pada kulit yang disebabkan karena trauma mekanis, termis, atau kimiawi dengan atau tanpa disertai perdarahan Gejala yang tampak di lapangan berupa robeknya sebagian kulit, pengerasan daerah sekitar kulit dan kadang berbau busuk dan eksudat di daerah vulnus menjadi mukopurulen jika telah berlangsung lama. Eksudat di daerah vulnus yang telah mukopurulen merupakan indikasi telah terjadi infeksi sekunder dari bakteri lingkungan yang menghasilkan nanah, misalnya Streptococcus dan Stahpylococcus. Gejala-gejala yang muncul jika tidak segera ditangani dapat memicu terjadinya miasis Luka insisi (Incised Vulnus), terjadi karena teriris oleh instrumen yang tajam. Misal yang terjadi akibat pembedahan. Luka bersih (aseptik) biasanya tertutup oleh sutura seterah seluruh pembuluh darah yang luka diikat (ligasi). Luka memar (Contusion Vulnus), terjadi akibat benturan oleh suatu tekanan dan dikarakteristikkan oleh cedera pada jaringan lunak, perdarahan dan bengkak. Luka lecet (Abraded Vulnus), terjadi akibat kulit bergesekan dengan benda lain yang biasanya dengan benda yang tidak tajam. Luka tusuk (Punctured Vulnus), terjadi akibat adanya benda, seperti peluru atau pisau yang masuk kedalam kulit dengan diameter yang kecil. Luka gores (Lacerated Vulnus), terjadi akibat benda yang tajam seperti oleh kaca atau oleh kawat. Luka tembus (Penetrating Vulnus), yaitu luka yang menembus organ tubuh biasanya pada bagian awal luka masuk diameternya kecil tetapi pada bagian ujung biasanya lukanya akan melebar Menurut Tingkat Kontaminasi Terhadap Luka 1. Clean Vulnus (Luka bersih) yaitu luka bedah takterinfeksi yang mana tidakterjadi proses peradangan (inflamasi) dan infeksi pada sistem pernafasan, pencernaan, genital dan urinari tidak terjadi. Luka bersih biasanya menghasilkan luka yang tertutup; jika diperlukan dimasukkan drainase tertutup Kemungkinan terjadinya infeksi luka sekitar 1% 5%. 2. Clean-contamined Vulnus (Luka bersih terkontaminasi) luka pembedahan dimana saluran respirasi, pencernaan, genital atau perkemihan dalam kondisi terkontrol, kontaminasi tidak selalu terjadi, kemungkinan timbulnya infeksi luka adalah 3% 11%. 3. Contamined Vulnus (Luka terkontaminasi) termasuk luka terbuka, fresh, luka akibat kecelakaan dan operasi dengan kerusakan besar dengan teknik aseptik atau kontaminasi dari saluran cerna; pada kategori ini juga termasuk insisi akut, inflamasi nonpurulen. Kemungkinan infeksi luka 10% 17%. 4.Dirty or Infected Vulnus (Luka kotor atau infeksi) yaitu terdapatnya mikroorganisme pada luka Berdasarkan Kedalaman dan Luasnya Luka, dibagi menjadi Stadium I Luka Superfisial (Non-Blanching Erithema) : yaitu luka yang terjadi pada lapisan epidermis kulit. Stadium II Luka Partial Thicknessyaitu hilangnya lapisan kulit pada lapisan epidermis dan bagian atas dari dermis. Merupakan luka superficial dan adanya tanda klinis seperti abrasi, blister atau lubang yang dangkal. Stadium III Luka Full Thickness yaitu hilangnya kulit keseluruhan meliputi kerusakan atau nekrosis jaringan subkutan yang dapat meluas sampai bawah tetapi tidak melewati jaringan yang mendasarinya. Lukanya sampai pada lapisan epidermis, dermis dan fasia tetapi tidak mengenai otot. Luka timbul secara klinis sebagai suatu lubang yang dalam dengan atau tanpa merusak jaringan sekitarnya. Stadium IV Luka Full Thicknessyang telah mencapai lapisan otot, tendon dan tulang dengan adanya destruksi/kerusakan yang luas Berdasarkan penyebabnya, luka dibagi menjadi dua, yaitu luka mekanik dan luka non mekanik. Luka mekanik terdiriatas: 1. vulnus scissum, luka sayat akibat benda tajam. Pinggir lukanya terliha trapi. 2. vulnus contusum, luka memar karena cedera pada jaringan bawah kulit akibat benturan benda tumpul. 3.vulnusla ceratum, luka robek akibat terkena mesin atau bendalainnya yang menyebabkan robeknya jaringan dalam. 4. vulnus punctum, luka tusuk yang kecil dibagian luar (di bagian mulut lukanya) tetapi besar di bagiandalam luka. 5.vulnus seloperotum, luka tembak akiba tembakan peluruh. 6. Vulnus morcum , luka gigitan yang tidak jelas bentuknya pada bagian luka 7. vulnus abrasio, luka terkikis yang terjadi pada bagian luka dan tidak sampai ke pembuluh darah. Sedangkan luka nonmedik terdiri atas luka akibat zatkimia, termik, radiasi atau seranganlistrik. Proses penyembuhan luka melalui tahap, yaitu : 1. fase inflamasi 2. fase poliferatif. 3. fase maturasi. Faktor Yang Mempengaruhi Penyembuhan Luka Proses penyembuhan luka dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu: 1. Vaskularisasi. 2. Anemia. 3. Usia. 4. Penyakitlain yang mempengaruhi proses penyembuhan luka. 5. Nutrisi. 6. Kegemukan, obat-obatan, merokok, dan stress mempengaruhi penyembuhan luka. Masalah Yang Terjadi Pada Luka Bedah 1. Perdarahan, masalah ditandai dengan perdarahan yang disertai perubahan tanda vital. 2. Infeksi, terjadi bila terdapat tanda-tanda seperti, kulit kemerahan, demam atau panas, rasa nyeri dan timbul bengkak, jaringan disekitar buka mengeras, dan adanya kenaikan leukosit. 3. Dehiscene, merupakan pecahnya luka secara sebagian atau seluruhnya yang dapat di pengaruhi oleh beberapa faktor, seperti kegemukan, kekurangn nutrisi, terjadinya trauma dan lain-lain. Penanganan luka meliputi: 1. Wound Cleansing Langkah membersihkan Luka secara umum adalah: Lakukan tindakan antiseptic Anestesi local (kecuali pada luka bakar kemungkinan memrlukan general anestesi) Mechanical Scrubbing, menggosok luka dengan kassa steril, memakai larutan antiseptik Dilusi dan irrigasi 500-2000 cc atau 50- 100 cc/panjang luka, tergantung dari luas dan kotornya luka. Larutan yang digunakanadalah NS Dilanjutkan dengan klorheksidin atau betadin Kembali irigasi dan dilusi sampai benar-banar bersih 2. Debridemen Pembersihan luka dan debridement diawali pada lapisan superficial jaringan sampai kelapisan terdalam. Perhatikan tanda-tanda jaringan avital/mati, yaitu warna lebih pucat, lebih rapuh dan tidak berdarah Buang jaringan avital dengan pisau atau gunting, perhatikan anatomi daerah tersebut, jangan mencederai vascular atau nervus Lakukan debridement sampai jaringan yang normal terlihat, biasanya terlihat adanya perdarahan dari jaringan yang dipotong. 3. Penutupan Luka Jika luka bersih dan jaringan kulit dapat menutup, maka lakukan jahitan primer.Jika luka bersih namun diperkirakan produktif, misalnya kemungkinan seroma atau infeksi, maka pansanglah drain.Jika luka kotor, maka lakukan perawatan luka terbuka untuk selanjutnya dilakukan hekting sekunder. 4. Medikamentosa Antibiotik Tujuan pemberi anatibiotika dalah untuk profilaksis Topikal /larutan/Salep Mengurangi pembaentukan krusta yang dapat menghambat epitaelisasi Mencegah kassa melekat pada luka Mengurangi tingkat infeksi Sistemik berupa sediaan oral ataupun parenteral. 5. Pemberian Anti Tetanus Pemberian tetanus toksoid dilakukan jika belum atau lama tidak mendapatkan booster TT .Jika telah mendapat booster sebelumnya, cukup diberikan anti tetanus serum yang terlebih dahulu dilakukan skin test. Thankyou