Anda di halaman 1dari 51

PHARMACOGNOSY II

By 3th GROUP
Hilma Hilmiyati 1411011028
Retno Gustia Sari 1411011032
Widya Elisa 1411011033
Rezti Sawitri Amelia 1411011034
Gia Saputri 1411011035
Eka Rismawati 1411011037
Alfauzan Saputra 1411011039
Mona Dm Citra 1411011040
Meniran atau yang disebut juga dengan Phyllantus
niruri merupakan tumbuhan yang berasal dari hutan tropis.
Meniran tumbuh dihutan-hutan liar, dikebun-kebun, maupun
pekarangan halaman rumah.
KLASIFIKASI
Kingdom : Plantae
Divisi : Spertmatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Sub kelas : Rosidae
Ordo : Euphorbiales
Famili : Euphorbiaceae
Genus : Phyllantus
Spesies : Pyllantus niruri L.
Kandungan Kimia
Phyllanthin, hypophyllanthin, niranthin, nirtetrali,
nirurin, nirurinetin, norsecurinine, phyllanthenol,
phyllnirurin, phylltetrin, quercitrin, quercetin, ricinoleic
acid, rutin, salicylic acid methyl ester, garlic acid, ascorbic
acid, hinokinin, hydroxy niranthin, isolintetralin,
isoquercetin, beta-d-xylopyranoside dan beta-sitosteroy.
Senyawa lain yang baru ditemukan adalah seco-4-
hidroksilintetralin, seco-isoarisiresinol trimetil eter,
hidroksinirantin, dibenzilbutirolakton, nirfilin, dan
neolignan.
Khasiat
Antibakteri
Pelarut asam urat dan batu ginjal
Immunodulator
Antikanker
Antidiabetes
Hepatoprotektor
Hepatitis kronis
Antituberkulosis
Penyakit kulit
dan lain-lain
Deskripsi Tanaman
Meniran merupakan tumbuhan semak dengan tinggi
20-60 cm. Meniran termasuk dalam tanaman semusim yang
masa hidupnya tidak lebih dari satu tahun. Batangnya
berbentuk bulat dan merupakan batang basah dengan tinggi
kuran dari 50 cm.
Daunnya merupakan daun tunggal yang sepintas
terlihat seperti daun majemuk menyirip genap. Dikatakan
daun tunggal sebab pada setiap satu tangkai daun terdiri dari
daun yang mempunyai ukuran kecil, berbentuk lonjong
permukaan bawah berbintik kelenjar, tepi rata, panjang
sekitar 1,5 cm, lebar sekitar 7 mm, berwarna hijau yang pada
tiap ketiak daunnya muncul bunga yang dapat berkembang
menjadi buah. Buahnya berbentuk bulat kecil. Akarnya
berupa akar tunggang berwarna putih kecoklatan
Kandungan Meniran

Meniran mengandung beberapa senyawa golongan ligan,


flavonoid, alkaloid, triterpenoid dan senyawa kimia lainnya.
Senyawa ligan terdiri dari filatin, hipofilatin, nirantin,
nirtetralin, filtetralin, dan filnirurin.
Senyawa flavonid terdiri dari quercetin, quercitrin,
astragalin, dan rutin.
Cara Panen/Pemanenan
Pemanenan dilakukan setelah tanaman berumur 2-3
bulan dilahan. Ciri tanaman meniran yang siap dipanen
adalah daun tampak hijau tua, hampir menguning dan buah
agak keras jika ditekan.
Meniran yang telah dipanen dikering anginkan
terlebih dahulu selama beberapa jam, lalu dijemur dibawah
sinar matahari langsung/menggunakan oven.
Pengeringan dengan sinar matahari dilakukan selama
3-5 hari, tergantung pada cuaca. Meniran yang dikeringkan
dikemas dalam wadah yang kedap udara agar tidak mudah
berjamur.
Kadar zat aktif dalam simpilisia dipengaruhi oleh bagian
tanaman, umur tanaman, waktu panen dan teknik
pengumpulan. Perlu diketahui pada saat umur berapa dan
kapan tumbuhan komponen zat aktifnya mencapai maksimum,
untuk tumbuhan yang berfotosintesis waktu panen biasanya
pukul 10.00-12.00, sedangkan untuk tanaman yanag
mengandung minyak atsiri biasanya pada pagi hari.
Pengambilannya dapat dilakukan dengan tangan dan
dicabut langsung dengan akarnya. Hanya saja harus hati-hati,
jangan sampai merusak tanaman. Adapun pengumpulannya juga
harus diperhatikan. Karena apabila pengumpulannya tidak
sesuai dengan waktunya maka akan berpengaruh terhadap
hasil.
Pengeringan adalah suatu cara pengawetan dan pengelolaan simplisia
dengan cara mengurangi kadar air sehingga pembusukan dapat terhambat
dalam proses ini.
Kadar air dan reaksi reaksi zat aktif dalam simplisia akan berkurang, air
yang masih tersisa dalam simplisia pada kadar tertentu dapat menjadi
pertumbuhan kapang dan jasad renik lainnya.
Enzim lain tertentu dalam sel masih dapat bekerja menguraikan senyawa
aktif saat setelah sel mati dan selama bahan simplisia tersebutmengadung
air tertentu.
Simplisia dinilai cukup aman bila mempunyai kadar air <10%. Kadar air
adalah banyaknya hidrat yang terkandung atau banyak air yang terserap
zat.
Teknik pengeringan secara alami tergantung dari zat aktif
yang terkandung dalam organ yang dikeringkan, dapat
dilakukan dengan dua cara yaitu :
a. Dengan panas cahaya matahari langsung. Cara ini
dilakukan untuk mengeringkan simplisia yang relatif
keras (kayu, kulit kayu, akar, biji, dsb), dan mengandung
zat aktif yang relatif stabil.
b. Dengan cara diangin anginkan dan tidak kena cahaya
matahari langsung,cara ini untuk pengeringan simplisia
lunak (bunga, daun, dsb), dan mengandung zat atau
kandungan zat aktif yang mudah menguap dan
tidak tahan terhadap panas matahari
Harrizul Rivai dkk. telah melakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh
cara pengeringan herba meniran terhadap perolehan kadar ekstraktif,
kandungan senyawa fenolat total, dan aktivitas antioksidanya.
Penelitian dilakukan dengan membagi bagian herba meiran menjadi empat
bagian:
Bagian I langsung diekstraksi dengan etanol 80%.
Bagian II dikering anginkan diudara pada suhu 25 oC,
Bagian III dikeringkan di oven suhu 40 oC, dan
Bagian IV dikeringkan di oven suhu 60 oC.
Pengeringan dilakukan hingga kadar air <10%. Sebelumnya telah dilakukan
penelitian penentuan kadar air serbuk simplisia meniran dengan
mengeringkan serbuk simplisia pada suhu 105oC agar air yang terikat secara
fisik dapat dihilangkan (Harjadi, 1993).
Keempat bagian tadi kemudian di ekstraksi dan di uji kadar senyawa fenolat
total, uji antioksidan, dan hasil rendemennya.
Ternyata, semua cara pengeringan menyebabkan
penurunan kadar senyawa fenolat dan nilai rendemen
secara signifikan. Perolehan nilai rendemen / perolehan
hasil ekstraksi dan kadar senyawa fenolat tertinggi
diperoleh pada pengeringan dengan oven suhu 40oC.
Selain itu, pengeringan herba meniran dalam oven
suhu 40 oC meningkatkan kembali aktivitas antioksidan
herba meniran. Pengeringan dengan cara dikering-anginkan
pada suhu 25oC dinilai tidak efektif karena memakan
waktu 7 hari, diduga pengeringan yang lama akan memicu
penguraian senyawa fenolat (Harrizul, 2011).
SELEKSI (GARBLING)

Seleksi merupakan tahap terakhir dari pembuatan


simplisia, yaitu membuang bahan dari luar seperti bagian lain
dari tumbuhan. Kotoran, kotoran seperti pasir dan
pemalsuan yang ditambahkan.
SORTASI BASAH

Sortasi basah dilakukan untuk memisahkan kotoran-


kotoran atau bahan-bahan asing lainnya dari bahan simplisia.
Misalnya pada simplisia yang dibuat dari akar suatu tanaman
obat, bahan-bahan asing seperti tanah, kerikil, rumput, batang,
daun, akar yang telah rusak, serta pengotoran lainnya harus
dibuang. Tanah mengandung bermacam-macam mikroba dalam
jumlah yang tinggi, oleh karena itu pembersihan simplisia dari
tanah yang terikut dapat mengurangi jumlah mikroba awal.
Sortasi Basah Phyllanthus niruri
Untuk pengobatan, seluruh bagian
tanaman dapat digunakan sebagai bahan
pengobatan. Jika yang digunakan adalah herba meniran
maka yang harus diseleksi adalah tanah atau kerikil yang
melekat, daun yang sudah kering, batang atau akar yang
rusak, tanaman lain yang ikut terpanen serta pengotor
lainnya
SORTASI KERING
Sortasi setelah pengeringan sebenarnya merupakan
tahap akhir pembuatan simplisia. Tujuan sortasi untuk
memisahkan benda-benda asing seperti bagian-bagian
tanaman yang tidak diinginkan dan pengotoran-pengotoran
lain yang masih ada dan tertinggal pada sirnplisia kering.
Proses ini dilakukan sebelum sirnplisia dibungkus untuk
kemudian disimpan. Seperti halnya pada sortasi awal, sortasi
disini dapat dilakukan dengan atau secara mekanik. Pada
simplisia bentuk rimpang sering jumlah akar yang melekat
pada rimpang terlampau besar dan harus dibuang. Demikian
pula adanya partikel-partikel pasir, besi dan benda-benda
tanah lain yang tertinggal harus dibuang sebelum simplisia
dibungkus.
Sortasi Kering Phyllanthus niruri

Sortasi setelah
pengeringan simplisia
Phyllanthus niruri bertujuan
untuk menyeleksi kembali
pengotor yang luput dari
sortasi basah seperti tanah,
kerikil dan benda asing
lainnya.
Contoh sediaan
Pengepakan Simplisia Kering
Tujuan : Melindungi simplisia terhadap cemaran
dan pengaruh cuaca.
Setiap kemasan harus diberi label :
Nama simplisia (nama daerah/latin)
Jumlah
Nama pemasok
Tanggal pengepakan
Kadaluwarsa (bila ada)
Bahan dan bentuk pengepakan haruslah dapat melindungi
simplisia dari kerusakan dan hemat tempat waktu penyimpanan dan
distribusi.
Syarat Wadah:
1. Tidak beracun
2. Inert sehingga tidak menebabkan
perubahan bau, rasa, warna dan reaksi dari
simplisia
3. Melindungi simplisia baik dari pencemaran
maupun pengaruh lingkungan yang dapat
menurunkan kualitas.
4. Simplisia yang tidak tahan sinar, misal yang mengandung
vitamin, pigmen, minyak perlu wadah aluminium foil,
plastik atau botol yang gelap.
5.Wadah yang sering digunakan : Karung, Kantong plastik,
Kantong kertas kedap udara, peti, drum kaleng/besi
berlapis, karton, peti kayu, botol/guci
Penyimpanan
1. Selama penyimpanan dapat terjadi penurunan mutu dan kerusakan
simplisia
2. Penyebab kerusakan utama simplisia adalah AIR dan KELEMBABAN.
Kadar air simplisia perlu dikendalikan
3. Perlu diperhatikan cara penyimpanan, mulai dari pengepakan,
pembungkusan, wadah, kondisi gudang, sistem pengawetan dan
pemeriksaan mutu secara berkala pada penyimpanan dalam jangka
lama
4.Simplisia berupa kayu, akar, kulit kayu,yang mengandung damar
kurang higroskopis
5. Daun dan herba kering dapat menyerap air 10 15%dari bobot
bahan, bahkan ada yang sampai 30%
6. Glikosida terurai pada kadar air 8%
7. Wadah simplisia harus tidak beracun, inert sehingga tidak
menyebabkan perubahan bau, rasa dan warna. Wadah harus dapat
melindungi simplisia yang disimpan dari penurunan mutu,
dehidrasi, penyerapan air, cemaran proses kimia intern
8.Penyimpanan simplisia kering biasanya dilakukan pada
suhukamar (15 30C), atau suhu sejuk (5-15C) atau
suhu dingin (0 5C). Disamping itu kelembaban udara
perlu serendah mungkin
9.Gudang harus dengan ventilasi yang cukup, tidak bocor.
Sinar matahari tidak langsung masuk ke gudang, dapat
mencegah masuknya hewan
10.Pengaturan simplisia di dalam gudang harus berpinsip
FIFO atau FEFO bagi simplisia-simplisia sejenis
Faktorfaktor yang mempengaruhi simplisia
Cahaya :
Panjang gelombang tertentu menimbulkan perubahan kimia
isomerisasi, polimerisasi dsb
Oksigen :
Menyebabkan terjadinya oksidasi senyawa tertentu pada
simplisia
Dapat berpengaruh pada bentuk fisik, misalnya Cair menjadi
kental atau padat, benbentuk butir dsb
Reaksi kimia intern :
Reaksi enzimatis, auto-oksidasi, polimerisasi dapat menyebabkan
perubahan senyawa kimia dalam simplisia
Dehidrasi /Penyerapan air
Kehilangan air yang berlebihan, atau menyerap air terlalu banyak
dapat merusak simplisia. Simplisia dapat menyusut karena
kekeringan, atau menjadi basah, mencair, kempal, berjamur karena
kebanyakan air.
PROSES PENGAWETAN
Secara umum Pengawetan terhadap tumbuhan dapat
dilakukan dengan cara basah atau kering. Cara dan bahan
pengawet yang digunakan bervariasi, bergantung pada sifat
objeknya.
Untuk organ tumbuhan yang berdaging, seperti buah,
biasanya dilakukan pengawetan dengan menggunakan awetan
basah. Sedangkan organ tumbuhan seperti daun, batang, dan
akar, dilakukan pengawetan dengan menggunakan awetan
kering.
pengeringan adalah suatu cara pengawetan simplisia dengan cara mengurangi
kadar air sehingga pembusukan dapat terhambat dalam proses ini. Kadar air
dan reaksi-reaksi zat aktif dalam simplisia akan berkurang, air yang masih
tersisa dalam simplisia pada kadar tertentu dapat menjadi pertumbuhan kapang
dan jasad renik laiinya.
Simplisia dinilai cukup aman bila mempunyai kadar air < 10%. Kadar air adalah
banyaknya hidrat yang terkandung atau banyaknya air yang diserap.
Dilakukan dengan 2 cara yaitu :
A. Dengan panas cahaya matahari langsung
cara ini dilakukan untuk mengeringkan simplisia yang relatif
keras (kayu,kulit kayu,akar,biji) dan mengandung zat aktif yang
relatif stabil.
B. Dengan cara dingin-anginkan dan tidak terkena cahaya matahari
langsung seperti simplisia yang lunak (bunga,daun) dan
mengandung zat aktif yang mudah menguap dan tidak tahan
terhadap panas matahari.

Alasan kenapa perlu diawetkan disebabkan sifat asal dari bahan yang
dikeringkan dapat berubah misalnya bentuk fisik dan kimianya
serta penurunan mutu,dll.
APA ITU SIMPLISIA?
Simplisia adalah bahan alamiah yang digunakan sebagai obat yang belum
mengalami pengolahan apapun juga, kecuali dinyatakan lain, berupa bahan yang
telah dikeringkan.
Pemanfaatan simplisia

Herba dan akar digunakan untuk penyakit radang, infeksi saluran kencing, serta
untuk merangsang keluarnya air seni (diureticum), untuk penyembuhan diare,
busung air, blennorrhagia, infeksi saluran pencernaan, dan penyakit yang
disebabkan gangguan fungsi hati
Herbanya juga dimanfaatkan untuk luka, Cara penggunaan nya yaitu dengan cara
herba meniran dicuci bersih dan ditumbuk halus kemudian hasil tumbukan
dibalurkan pada bagian yang luka lalu ditutup dengan perban.
Buahnya berasa pahit digunakan untuk luka dan scabies
Akar segar digunakan untuk penyakit hati kuning. Dapat digunakan untuk
penambah nafsu makan dan obat anti demam
Tahapan Pembuatan simplisia
1. Pengumpulan bahan baku
Kadar senyawa aktif dalam suatu simplisia berbeda-beda antara lain :
Bagian tanaman yang digunakan
Umur tanaman atau bagian tanaman pada saat panen
Waktu panen
Lingkungan tempat tumbuh
Waktu panen sangat erat hubungannya dengan pembentukan senyawa aktif di
dalam bagian tanaman yang akan dipanen. Waktu panen yang tepat pada saat
bagian tanaman tersebut mengandung senyawa aktif dalam jumlah yang terbesar.
Senyawa aktif terbentuk secara maksimal di dalam bagian tanaman atau tanaman
pada umur tertentu.
2. Sortasi Basah
Sortasi basah dilakukan untuk memisahkan kotoran kotoran atau bahan asing
lainnya dari bahan simplisia.

3. Pencucian
Pencucian dilakukan untuk menghilangkan tanah dan pengotoran lainnya yang
melekat pada bahan simplisia. Pencucian dilakukan dengan airbersih,misalnya air
dari mata air, air sumur atau air PAM. Bahan simplisia yang mengandung zat yang
mudah larut di dalam air yang mengalir, pencucian agar dilakukan dalam waktu
yang sesingkat mungkin.
4. Perajangan
Beberapa jenis bahan simplisia perlu mengalami proses perajangan.
Perajangan bahan simplisia dilakukan untuk mempermudah proses
pengeringan,pengepakan dan penggilingan. Tanaman yang baru
diambil jangan langsung dirajang tetapi dijemur dlaam keadaan utuh
selama satu hari. Perajangan dilakukan dengan pisau, dengan alat
mesin perajangan khusus sehingga diperoleh irisan tipis atau
potongan dengan ukuran yang dikehendaki
5. Pengeringan
Tujuan pengeringan adalahuntuk mendapatkan simplisia yang tidak
mudah rusak, sehingga dapat disimpan dalam waktu yang lebih lama.
Dengan mengurangi kadar air dan menghentikan reaksi enzimatik akan
dicegah penurunan mutu atau perusakan simplisia. Pengeringan simplisia
dilakukan dengan menggunakan sinar matahari atau menggunakan suatu
alat pengeringan. Hal-hal yang perlu diperhatikan selama proses
pengeringan adalah suhu pengeringan,kelembaban udara, aliran
udara,waktu pengeringan, dan luas permukaan bahan. Cara pengeringan
yang salah dapat mengakibatkan terjadinya face harding yakni bagian
luar bahan sudah kering sedangkan bagian dalamnya masih basah.
6. Sortasi Kering
Setelah pengeringan sebenarnya tahap akhir pembuatan simplisia.
Tujuan sortasi untuk memisahkan benda-benda asing seperti
bagian-bagian tanaman yang tidak diinginkan dan pengotoran-
pengotoran lain yang masih ada dan tertinggal pada simplisia kering.
Proses ini dilkukan sebelum simplisia dibungkus untuk kemudian
dibungkus

7. Pembuatan Serbuk dan Pengepakkan Simplisia Simplisia


dibuat serbuk dengan menggunakan blender dan disimpan dalam
wadah tertutup rapat.
Pembuatan simplisia
1. di ambil herba Meniran
2. di lakukan sortasi basah
3. di lakukan penimbangan berat awal basah
4. di cuci herba meniran dengan air mengalir hingga semua kotoran hilang
5. di lakukan perajangan menjadi ukuran yang lebih kecil
6. di jemur dibawah sinar matahari serta ditutup dengan menggunakan kain
hitam hingga herba meniran mengering
8. di lakukan sortasi kering
9. di lakukan penimbangan pada herba meniran
kering
10. di lakukan penghalusan pada herba meniran
dengan menggunakan blender
11. di lakukan pengayakan pada serbuk herba
meniran
12. di lakukan penimbangan kembali pada herba
meniran yang telah dihaluskan
13. di simpan pada wadah yang tetutup rapat
Standarisasi Ekstrak
Menurut Farmakope Indonesia Edisi IV, Ekstrak
adalah sediaan kental yang diperoleh dengan
mengekstraksi senyawa aktif dari simplisia nabati
atau hewani menggunakan pelarut yang sesuai,
kemudian semua atau hampir semua pelarut
diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa
diperlakukan sedemikian hingga memenuhi baku
yang telah ditetapkan.

Ekstrak kering adalah sediaan yang berasal dari


tanaman, diperoleh dengan cara pemekatan dan
pengeringan ekstrak cair sampai mencapai
konsentrasi yang diinginkan menurut cara-cara yang
memenuhi syarat (Anonim. 2004).
Ekstraksi dengan menggunakan pelarut
Ekstraksi dilakukan dengan menggunakan
pelarut etanol 95% dilakukan dengan cara maserasi.
Maserasi adalah proses pengekstrakan simplisia,
dengan cara perendaman menggunakan pelarut
dengan beberapa kali pengadukan pada temperatur
ruang kamar.
Secara teknologi termasuk ekstraksi dengan prinsip
metoda pencapaian konsentrasi pada
keseimbangan. Maserasi kinetik berarti dilakukan
pengadukan yang kontiniu. Remaserasi berati
dilakukan pengulangan penambahan pelarut serelah
dilakukan penyaringan maserat pertama dan
seterusnya.
(Anonim, 2000)
Cairan pelarut dipilih agar dapat melarutkan
hampir semua metabolit sekunder yang terkandung
di dalamnya. Faktor utama untuk pertimbangan
pada pemilihan cairan antara lain stabil, selektif,
ekonomis, dan aman.
Namun kebijakan pemerintah dalam hal ini juga
membatasi pelarut yang diperbolehkan. Pada
prinsipnya pelarut yang digunakan memenuhi syarat
kefarmasian Pharmaceutical Grade. Sampai saat
ini pelarut yang diperbolehkan adalah air dan
alkohol (etanol) serta campurannya.
(Anonim, 2000)
Ekstrak Meniran ( Phylanthus niruri )
Metode Pembuatan
Simplisia kering herba phylanthus niruri, diletakkan
kedalam labu, lalu ditambahkan etanol 95% dan direndam
selama 6 jam sambil diaduk, lalu direfluks selama 3 jam.
Hasilnya disaring dan dipindahkan ke botol yang lain
kemudian direfluks lagi dengan cara yang sama.
Campuran kemudian dievaporasi untuk menghasilkan
ekstrak yang kental.

(National Agency of Drug and Food Control The Republic


of Indonesia, 2004)
Deskripsi Ekstrak
Konsistensi : Kental
Warna : Hitam
Bau : Tidak Berbau
Rasa : Pahit

(National Agency of Drug and Food Control The Republic of


Indonesia, 2004)
Pengeringan ekstrak meniran

Ekstrak kental yang telah didapat, keringkan dengan


menambahkan sebagian pati atau laktosa. Pada serbuk
kering ini tambahkan pelarut heksan 300 ml untuk tiap
100 gr ekstrak, kemudian aduk sempurna beberapa kali
selama 2 jam, biarkan mengendap dan tuangkan cairan,
lalu campurkan sisa dengan heksan lagi 300 ml aduk
sempurna dan pisahkan kelebihan heksan, ulangi
pencucian sekali lagi dengan heksan, lalu keringkan pada
suhu 70C.

(Martin, at. Al. 1961)


EVALUASI MUTU SEDIAAN
I. Pengujian Aktivitas In Vivo
Duapuluh lima ekor tikus jantan galur wistar diadaptasi, kemudian dilakukan sensitisasi.
Sensitisasi dilakukan pada hari ke-7 dan hari ke-14 setelah masa adaptasi. Sensitisasi
pertama pada hari ke-7 pada punggung tikus disuntikkan ovalbumin 0,1% dalam suspensi
Al(OH)3 1% secara subkutan dengan volume pemberian 1 mL/200 g BB tikus. Pada hari ke-
14 atau tujuh hari setelah sensitisasi pertama, tikus disuntikkan kembali dengan
ovalbumin
0,1% dalam suspensi Al(OH)3 1% secara subkutan dengan volume pemberian 1 ml/200
g BB tikus.
Tujuh hari setelah sensitisasi pertama, tikus dicukur punggungnya dengan ukuran 2,5 x 4
cmpada daerah tersensitisasi. Lima belas menit kemudian diberi ekstrak herba meniran
dosis 81 mg/kg BB (100%:0%).
Lima belas menit setelah pemberian larutan uji, dilakukan pembangkitan reaksi anafilaksis
kutan aktif pada tikus dengan menyuntikkan 0,52% ovalbumin dalam suspensi Al(OH)3
1% secara subkutan dengan volume pemberian 5 ml/kg bb tikus.
Pengukuran diameter area pigmentasi (area yang berwarna biru) dilakukan setiap
jam selama 8 jam, dimulai satu jam setelah pembangkitan reaksi anfilaksis kutan aktif.
Diameter diukur dari 4 sisi yang berbeda lalu dihitung rata-ratanya
II. Skrining fitokimia.
Skrining fitokimia dilakukan dari serbuk simplisia herba meniran, meliputi pengujian tanin,
saponin, steroid, triterpenoid, flavonoid dan alkaloid. Untuk mengetahui mutu ekstrak etanol
herba meniran perlu dilakukan skrining fitokimia. Skrining merupakan tahap pendahuluan dalam
suatu penelitian fitokimia dengan tujuan mendapatkan gambaran golongan senyawa yang
terkandung dalam tanaman.12,13 Pengujian ekstrak dilakukan berdasarkan buku Parameter
Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat yang dikeluarkan oleh Badan POM tahun 2000.13 untuk
mengetahui kadarnya dalam ekstrak herba meniran
III. Pengujian ekstrak.
Ekstrak etanol herba meniran dilakukan pengujian non spesifik dan pengujian spesifik, Pengujian
non spesifik terdiri dari penetapan susut pengeringan, kadar air, kadar abu dan kadar abu tidak
larut asam. Pengujian spesifik meliputi penetapan kadar senyawa larut dalam air dan penetapan
kadar senyawa larut dalam etanol
IV. Penetapan kadar filantin.
1. Pembuatan larutan standar
Standar filantin ditimbang sebanyak 2,5 mg, kemudian dilarutkan dengan metanol dalam labu
ukur 25 ml. Konsentrasi filantin setara dengan 0,1mg/ml.
2. Pembuatan larutan sampel
Sebanyak 100 mg ekstrak etanol herba meniran dilarutkan dengan etanol dalam labu takar 10
ml.
3. Penetapan kadar Filantin secara KLT
Densitometri
Identifikasi filantin dalam ekstrak etanol meniran menggunakan
KLT dengan eluen yang tepat. Eluen yang digunakan adalah
perbandingan eluen kloroform : metanol = 9 :
1. Hasil KLT dilihat dibawah lampu UV pada panjang gelombang 254 nm
Uji farmakologi
1. Uji aktivitas diuretik ekstrak etanol herba Phyllanthus niruri
L.
2. Uji aktivitas antikalkuli ekstrak etanol herba Phyllanthus niruri L.

Uji pencegahan,
Ekstrak dengan takaran 15,05 mg/kg bb menunjukkan penekanan
pembentukan batu kandung kemih sebesar 12,72 % (walaupun tidak
bermakna) dibandingkan dengan bobot batu kandung kemih rata- rata
yang terbentuk pada kelompok kontrol (+) (Xa).
Uji pengobatan
Tanpa pemberian bahan uji, bobot batu kandung kemih
rata-rata yang terbentuk pada
kelompok kontrol (+) (Xa) bertambah sebesar 46,05%
dibandingkan dengan bobot batu kandung kemih rata- rata
yang terbentuk pada awal upaya pengobatan.
Dengan pengobatan (pemberian) bahan uji
15,05 ml/kg bb terjadi peluruhan bobot batu kandung kemih
rata-rata yang terbentuk pada awal upaya pengobatan
sebesar 18,37% (P=0,05)

Anda mungkin juga menyukai