Anda di halaman 1dari 25

Lingkungan Bisnis dan Hukum Komersial

FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS INDONESIA


PROGRAM STUDI MAKSI -PPAk

PERJANJIAN KREDIT DAN


JAMINANNYA
OLEH: YUNUS HUSEIN

1
PERJANJIAN KREDIT

2
Pengertian
Istilah Kredit berasal dari bahasa Yunani credere yang berarti
kepercayaan;

Kredit adalah Pinjaman uang dengan pembayaran pengembalian


secara mengangsur atau pinjaman sampai batas jumlah tertentu
yang diizinkan oleh bank atau badan lain (Kamus Besar Bahasa
Indonesia);

Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat


dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau
kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang
mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah
jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga. (UU No. 7 Tahun
1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan UU No.
10 Tahun 1998 (UU Perbankan).

3
Fungsi Perjanjian Kredit
1. Berfungsi sebagai perjanjian pokok;
2. Berfungsi sebagai alat bukti mengenai
batasan hak antara kreditur dan
debitur;
3. Berfungsi sebagai alat monitoring
kredit.

4
Unsur-unsur Kredit
1. Kepercayaan;
2. Waktu;
3. Tingkat Resiko
Pemberian kredit senantiasa menghadirkan berbagai resiko baik bagi debitur
maupun kreditur. Untuk itu dalam pemberian kredit dikenal sharing resiko
dengan pihak ketiga.

4. Prestasi atau Objek Kredit

5
Dasar Hukum (1)
Perjanjian (Pasal 1313 KUHPerdata):
Persetujuan adalah suatu perbuatandimana satu orang
atau lebih mengikatkan diri terhadap satu orang lain
atau lebih.
Perjanjian kredit berakar pada perjanjian Pinjam
Meminjam (Pasal 1754 KUHPerdata):
Pinjam Meminjam adalah suatu perjanjian, yang
menentukan pihak pertama menyerahkan sejumlah
barang yang dapat habis terpakai kepada pihak kedua
dengan syarat bahwa pihak kedua itu akan
mengembalikan barang sejenis kepada pihak pertama
dalam jumlah dan keadaan yang sama.
6
Syarat Sah Perjanjian Kredit
Syarat sah Perjanjian Kredit mengacu pada
Pasal 1320 KUHPerdata:
1. Kesepakatan Para Pihak
2. Para pihaknya cakap untuk membuat
perjanjian;
3. Ada hal tertentu yang diperjanjikan;
4. Didasarkan pada sebab yang halal.

7
Kewajiban Peminjam
Mengembalikan dalam jumlah dan keadaan
yang sama dan pada waktu yang ditentukan
(Pasal 1763);
Jika tidak mampu mengembalikan barang yang
dipinjamnya dalam jumlah dan keadaan sama,
ia diwajibkan membayar harganya;
Jika waktu dan tempat tidak ditetapkan, harus
diambil harga barang pada waktu dan ditempat
pinjaman terjadi (Pasal 1764)

8
Kewajiban Pemberi Pinjaman
Tidak boleh meminta kembali sebelum lewatnya
waktu yang ditentukan dalam perjanjian (Pasal
1759 KUHPerdata);
Jika tidak ditetapkan waktu, hakim berwenang
memberikan kelonggaran (Pasal 1760);
Apabila peminjam berjanji mengembalikan
apabila dia mampu, maka hakim dapat
menentukan waktunya pengembalian (Pasal
1761)

9
Peminjaman dengan Bunga
Diperbolehkan memperjanjikan bunga atas peminjaman
uang atau barang habis pakai (Pasal 1765);
Besarnya bunga yang diperjanjikan dalam perjanjian
harus ditetapkan secara tertulis (Pasal 1767);
Pembayaran bunga yang diperjanjikan sampai pokok
terbayar (Pasal 1766);
Pembayaran bunga yang tidak diperjanjikan tidak boleh
dituntut dikembalikan kecuali jumlahnya apabila bunga
melebihi bunga menurut undang-undang;
Pembayaran bunga yang tidak diperjanjikan tidak
mewajibkan si yang berutang untuk membayarnya
seterusnya.

10
Bentuk Perjanjian Kredit
Perjanjian kredit dalam prakteknya mempunyai 2 bentuk

1. Perjanjian Akta Bawah Tangan (Pasal 1874 KUHPerdata).


Akta bahwa tangan mempunyai kekuatan hukum pembuktian
apabila tanda tangan yang ada dalam akta tersebut diakui oleh
yang menandatanganinya. Supaya akta bawah tangan tidak mudah
dibantah maka diperlukan legalisasi oleh Notaris yang berakibat
akta bawah tangan tersebut mempunyai kekuatan pembuktian
seperti akta otentik;

2. Perjanjian Akta Otentik (Pasal 1868 KUHPerdata).


Akta otentik mempunyai kekuatan pembuktian yang sempurna
yang artinya akta otentik dianggap sah dan benar tanpa perlu
membuktikan atau menyelidiki keabsahan tanda tangan dari para
pihak.

11
Berakhirnya perjanjian kredit
Mengacu pada Pasal 1381 KUHPerdata dan
berbagai praktek hukum lainnya yang timbul
dalam hal pengakhiran perjanjian kredit,
dilakukan melalui:
1. Pembayaran;
2. Subrograsi (Pasal 1400KUHPerdata); penggantian hak-
hak kreditur oleh pihak ketiga yang membayar utang;
3. Pembaruan utang/novasi (pasal 1413 KUHPerdata);
4. Perjumpaang utang/kompensasi (pasal 1425
KUHPerdata).

12
Contoh Isi Perjanjian Kredit
pada Bank
Judul
Komparisi

Isi Perjanjian Kredit, antara lain ;


a. Mengenai fasilitas kredit & jangka waktu;
b. Suku bunga kredit;
c. Klausula mengenai barang agunan kredit;
d. Biaya yang timbul spt provisi, commitment fee etc;
e. Klausula mengenai asuransi kredit;
f. Larangan-larangan yang tidak boleh dilakukan oleh
Debitur;
g. Klausula tentang cara penarikan kredit;
h. Pihak bank dapat mengakhiri perjanjian kredit setiap
waktu;
i. Penyelesaian kredit;
j. Dan lain-lain. 13
JAMINAN KREDIT

14
PRINSIP PEMBERIAN KREDIT

1. Character (watak);
2. Capacity (Kemampuan);
3. Capital (Modal);
4. Conditions of Economy and
5. Collateral (Jaminan).

Jaminan sebagai perjanjian tambahan (assessoir)

15
Pengertian
AGUNAN adalah jaminan tambahan yang
diserahkan nasabah debitor kepada bank dalam
rangka pemberian fasilitas kredit atau
pembiayaan berdasarkan prinsip syariah.
(Pasal 1 butir 23 UU Perbankan)

16
Klasifikasi Jaminan

Jaminan karena Undang-undang dan Karena Perjanjian

Jaminan Umum dan Jaminan Khusus

Jaminan yang Bersifat Kebendaan dan Jaminan


Perseorangan.

Jaminan atas benda bergerak dan tidak bergerak

Saham sebagai agunan tambahan

17
Jaminan karena Undang-undang dan
Karena Perjanjian
Jaminan karena undang-undang adalah
jaminan yang dilahirkan atau diadakan oleh UU,
seperti: jaminan umum, hak privelege dan hak
retensi (pasal 1132, pasal 1134 ayat (1);

Jaminan karena perjanjian adalah jaminan


yang dilahirkan atau diadakan oleh perjanjian
yang diadakan para pihak sebelumnya, seperti
gadai, hipotik, hak tanggungan dan fiducia.

18
Jaminan Umum dan
Jaminan Khusus
1. Jaminan Umum. Pada prinsipnya segala harta kekayaan
debitur akan menjadi jaminan bagi perutangannya
(Pasal 1131). Semua kreditur mempunyai kedudukan
yang sama terhadap kreditur-kreditur lain;
Barang-barang itu menjadi jaminan bersama bagi semua
kreditur, pembagian menurut perbandingan piutang masing-
masing kecuali bila ada alasan sah untuk didahulukan (Pasal
1132).

2. Jaminan khusus dengan penyerahan harta kekayaan


tertentu untuk diikat secara khusus sebagai jaminan
pelunasan utang debitur. Kreditur yang bersangkutan
mempunyai kedudukan mendahului (preferen) bagi
pemegangnya.
19
JAMINAN YANG BERSIFAT KEBENDAAN
DAN JAMINAN PERSEORANGAN.

1. JAMINAN KEBENDAAN: berupa hak mutlak atas


benda yg mempunyai hubungan langsung atas benda
tertentu dari debitur, dapat dipertahankan terhadap
siapa pun, selalu mengikuti bendanya dan dapat
diperalihkan (contoh: hipotik, hak tanggungan, gadai
dll);

2. JAMINAN PERORANGAN: menimbulkan hubungan


langsung pada perseorangan tertentu, hanya dapat
dipertahankan terhadap debitur tertentu, terhadap
harta kekayaan debitur pada umumnya (contoh:
borgtoght).

20
JAMINAN KEBENDAAN
Dibedakan: Benda Bergerak & Tidak
Bergerak;
Benda Bergerak:
Bergerak Berwujud: pengikatan dengan gadai
dan fiducia;
Bergerak tidak berwujud: pengikatan dengan
gadai, cessie dan account receivable.

Benda Tidak Bergerak


21
JAMINAN KEBENDAAN
Gadai: hak yang diperoleh kreditur atas suatu barang
bergerak untuk mengambil pelunasan dan barang,
kedudukan diutamakan (KUH Perdata Buku II Bab XX
Pasal 1150-1161);

Hak tanggungan: jaminan yang dibebankan atas hak


atas tanah (berikut/tidak berikut benda lain) untuk
pelunasan utang tertentu, kedudukan diutamakan.(UU
No.4/1996);

Fiducia: Barang bergerak berwujud/tidak khususnya


bangunan yang tidak deibebani hak tanggungan,
kedudukan diutamakan. (UU No.42/1999).

22
Jaminan Perorangan
Penanggungan hutang (Borgtoght): pihak ketiga
mengikatkan diri memenuhi perikatan si
berhutang apabila hak kreditur tidak dipenuhi.
(Pasal 1820 KUH Perdata);
Perjanjian Garansi (Indemnity/Surety Ship):
menjamin pihak ketiga, menjanjikan bahwa
orang ini akan berbuat sesuatu dengan tidak
mengurangi tuntutan ganti rugi (Pasal 1316
KUH Perdata)

23
Saham sebagai Agunan Tambahan

Bank diperkenankan meminta agunan tambahan berupa saham untuk


memperoleh keyakinan terdapatnya jaminan pemberian kredit, berupa
saham perusahaan yang dibiayai dalam rangka ekspansi atau akuisisi, baik
yang terdaftar maupun yang tidak terdaftar di bursa efek.

Saham yang terdaftar di bursa: tidak termasuk saham yang tidak mengalami
transaksi dalam waktu tiga bulan berturut-turut sebelum saat akad kredit
ditandatangani dan saham dengan harga pasar dibawah nilai nominal pada saat
akad kredit ditandatangani. Nilai saham yang digunakan sebagai agunan
tambahan kredit maksimum sebesar 50% dari harga pasar atau kurs saham yang
bersangkutan dibursa efek pada saat akad kredit ditandatangani.
Saham Tidak Terdaftar di Bursa Efek: dibatasi hanya pada saham yang
diterbitkan oleh perusahaan penerima kredit yang bersangkutan. Nilai saham
yang digunakan sebagai agunan tambahan kreditnya adalah maksimum sebesar
nilai nominal saham yang tercantum dalam anggaran dasar atau anggaran
rumah tangga perusahaan yang bersangkutan.

Dasar Hukum: Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor


26/69/KEP/DIR dan Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 26/1/UKU
masing-masing tanggal 7 September 1993 perihal Saham sebagai Agunan
Tambahan Kredit.
24
KLASIFIKASI LAIN

1. Jaminan Konvensional dan Non Konvensional;


Jaminan konvensional: pranata hukumnya sudah lama dikenal, diatur dalam
perundangundangan, hukum adat maupun yang tidak diatur tetapi sudah lama
dilaksanakan dalam praktek, seperti hipotik, hak tanggungan, gadai barang bergerak, gadai
tanah, fiducia, garansi, dan akta pengakuan utang.
Jaminan non konvensional: eksistensinya dalam system hukum jaminan masih terbilang
baru sungguh pun sudah dilaksanakannya secara meluas, sehingga pranatanya belum
sempat pula diatur secara rapi, seperti pengalihan hak tagih debitur, pengalihan hak tagih
klaim, kuasa menjual, dan jaminan menutupi kekurangan biaya.

2. Jaminan Regulative dan Non Regulative


Jaminan regulative: kelembagaannya diatur secara eksplisit dan sudah mendapat
pengakuan dalam peraturanperundang-undangan yang berlaku, seperti: hipotik, gadai, hak
tanggungan.
Sedangkan jaminan non regulative: tidak diatur dalam berbagai peraturan perundang-
undangan, tetapi dikenal dan dilaksanakan dalam praktek, seperti pengalihan tagihan
dagang, pengalihan tagihan asuransi.

25

Anda mungkin juga menyukai