Anda di halaman 1dari 33

Ahmad, DS.An, M.

Kes
WHO Penyakit jantung, penyakit infeksi
dan kanker masih tetap mendominasi
peringkat teratas penyebab utama kematian
di dunia
Cardiac arrest dapat dipulihkan jika
tertangani segera dengan cardiopulmonary
resuscitation dan defibrilasi
Kesempatan pasien untuk bisa bertahan
hidup berkurang 7 sampai 10 persen
pada tiap menit yang berjalan tanpa
cardiopulmonary resuscitation dan defibrilasi.
Inti dari penanganan cardiac arrest adalah
kemampuan untuk bisa mendeteksi dan bereaksi
secara cepat dan benar untuk sesegera mungkin
mengembalikan denyut jantung ke kondisi
normal untuk mencegah terjadinya kematian otak
dan kematian permanen
Tenaga medis dan paramedis di Rumah Sakit
sebenarnya sudah memiliki kemampuan dasar
dalam melakukan life saving, akan tetapi belum
semuanya dapat mengaplikasikannya secara
maksimal.
1. Code blue / kode biru :
Kondisi gawat darurat yang terjadi di rumah
sakit atau suatu institusi dimana terdapat
pasien yang mengalami cardiopulmonary
arrest dan merupakan kata sandi yang
digunakan untuk menyatakan bahwa pasien
dalam kondisi gawat darurat.
2. Pasien gawat darurat :
Pasien yang berada dalam ancaman kematian
dan memerlukan pertolongan RJP segera.
3. Pasien :
Pasien yang terancam jiwanya tetapi belum
memerlukan pertolongan RJP.
Pemilahan kondisi pasien melalui penilaian
klinis pasien.
4. Perawat : Perawat yang telah mendapatkan
pelatihan RJP / Code Blue Team.
5. Tim code blue :
Tim yang terdiri dari dokter dan paramedis
yang ditunjuk sebagai Code Blue Team, yang
secara cepat ke pasien untuk melakukan
tindakan penyelamatan.
Sistem respon terbagi dalam 2 tahap:
1. Respon awal (responder pertama) berasal
petugas rumah sakit yang berada di
sekitarnya, dimana terdapat layanan Basic
Life Support (BLS).
2. Respon kedua (responder kedua) merupakan
tim khusus dan terlatih yang berasal dari
departemen yang ditunjuk oleh pihak rumah
sakit, yaitu tim code blue.
Untuk menunjang hal tersebut yang dilakukan
adalah :
1. Semua personil di rumah sakit harus dilatih
dengan keterampilan BLS untuk menunjang
kecepatan respon untuk BLS di lokasi,
2. Peralatan BLS harus ditempatkan di lokasi
yang strategis dalam kawasan rumah sakit,
misalnya lobi rumah sakit, ruang tunggu
poliklinik dan ruang rawat inap, dimana
peralatan dapat dipindah atau dibawa untuk
memungkinkan respon yang cepat.
Organisasi BlueTeam.
Terdiri dari :
Koordinator Team
Penanggung jawab Medis
Perawat Pelaksana
Kelompok Pendukung.
Perencanaan Komunikasi.
Komunikasi dalam penanganan
kegawatdaruratan di rumah sakit merupakan
hal yang sangat penting, untuk itu ada hal
hal yang harus dipenuhi dalam
berkomunikasi, yaitu :
- Komunikasi dilakukan dengan singkat, jelas
dan
- Menggunakan kata sandi Kode Biru dan
menyebutkan lokasi ruangan dan nomor
kamar
Peralatan Tim Code Blue.
Personal Kit : Defibrilator1.
Stetoskope 1 bh.
Monitor Portable / Tensimeter 1 bh.
Senter Genggam 1 bh.
Emergency Medical Kit
Airway and Breathing Management Support
Laringoskop set lengkap (untuk bayi, anak, dewasa) 1 set.
Masker Berbagai Ukuran
Suction berbagai ukuran.
Ambubag/Jackseen Rees (bayi, anak, dewasa).
Endotracheal Tube beserta stylet 1 set (bayi, anak, dewasa).
Orofaring tube.
Tersedianya Oksigen di ruangan
Circulation Support
- Set infus mikro 1 bh.
- Set infus makro 1 bh.
- Needle intraosseus 1 bh.
- Venocath 1 bh.
- Disposibel Berbagai Ukuran

Minor Surgery Set 1 set lengkap.


Lidokain injeksi.
Adrenalin injeksi.
Nalokson injeksi.
Phenobarbital injeksi.
Sulfas Atropin injeksi.
Diltiazem injeksi.
MgSO4 injeksi.
Amiodaron injeksi.
Dopamin injeksi.
Dobutamin injeksi.
Norepinephrine injeksi.
Efedrin injeksi.
Diuretik injeksi.
Obat Obat Anestesi (Opioid,Sedatif,Induksi, Muscle
Relaksan)
Airway: Obstruksi jalan nafas
Breathing:
- Henti napas (apneu)
- Perubahan mendadak saturasi oksigen <
90 % dengan pemberian suplementasi
oksigen
- Perubahan drastis laju nafas
Circulation:
- Semua henti jantung, nadi karotis tidak
teraba
- Perubahan drastis pada laju jantung dan
tekanan darah sistolik
1. Segera melakukan penilaian dini kesadaran korban.
2. Pastikan lingkungan penderita aman untuk dilakukan pertolongan.
3. Lakukan cek respon penderita dengan memanggil nama atau
menepuk bahu.
4. Meminta bantuan pertolongan perawat lain atau petugas yang
ditemui di lokasi untuk mengaktifkan code blue.
5. Lakukan Resusitasi Jantung Paru (RJP) sampai dengan tim code blue
tiba
6. Perawat yang ditugaskan mengaktifkan code, segera menghubungi
operator telepon ...... untuk mengaktifkan code blue, dengan prosedur
sebagai berikut:
a. Perkenalkan diri.
b. Sampaikan informasi untuk mengaktifkan code blue.
c. Sebutkan nama lokasi terjadinya cardiac respiratory arrest dengan
lengkap dan jelas, yaitu: area, nama lokasi atau ruangan.
d. Jika lokasi kejadian di ruangan rawat inap maka informasikan :
nama ruangan .. nomor . . Waktu respon operator menerima
telepon adalah harus secepatnya diterima, kurang dari 3 kali
deringan telepon.
7. Sekitar 5 menit kemudian, operator menghubungi tim
code blue untuk memastikan bahwa tim code blue
sudah menuju lokasi terjadinya cardiac respiratory
arrest
8. Jika lokasi terjadinya cardiac respiratory arrest adalah
lokasi yang padat manusia (public area) maka petugas
keamanan (security) segera menuju lokasi terjadinya
untuk mengamankan lokasi tersebut sehingga tim code
blue dapat melaksanakan tugasnya dengan aman dan
sesuai prosedur.
9. Tim code blue melakukan tugasnya sampai dengan
diputuskannya bahwa resusitasi dihentikan oleh
ketua tim code blue.
10. Ketua tim code blue memutuskan tindak lanjut pasca
resusitasi, yaitu:
a. Jika resusitasi berhasil dan pasien stabil maka
dipindahkan secepatnya ke Instalasi Perawatan Intensif
untuk mendapatkan perawatan lebih lanjut jika keluarga
pasien setuju.
b. Jika keluarga pasien tidak setuju atau jika Instalasi
Perawatan Intensif penuh maka pasien di rujuk ke rumah
sakit yang mempunyai fasilitas
c. Jika keluarga pasien menolak dirujuk dan meminta
dirawat di ruang perawatan biasa, maka keluarga pasien
menandatangani surat penolakan.
d. Jika resusitasi tidak berhasil dan pasien meninggal,
maka lakukan koordinasi dengan bagian bina rohani,
kemudian pasien dipindahkan ke kamar jenazah.
11. Ketua tim code blue melakukan koordinasi
dengan DPJP.
12. Ketua tim code blue memberikan informasi
dan edukasi kepada keluarga pasien.
13. Perawat ruangan mendokumentasikan
semua kegiatan dalam rekam medis pasien
dan melakukan koordinasi dengan ruangan
pasca resusitasi.
Case 1 :
Perempuan, 47 thn, Masuk Ke RS dengan gejala
Sesak dan Nyeri Dada dialami sejak 5 hari yang
lalu dan dirawat di perawatan Dahlia dengan
Diagnosa ACS.
Pukul 19.30 Wita, Pasien Mengalami Cardiac
Arfest (Henti Jantung), Rerspiratori Failure
(Gagal Nafas).
Aktifkan Code Blue
Setelah Tim Code Blue tiba lakukan :
- Initial Assesment
- Lakukan Airway Management Lanjutan
- Ambil Alih Cardipulmonary Resuscitation
- Lakukan Tindakan Drug and Defibrilation
treatment jika diperlukan.
- Jika Resusitasi berhasil Rujuk, Rawat
Perawatan Intensif
- Setelah melakukan resusitasi laporkan kondisi
terkini serta tindakan yang telah dilakukan ke
dokter DPJP
Case 2 :
Laki- Laki, 17 thn, Masuk Ke RS dengan
Kesadaran Menurun dialami sejak 1 jam yang
lalu dan dirawat di IRD dengan Diagnosa
Cedera Kepala Berat GCS 4 (E1M2V1) ec. Susp
EDH .
TIDAK PERLU Pengaktifkan Code Blue
Boleh mengunakan Sirine ataupun lainnya
Tim Resusitasi IRD melakukan :
- Initial Assesment
- Airway Management
- Jika diperlukan Cardipulmonary Resuscitation dan
Defibrilation/Drugs
- Lakukan Tindakan Fluid Resuscitation.
Jika Resusitasi berhasil Rujuk, Rawat Perawatan
Intensif
- Setelah melakukan resusitasi laporkan kondisi
terkini serta tindakan yang telah dilakukan ke
dokter DPJP
Case 3 :
Laki- Laki, 43 thn, Dirujuk ke RSWS dengan
Kesadaran menurun ec. Syok kardiogenik ec.
ACS dialami sejak 3 jam yang lalu Sebelum
Masuk Rumah Sakit dan dirawat di IRD.
Dalam perjalanan pasien Mengalami Cardiac
Arrest (Henti Jantung), Respiratory Failure
(Gagal Nafas).
- Initial Assesment
- Pastikan Pasien transportable untuk dirujuk
- Jika dalam prose perujukan, monitoring potensi terjadinya gagal
jantung serta impending gagal nafas.
-Lakukan langkah-langkah agar tidak sampai cardiac arest serta
gagal nafas ( ex : Drugs Supporting )

Jika terjadi cardiac arrest :


-Airway Management
- Jika diperlukan Cardipulmonary Resuscitation dan
Defibrilation/Drugs
- Cari Fasilitas Kesehatan terdekat
- Aktifkan Code Blue
Code blue / kode biru : merupakan kata sandi
untuk pasien yang mengalami kegawatan
terutama cardiopulmonary arrest
Blue Code Tim, Terdiri atas ;
- Koordinator Team
Penanggung jawab Medis
Perawat Pelaksana
Kelompok Pendukung.
Blue Code Tim, Memiliki Kemampuan ;
- Kejasama tim yang baik
- Melakukan Bantuan Hidup Dasar dan Lanjut
- Initial Assesment kondisi pasien terkini
- Menguasai penggunaan alat alat resusitasi
Code Blue dapat dilakukan di tiap ruangan
dirumah sakit, kecuali IRD (Resusitasi), Kamar
Operasi, ICU,ICCU,NICU
1. Kebijakan pembetukan tim code blue.
2. Pembentukan Standar Prosedutr
Operasional Code Blue.
3. Penyediaan Ruangan, alat serta bahan
resusitasi yang memadai.
4. Perbaikan sistem rujukan serta fasilitas
rujukan.

Anda mungkin juga menyukai