Anda di halaman 1dari 22

ASKEP GANGGUAN ALAM

PERASAAN : DEPRESI
KELOMPOK:
Dian Puspita
Sylvia Fitria Ningsih
I Wayan Jelih Suharnata
Gangguan Alam Perasaan

Alam perasaan adalah keadaan emosional yang


berkepanjangan yang mempengaruhi seluruh
keperibadiaan dan fungsi kehidupan seseorang.
Gangguan alam perasaan ditandai oleh syndrom
depresif sebagian atau penuh. Gangguan alam
perasaan bisa mempengaruhi kesehatan jiwa karena
tak mampu menghadapi stressor dengan intensitas
berat dan dalam jangka waktu yang lama.
Kategori Gangguan Mood

Gangguan unipolar,
Mencakup depresi mayor dan gangguan distimia, yang
selama gangguan tersebut individu memperlihatkan
kesedihan, agitasi, dn kemarahan karena satu perubahan
mood yang ekstrem akibat depresi.

Gangguan bipolar (gg manik-depresif), ketika siklus mood


individu antara mania dan depresi yang ekstrem, yakni
antara depresi dan keadaan normal, atau mania dan
keadaan normal.
ETIOLOGI

Penyebab gangguan jiwa senantiasa dipikirkan dari


sisiorganobiologik, sosiokultural dan psikoedukatif.
Dari sisibiologik dikatakan adanya gangguan pada neurotransmitter
norepinefrin, serotonin dan dopamin.
Ketidakseimbangan
kimiawi otak yang bertugas menjadi penerus komunikasi antar serabut
saraf membuat tubuh menerima komunikasi secara salah dalam pikiran,
perasaan dan perilaku.
Karena itu pada terapi farmakologik maka terapinya adalah memperbaiki
kerja neurotransmitter norepinefrin, serotoninedan dopamin.
Faktor Predisposisi

Faktor Genetik
Teori Agresi Berbalik pada Diri Sendiri
Teori Kehilangan
Teori Kepribadian
Teori Kognitif
Model Belajar Ketidakberdayaan
Model Perilaku
Model Biologis
Faktor Presipitasi

1. Faktor Biologis
2. Faktor Psikologis
3. Faktor Sosial Budaya
Rentang Emosi

Emotional Reaksi Supresi Reaksi Depresi


Responsive kehilangan kehilangan atau mania
yg wajar yg
memanjang
Depresi

Suatu jenis alam perasaan atau emosi yang disertai


komponen psikologik : rasa susah, murung, sedih, putus asa
dan tidak bahagia, serta komponen somatik: anoreksia,
konstipasi, kulit lembab (rasa dingin), tekanan darah dan
denyut nadi sedikit menurun

Penyebab: trauma fisik seperti penyakit infeksi,


pembedahan, kecelakaan, persalinan dan sebagainya, serta
faktor psikik seperti kehilangan kasih sayang atau harga diri
dan akibat kerja keras.
Tanda Gejala Depresi
murung, sedih, lesu, kehilangan gairah hidup
Sulit klonsentrasi dan daya ingat menurun
Nafsu makan dan berat badan menurun
Sulit tidur atau tidur berlebihan disertai mimpi-mimpi tidak
menyenangkan
Agitasi
Retardasi (perlambatan gerakan) motorik
Hilang perasaan senang, meninggalkan hobi
Kreatifitas dan produktifitas menurun
Gangguan seksual/libido menurun
Pikiran-pikiran tentang kematian dan bunuh diri
Ciri-Ciri Klien Yang Rentan Menderita
Depresi

sukar bahagia, mudah cemas, gelisah, khawatir, iri, dan tegang


kurang percaya diri, rendah diri, mudah mengalah, dan lebih senang
berdamai untuk menghindari konflik/konfrontasi, merasa gagal dalam
usaha dan sering mengeluh
Pengendalian dorongan dan impuls terlalu kuat, lebih suka menarik
diri, sulit mengambil keputusan, enggan bicara/pendiam, pemalu,
menghindari keterlibatan dengan orang lain
Suka mencela, mengkritik, menyalahkan orang lain, atau menggunakan
mekanisme pertahanan penyangkalan.
ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN
DEPRESI

PENGKAJIAN
1. Data demografi
2. Alasan masuk
3. Riwayat klien
Kerentanan genetika-biologik
stress dan kehilangan
Pengkajian yang terstandardisasi (Beck Depression Inventory,
Hamilton Rating Scale of Depression, Geriatric Depression
Scale, dan Self-Rating Depression Scale)
Lanjutan

4. Riwayat pengobatan
5. Penyalahgunaan obat dan alkohol
6. Riwayat pendidikan dan pekerjaan
7. Catat ciri-ciri respon fisiologik, kognitif, emosional dan perilaku
dari individu dengan gangguan mood
8. Kaji adanya faktor resiko bunuh diri dan lelalitas perilaku bunuh
diri klien
Diagnosa Keperawatan

Gangguan konsep diri: harga diri rendah


Isolasi sosial: menarik diri
Defisit perawatan diri: mandi dan berhias
Ketidakefektifan koping keluarga: ketidakmampuan keluarga
merawat pasien di rumah
Resiko perilaku kekerasan terhadap diri sendiri
Intervensi Keperawatan
Risiko perilaku mencederai diri b.d perilaku kekerasan
Intervensi
SP1
BHSP
Bantu mengungkapkan perasaan, penyebab, tanda gejala kekerasan yang telah dilakukan
selama ini
SP2
Latihan mengontrol PK secara fisik (pukul Kasur)
SP3
Latihan mengontrol PK secara social/verbal (meminta/menolak dengan baik)
SP4
Latihan mengontrol PK secara spiritual (berdoa)
KAJIAN JURNAL KEPERAWATAN GANGGUAN
ALAM PERASAAN DEPRESI

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP KEJADIAN


DEPRESI PADA LANSIA YANG TINGGAL BERSAMA KELUARGA DI
WILAYAH KERJA PUSKESMAS KOTA BUMI II LAMPUNG UTARA

Depresi pada usia lanjut dapat terjadi karena proses menua karena
terjadi penurunan fungsi fisiologis tubuh, penurunan penghasilan,
perpisahan, kehilangan pasangan hidup dan faktor lain. Lansia
memerlukan dukungan keluarga untuk mencegah depresi
Namun, tidak semua lansia mendapatkan dukungan keluarga
walaupun tinggal bersama keluarga. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui hubungan dukungan keluarga terhadap kejadian depresi
pada lansia yang tinggal bersama keluarga
METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif analitik dengan rancangan


cross sectional. Rancangan ini untuk mengetahui dukungan keluarga
terhadap kejadian depresi pada lansia yang tinggal bersama keluarga di
wilayah kerja Puskesmas Kotabumi II Lampung Utara.

Populasi pada penelitian ini adalah lansia di wilayah kerja Puskesmas


Kotabumi II. Populasi lansia dikomunitas sebanyak 2.502 orang lansia
yang tinggal di 4 kelurahan yaitu Tanjung Aman, Kota Alam, Tanjung
Harapan dan Mulang Maya. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 400
orang lansia yang dihitung dengan rumus Solvin menggunakan N=2.502
lansia (Slovin, 2006 dalam Amirin, 2011)
Lanjutan

Pengumpulan data dukungan keluarga dengan wawancara


menggunakan A.P.G.A.R (Adaptation, Partnership, Growth,
Affection, Resolve) keluarga yang merupakan instrumen baku dari
Smilkstein dan TL. Brink, dengan sistem akumulasi skor, bila skor < 7
dikategorikan menjadi dukungan keluarga kurang dan bila skor
jumlahnya 7 dikategorikan dukungan keluarga baik.
Pengukuran tingkat depresi pada lansia menggunakan GDS (Geriatric
Depresion Scale) yang dikemukakan oleh Yesavage dengan jumlah
pertanyaan sebanyak 30 pertanyaan. Skoring menjadi skala ukur, bila
skor < 10 dikategorikan depresi berat, sedangkan bila skor 10
dikategorikan depresi ringan
HASIL PENELITIAN

Gambaran responden
Dukungan keluarga terdapat Lansia yang tinggal bersama keluarga
dengan kategori kurang terdapat 34,8% (139) dari 400 orang.
Sedangkan, Lansia yang mengalami depresi berat 6,5% (26) dari
400 orang.
Lanjutan

Dari Hasil penelitian diketahui juga bahwa dukungan keluarga


pada lansia yang tinggal bersama keluarga dengan kategori kurang
sebanyak 139 lansia (34,8%).
PEMBAHASAN

Responden atau lansia dengan usia 60 tahun mengemukakan banyak


mengeluh tentang penyakit yang dideritanya. Lansia mengatakan
bahwa penyakitnya adalah penyakit yang terjadi karena usia sudah
tua, sehingga banyak sekali keluhan yang timbul seperti ngilu pada
sendi, tidak bisa tidur, jantung berdebar-debar, kesemutan lehar, rasa
mual, dan lansia merasakan bahwa keluhan ini terasa sulit untuk
diatasinya seorang diri.
Menurut Maryam, dkk. (2012)14) dan Marsetio; Tjokronegoro
(1991)15) keluarga merupakan support system utama dalam
mempertahankan kesehatan lansia, menjaga dan merawat lansia,
mempertahankan dan meningkatkan status mental, kedamaian dan
kesejahteraan jiwa, dukungan keluarga dapat mencegah terjadi
depresi (Soejono, dkk., 2000)
KESIMPULAN

Hasil penelitian menyimpulkan diperoleh gambaran kejadian


depresi dengan kategori ringan berjumlah 93,5% dan kategori
berat terdapat 6,5%. Ada hubungan yang bermakna antara
dukungan keluarga dengan kejadian depresi pada lansia
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai