawah wewenang dan tanggung jawabnya.

Pemeliharaan jalan merupakan prioritas tertinggi dari


semua jenis penanganan jalan.
141005 Sosialisasi UU No 38/2004, PP 70
No. 15/2005 dan RPP Jalan
Paragraf 7
Laik Fungsi Jalan
Pasal 98

Jalan umum dioperasikan setelah ditetapkan memenuhi


persyaratan laik fungsi jalan secara teknis dan administratif.

Uji kelaikan fungsi jalan dilakukan sebelum pengoperasian untuk


jalan yang belum beroperasi, serta secara berkala dan/atau sesuai
kebutuhan selama pengoperasian untuk jalan yang sudah
beroperasi.

Suatu ruas jalan umum dinyatakan laik fungsi apabila memenuhi


persyaratan sebagai berikut:
teknis struktur perkerasan jalan;
teknis struktur bangunan pelengkap jalan;
teknis geometri jalan;
teknis pemanfaatan bagian-bagian jalan;
teknis pengoperasian lalu lintas; dan
administrasi penyelenggaraan jalan.
141005 Sosialisasi UU No 38/2004, PP 71
No. 15/2005 dan RPP Jalan
Laik Fungsi Jalan
Pasal 98

Prosedur pelaksanaaan uji kelaikan fungsi jalan


dilaksanakan oleh tim uji laik fungsi yang dibentuk
oleh penyelenggara jalan yang bersangkutan terdiri dari
unsur penyelenggara jalan, instansi yang bertugas dan
bertanggungjawab di bidang lalu lintas dan angkutan
jalan.

Penetapan laik fungsi jalan suatu ruas dilakukan oleh


penyelenggara jalan yang bersangkutan berdasarkan
rekomendasi yang diberikan oleh tim uji laik fungsi.

141005 Sosialisasi UU No 38/2004, PP 72


No. 15/2005 dan RPP Jalan
Laik Fungsi Jalan
Pasal 98

Suatu ruas jalan umum dinyatakan laik fungsi


apabila memenuhi persyaratan sebagai berikut:

teknis struktur perkerasan jalan;


teknis struktur bangunan pelengkap jalan;
teknis geometri jalan;
teknis pemanfaatan bagian-bagian jalan;
teknis pengoperasian lalu lintas; dan
administrasi penyelenggaraan jalan.
141005 Sosialisasi UU No 38/2004, PP 73
No. 15/2005 dan RPP Jalan
Paragraf 8
Penilikan
Pasal 99 - 102

Penyelenggara jalan berwenang mengadakan penilikan jalan yang ada di bawah


wewenangnya.

Menteri mengatur tata cara penilikan ruang manfaat jalan, ruang milik jalan, dan
ruang pengawasan jalan.

Pelaksanaan penilikan penyelenggara jalan berwenang mengangkat orang sebagai


penilik jalan di ruas-ruas jalan yang menjadi tanggung jawab penyelenggara jalan
yang bersankgutan.

Penilik jalan bertugas:


a) setiap hari mengamati pemanfaatan dan kondisi bagian-bagian
jalan;
b) menyampaikan laporan hasil pengamatannya secara tertulis kepada
penyelenggara jalan setiap bulan sekurang-kurangnya satu kali; dan
c) menyampaikan usul tindakan turun tangan kepada
penyelenggara jalan atau instansi yang berwenang.

141005 Sosialisasi UU No 38/2004, PP 74


No. 15/2005 dan RPP Jalan
Bagian Kelima
Pengawasan
Pasal 103

Pengawasan jalan meliputi pengawasan jalan secara umum,


dan pengawasan jalan nasional, jalan provinsi, jalan
kabupaten/kota, dan jalan desa.

Pengawasan jalan secara umum meliputi:


kegiatan evaluasi dan pengkajian pelaksanaan kebijakan
penyelenggaraan jalan;
pengendalian fungsi dan manfaat hasil pembangunan;
dan
Pemenuhan standar pelayanan minimal yang ditetapkan.

141005 Sosialisasi UU No 38/2004, PP 75


No. 15/2005 dan RPP Jalan
Pengawasan
Pasal 103

Pengawasan jalan nasional, jalan provinsi, jalan


kabupaten/kota, dan jalan desa meliputi evaluasi
kinerja penyelenggaraan jalan, serta pengendalian
fungsi dan manfaat hasil pembangunan jalan.

Penyelenggara jalan wajib melakukan langkah-langkah


penanganan termasuk upaya hukum atas terjadinya
pelanggaran terhadap penggunaan bagian bagian jalan
selain peruntukannya sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.

141005 Sosialisasi UU No 38/2004, PP 76


No. 15/2005 dan RPP Jalan
Bagian Keenam
Standar Pelayanan Minimal
Pasal 108

Pelayanan jalan umum ditentukan dengan kriteria yang dituangkan dalam standar
pelayanan minimal.

Standar pelayanan minimal terdiri dari standar pelayanan minimal jaringan jalan dan
standar pelayanan minimal ruas jalan.

Standar pelayanan minimal jaringan jalan meliputi aksesibilitas, mobilitas, dan


keselamatan.

Standar pelayanan minimal ruas jalan meliputi kondisi jalan dan kecepatan rata-rata.

Kriteria standar pelayanan minimal jaringan jalan dan kriteria standar pelayanan minimal
ruas jalan untuk jalan provinsi, jalan kabupaten/kota, dan jalan desa ditetapkan oleh
gubernur.

Kriteria standar pelayanan minimal jaringan jalan dan kriteria standar pelayanan minimal
ruas jalan untuk jalan kabupaten/kota, dan jalan desa diusulkan oleh bupati/walikota.

141005 Sosialisasi UU No 38/2004, PP 77


No. 15/2005 dan RPP Jalan
BAB VI

JALAN KHUSUS

Pasal 109 - 112

141005 Sosialisasi UU No 38/2004, PP 78


No. 15/2005 dan RPP Jalan
JALAN KHUSUS
Pasal 109

Jalan khusus adalah jalan yang dibangun dan dipelihara oleh orang atau instansi untuk
melayani kepentingan masing-masing.

Jalan khusus dapat digunakan lalu lintas umum sepanjang tidak merugikan kepentingan
penyelenggara jalan khusus berdasarkan persetujuan dari penyelenggara jalan khusus.

Pemerintah dapat menerima jalan khusus untuk dinyatakan sebagai jalan umum dari
penyelenggara jalan khusus.

Pemerintah dapat mengambilalih suatu ruas jalan khusus tertentu untuk dijadikan jalan
umum dengan pertimbangan:

untuk kepentingan pertahanan dan keamanan Negara;


untuk kepentingan pembangunan ekonomi nasional dan perkembangan suatu
daerah; dan/atau
untuk lebih meningkatkan pelayanan kepada masyarakat.

Penerimaan jalan khusus dan pengambilalihan jalan khusus dilakukan berdasarkan


peraturan perundang-undangan.

141005 Sosialisasi UU No 38/2004, PP 79


No. 15/2005 dan RPP Jalan
BAB VII

DOKUMEN JALAN

Pasal 113 - 116

141005 Sosialisasi UU No 38/2004, PP 80


No. 15/2005 dan RPP Jalan
DOKUMEN JALAN

Pasal 113 - 116

Dokumen jalan meliputi dokumen leger jalan, dokumen aset


jalan, gambar terlaksana, dan dokumen laik fungsi jalan.

Setiap penyelenggara jalan wajib melaksanakan pembuatan,


penetapan, pemantauan, pemutakhiran, penyimpanan dan
pemeliharaan, penggantian, serta penyampaian informasi
leger jalan.

Penyelenggara jalan yang tidak melaksanakan pembuatan,


penetapan, pemantauan, pemutakhiran, penyimpanan dan
pemeliharaan, penggantian, serta penyampaian informasi
leger jalan dapat dikenakan sanksi administrasi sesuai dengan
peraturan perundang-undangan.

141005 Sosialisasi UU No 38/2004, PP 81


No. 15/2005 dan RPP Jalan
BAB VIII

PERAN MASYARAKAT

Pasal 117 - 119

141005 Sosialisasi UU No 38/2004, PP 82


No. 15/2005 dan RPP Jalan
PERAN MASYARAKAT

Pasal 117

Masyarakat dapat ikut berperan dalam pengaturan,


pembinaan, pembangunan, dan pengawasan jalan.

Peran masyarakat dapat berupa pemberian usulan, saran,


informasi, dana, laporan, atau melakukan sendiri baik
langsung maupun tidak langsung.

Masyarakat berhak melaporkan penyimpangan


pemanfaatan ruang manfaat jalan, ruang milik jalan, dan
ruang pengawasan jalan kepada penyelenggara jalan.

141005 Sosialisasi UU No 38/2004, PP 83


No. 15/2005 dan RPP Jalan
BAB IX

KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 120

141005 Sosialisasi UU No 38/2004, PP 84


No. 15/2005 dan RPP Jalan
KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 120

Dengan berlakunya peraturan pemerintah ini,


semua peraturan pelaksanaan Peraturan
Pemerintah Nomor 26 Tahun 1985 tentang Jalan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
1985 Nomor 37, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3293) dinyatakan
masih tetap berlaku sepanjang tidak
bertentangan dan/atau belum diganti dengan
peraturan yang baru berdasarkan peraturan
pemerintah ini.

141005 Sosialisasi UU No 38/2004, PP 85


No. 15/2005 dan RPP Jalan
BAB X

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 121

141005 Sosialisasi UU No 38/2004, PP 86


No. 15/2005 dan RPP Jalan
KETENTUAN PENUTUP

Pasal 121

Ketentuanketentuan dalam peraturan pemerintah ini


berlaku untuk penyelenggaraan jalan tol, kecuali telah
diatur tersendiri dalam peraturan perundangundangan
lain berdasarkan UndangUndang Nomor 38 Tahun 2004
Tentang Jalan.

Dengan berlakunya peraturan pemerintah ini Peraturan


Pemerintah Nomor 26 Tahun 1985 Tentang Jalan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1985
Nomor 37, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3293) dinyatakan tidak berlaku.
141005 Sosialisasi UU No 38/2004, PP 87
No. 15/2005 dan RPP Jalan
terima kasih

DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM


DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA

141005 Sosialisasi UU No 38/2004, PP 88


No. 15/2005 dan RPP Jalan
PERUBAHAN/PENAMBAHAN

Menurut Fungsi:
jalan lingkungan

Menurut Status:
jalan tol sebagai jalan nasional

Persyaratan teknis:
lebar badan jalan bertambah:
AP/AS: 8m > 11m; KP/KS: 7m > 9m;
LP: 6m > 7,5m; LS: 5m > 7,5m,
Jalan lingkungan P/S: 6,5m dan 3,5m
141005 Sosialisasi UU No 38/2004, PP 89
No. 15/2005 dan RPP Jalan

Anda mungkin juga menyukai