Anda di halaman 1dari 49

GANGGUAN

SISTEM PERKEMIHAN
Kelompok 4 B
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Program Studi Ilmu Keperawatan
Kelompok 4
◦ Nida Fauziyah 11151040000057 ◦ Fuja Amanda 11151040000097

◦ Nor Aidatul Khikmah 11151040000064 ◦ Yunita Salamah 11151040000099

◦ Dania Putriyanda 11151040000072 ◦ Bella Ayunda Triyana 11151040000101

◦ Yasni Maulidatun Nisya 11151040000080 ◦ Cindy Carmila 11151040000105

◦ Qisthi Qonia 11151040000093 ◦ Faruq Ainul Yaqin 11151040000118

◦ Nurul Fadillah 11151040000095


Pembahasan
Pyelonephritis
Definisi
Pielonefritis merupakan infeksi bakteri pada piala ginjal (pelvis renalis),tubulus, dan
jaringan interstinal dari salah satu atau kedua gunjal. Pielonefritis merupakan suatu
infeksi dalam ginjal yang dapat timbul secara hematogen atau retrograd aliran
ureterik. Pielonefritis akut biasanya akan berlangsungselama 1 sampai 2 minggu. Bila
pengobatan pada pielonefritis akut tidak sukses maka dapat menimbulkan gejala
lanjut yang disebut dengan pielonefritiskronis
Klasifikasi
◦ Pyelonefritis akut

Pyelonefritis akut biasanya singkat dan sering terjadi infeksi berulang karena terapi tidak sempurna atau
infeksi baru. Ginjal biasanya membesar disertai infiltrasi interstisial sel-sel inflamasi. Infeksi ginjal lebih sering
terjadi pada wanita, wanita hamil dan pada usia di atas 40 tahun.

◦ Pielonefritis kronis

Pyelonefritis kronis juga berasal dari adanya bakteri, tetapi dapat juga karena faktor lain seperti obstruksi
saluran kemih dan refluk urin. Pyelonefritis kronis dapat merusak jaringan ginjal secara permanen akibat
inflamasi yang berulang kali dan timbulnya parut dan dapat menyebabkan terjadinya renal failure
(gagal ginjal) yang kronis.
Etiologi
◦ Bakteri

Escherichis colli, Basilus proteus dan Pseudomonasauroginosa, Klebsiellaenterobacter,


Speciesproteus, Enterococus, Lactobacillus

◦ Obstruksi urinaritrack
Batu ginjal atau pembesaran prostat
◦ Refluks

Arus balik air kemih dari kandung kemih kembali kedalam ureter

◦ Kehamilan

Kehamilan dapat mempengaruhi aliran darah dan aliran plasma efektif ke ginjal dan
saluran kencing
Patofisiologi
◦ Umumnya bakteri seperti Eschericia coli, Streptococufecalis, Pseudomonasaeruginosa,
dan Staphilococusaureus yang menginfeksi ginjal berasal dari luar tubuh yang masuk
melalui saluran kemih bagian bawah (uretra), merambat ke kandung kemih, lalu ke
ureter (saluran kemih bagianatas yang menghubungkan kandung kemih dan ginjal)
dan tibalah ke ginjal,yang kemudian menyebar dan dapat membentuk koloni infeksi
dalam waktu24-48 jam. Infeksi bakteri pada ginjal juga dapat disebarkan melalui alat-
alatseperti kateter dan bedah urologis. Bakteri lebih mudah menyerang ginjal bila
terdapat hambatan atau obstruksi saluran kemih yang mempersulit pengeluaran urin,
seperti adanya batu atau tumor. Jika destruksi nefron meluas, dapat berkembang
menjadi gagal ginjal.
Manifestasi Klinis
◦ Pyelonefritis akut :

1. Pembengkakan ginjal atau pelebaran penampang ginjal

2. Pada pengkajian didapatkan adanya demam yang tinggi, menggigil, nausea

3. Nyeri pada pinggang, sakit kepala, nyeri otot dan adanya kelemahan fisik.

4. Pada perkusi di daerah CVA ditandai adanya tenderness

5. Klien biasanya disertai disuria, frequency, urgency dalam beberapahari.

6. Ada pemeriksaan urin didapat urin berwarna keruh atau hematuria dengan bau yang
tajam, selain itu juga adanya peningkatan sel darah putih.
Cont...
◦ Pielonefritis kronis :

1. Adanya serangan pielonefritis akut yang berulang-ulang biasanya tidak mempunyai gejala yang spesifik

2. Adanya keletihan

3. Sakit kepala, nafsu makan rendah dan BB menurun.

4. Adanya poliuria, haus yang berlebihan, azotemia, anemia, asidosis, proteinuria, pyuria dan kepekatan urin
menurun.

5. Kesehatan pasien semakin menurun, pada akhirnya pasien mengalami gagal ginjal.

6. Ketidak normalan kalik dan adanya luka pada daerah korteks

7. Ginjal mengecil dan kemampuan nefron menurun dikarenakan luka pada jaringan

8. Tiba-tiba ketika ditemukan adanya hipertensi.


Pemeriksaan Penunjang
◦ Wholeblood

◦ Urinalisis

◦ USG dan Radiologi

◦ BUN

◦ Creatinin

◦ Serum Electrolytes

◦ Biopsi ginjal

◦ Pemeriksaan IVP
Komplikasi
◦ Nekrosis papila ginjal

Sebagai hasil dari proses radang, pasokan darah pada area medula akan terganggu
dan akan diikuti nekrosis papila ginjal

◦ Fionefrosi

Terjadi apabila ditemukan obstruksi total pada ureter yangdekat sekali dengan ginjal.

◦ Abses perinefrik

Pada waktu infeksi mencapai kapsula ginjal, dan meluaske dalam jaringan perirenal,
terjadi abses perinefrik.
Penatalaksanaan
◦ Mengkaji riwayat medis, obat-obatan, dan alergi.

◦ Monitor Vital Sign

◦ Melakukan pemeriksaan fisik

◦ Mengobservasi dan mendokumentasi karakteristik urine klien

◦ Mengumpulkan spesimen urin segar untuk urinalisis

◦ Memantau input dan output cairan.

◦ Mengevaluasi hasil tes laboratorium (BUN, creatinin, serum electrolytes)

◦ Memberikan dorongan semangat pada klien untuk mengikuti prosedur pengobatan. Karena pada
kasus kronis, pengobatan bertambah lama dan memakan banyak biaya yang dapat membuat
pasien berkecil hati.
Pencegahan
◦ Minumlah banyak air (sekitar 2,5 liter) untuk membantu pengosongan kandung kemih serta
kontaminasi urin

◦ Perhatikan makanan (diet) supaya tidak terbentuk batu ginjal

◦ Banyak istirahat di tempat tidur

◦ Terapi antibiotik

◦ Memastikan tidak pernah mengalami infeksi saluran kemih

◦ Memperhatikan cara membersihkan setelah buang air besar, terutama pada wanita

◦ Senantiasa membersihkan dari depan ke belakang, jangan dari belakang ke depan


Urolithiasis
Definisi
Urolithiasis adalah suatu kondisi dimana dalam saluran kemih individu terbentuk batu
berupa kristal yang mengendap dari urin. istilah penyakit batu bedasarkan letak batu
antara lain:

1. Nefrolithiasis disebut sebagai batu pada ginjal

2. Ureterolithiasis disebut batu pada ureter

3. Vesikolithiasis disebut sebagai batu pada vesika urinaria/ batu buli

4. Uretrolithisai disebut sebagai batu pada ureter


Etiologi
Penyebab terjadinya Urolithiasis secara teoritis dapat terjadi atau terbentuk diseluruh
salurah kemih terutama pada tempat-tempat yang sering mengalami hambatan
aliran urin (statis urin) antara lain yaitu sistem kalises ginjal atau buli-buli. Adanya
kelainan bawaan pada pelvikalis (stenosis uretro-pelvis), divertikel, obstruksi intravesiko
kronik, seperti Benign Prostate Hyperplasia (BPH), struktur dan buli-buli neurogenik
merupakan keadaan-keadaan yang memudahkan terjadinya pembentukan batu
(Prabowo & Pranata, 2014).
Manifestasi Klinis
Urolithiasis dapat menimbulkan berbagi gejala tergantung pada letak batu, tingkat
infeksi dan ada tidaknya obstruksi saluran kemih (Brooker, 2009). Tanda dan gejala :

◦ Nyeri

◦ Gangguan Miksi

◦ Hematuria

◦ Mual & Muntah

◦ Demam

◦ Distensi Vesika Urinaria


Patofisiologi
Banyak faktor yang menyebabkan berkurangnya aliran urin dan menyebabkan obstruksi, salah
satunya adalah statis urin dan menurunnya volume urin akibat dehidrasi serta ketidakadekuatan
intake cairan, hal ini dapat meningkatkan resiko terjadinya urolithiasis. Rendahnya aliran urin
adalah gejala abnormal yang umum terjadi (Colella,et al., 2010), selain itu, berbagai kondisi
pemicu terjadinya urolithiasis seperti komposisi batu yang beragam menjadi faktor utama bekal
identifikasi penyebab urolithiasis. Batu yang terbentuk dari ginjal dan berjalan menuju ureter
paling mungkin tersangkut pada satu dari tiga lokasi berikut :

a) sambungan ureteropelvik

b) b) titik ureter menyilang pembuluh darah iliaka dan

c) c) sambungan ureterovesika
Faktor Resiko
Terapi dan perubahan gaya hidup merupakan intervensi yang dapat mengubah
faktor resiko, namun ada juga faktor resiko yang tidak dapat diubah. Faktor yang tidak
dapat diubah antara lain:

◦ Jenis Kelamin

◦ Usia

◦ Riwayat Keluarga

◦ Kebiasaan Diit dan Obesitas

◦ Cairan
Pemeriksaan Diagnostik
◦ Kimiawi darah dan pemeriksaan urin 24 jam (mengukur kadar kalsium, asam urat,
kreatinin, natrium, pH dan volume total)

◦ Analisis kimia (menentukan komposisi batu)

◦ Kultur urin (adanya bacteriuria dalam urine)

◦ Foto polos abdomen (adanya batu radio-opak di saluran kemih)

◦ Intra Vena Pielografi /IVP (adanya batu pada saluran kemih)

◦ Ultrasonografi (USG)
Penatalaksanaan
Treatment Indikasi Keterbatasan Komplikasi

ESWL 1. Radiolucent calculi Kurang efektif untuk pasien dengan 1. Obstruksi ureter oleh
2. Batu renal <2cm obesitas dan batu yang keras karena pecahan batu
3. Batu ureter <1cm 2. Perinephric hematoma

Ureteroscopy Batu ureter 1. Invastive Struktur uretera dan luka


2. Biasanya membutuhkan stent
postoperasi ureteral

URS Batu renal <2cm 1. Mungkin akan kesulitan dalam Struktur uretera dan luka
membersihkan fragmen
2. Biasanya membutuhkan stent
postoperasi ureteral

PNCL 1. Batu renal >2cm Invasive Perdarahan luka pada


2. Batu renal proksimal system pengumpulan
>1cm
Pencegahan
◦ Cairan

Peningkatan konsumsi air setiap hari dapat mengencerkan urin dan membuat konsentrasi pembentuk urolithiasis
berkurang.

◦ Makanan

Konsumsi makanan seperti ikan dan kurangi konsumsi oksalat (seperti daging) untuk menurunkan oksalat dalam
urin dan resiko pembentukan batu oksalat. Mengurangi diet protein hewani dan purin lainnya untuk
menurunkan kadar asam urat dalam urin dan resiko pembentukan batu asam urat.

◦ Aktivitas

Aktivitas fisik sangat dianjurkan untuk mencegah terjadinya urolithiasis. Tingginya aktivitas yang dilakukan
dengan diimbangi asupan cairan yang seimbang maka ada kemungkinan akan memperkecil resiko terjadinya
pembentukan batu (Treadmill atau aerobic)
Komplikasi
Batu mungkin dapat memenuhi seluruh pelvis renalis sehingga dapat menyebabkan
obstruksi total pada ginjal, pasien yang berada pada tahap ini dapat mengalami retensi
urin sehingga pada fase lanjut ini dapat menyebabkan hidronefrosis dan akhirnya jika terus
berlanjut maka dapat menyebabkan gagal ginjal yang akan menunjukkan gejala-gejala
gagal ginjal seperti sesak, hipertensi, dan anemia (Purnomo, 2012). Selain itu stagnansi batu
pada saluran kemih juga dapat menyebabkan infeksi ginjal yang akan berlanjut menjadi
urosepsis dan merupakan kedaruratan urologi, keseimbangan asam basa, bahkan
mempengaruhi beban kerja jantung dalam memompa darah ke seluruh tubuh (Prabowo &
Pranata, 2014).
Diagnosa Keperawatan
◦ Nyeri akut berhubungan dengan trauma jaringan sekunder terhadap batu ginjal

◦ Gangguan eliminasi urin berhubunngan dengan obstruksi mekanik dan iritasi


ginjal/uretral.

◦ Risiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual muntah.

◦ Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan penurunan suplay oksigen.

◦ Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh berhubungan dengan mual muntah.

◦ Kelebihan Volume Cairan berhubungan dengan retensi natrium.


Uretritis
Definisi
Urethritis merupakan peradangan pada saluran kencing atau urethra, yang terjadi
pada lapisan kulit urethra, disebabkan oleh bakteri-bakteri yang menyerang saluran
kemih seperti Chlamydia trachomatis, neisseria gonorrhoae, tricomonal vaginalis dan
lain-lain. peradangan ini biasanya terjadi pada ujung urethra atau urethra bagian
posterior, urethritis juga merupakan salah satu dari infeksi dari saluran kemih yaitu
urethra, prostate, vas deferens, testis atau ovarium, buli-buli, ureter sampai ginjal. Dan
dapat dikatakan sebagai bagian dari infeksi saluran kemih superficial atau mukosa
yang tidak menandakan invasi pada jaringan.
◦ Uretritis Akut
Klasifikasi
Asending infeksi atau sebaliknya oleh karena prostate mengalami infeksi. Keadaan ini lebih sering diderita kaum pria.

1. Tanda dan Gejala

◦ Mukosa merah udematus

◦ Terdapat cairan eksudat yang purulent

◦ Ada ulserasi pada uretra

2. Diagnosa Diferential
◦ Uretritis GO
◦ Amicrobic pyuhria
◦ Uretritis karena trichomonas
◦ Prostatitis non spesifik
3. Pemeriksaan Diagnostik

Dilakukan pemeriksaan terhadap secret uretra untuk mengetahui kuman penyebab.

4. Tindakan Pengobatan

◦ Pemberian antibiotika

◦ Bila terjadi striktuka, lakukan dilatasi uretra dengan menggunakan bougil

5. Komplikasi

◦ Mungkin prostatitis

◦ Periuretral abses yang dapat sembuh, kemudian meninbulkan striktura atau urine fistula
Cont...
◦ Uretritis Kronis
disebabkan oleh pengobatan yang tidak sempurna pada masa akut, Prostatitis kronis, dan Striktura uretra
1. Tanda dan Gejala
◦ Mukosa terlihat granuler dan merah
◦ Mikroskopis : infiltrasi dari leukosit, sel plasma, sedikit sel leukosit, fibroblast bertambah
◦ Getah uretra (+), dapat dilihat pada pagi hari sebelum bak pertama
◦ Uretra iritasi, vesikal iritasi, prostatitis, cystitis.
2. Prognosa
Bila tidak diobati dengan baik, infeksi dapat menjalar ke kandung kemih, ureter, ginjal.
3. Tindakan Pengobatan
◦ Chemoterapi dan antibiotika
◦ Cari penyebabnya
◦ Berikanlah banyak minum
4. Komplikasi
Radang dapat menjalar ke prostate.
Cont...
◦ Uretritis Gonokokus

Penyebab uretritis gonokokus adalah Neisseria Gonorhoeoe (gonokokus)

1. Tanda dan Gejala

Sama dengan tanda dan gejala pada uretritis akut, karena uretritis ini adalah bagian dari uretritis akut

2. Prognosa

Infeksi dapat menyebar ke proksimal uretra.

3. Komplikasi

◦ Infeksi yang menyebar ke proksimal uretra menyebabkan peningkatan frekuensi kencing

◦ Gonokokus dapat menebus mukosa uretra yang utuh, mengakibatkan terjadi infeksi submukosa yang meluas ke korpus
spongiosum

◦ Infeksi yang menyebabkan kerusakan kelenjar peri uretra akan menyebabkan terjadinya fibrosis yang dalam beberapa
tahun kemudian mengakibatkan striktura uretra.
Cont...
◦ Uretritis Non Gonokokus (Non Spesifik)

Uretritis non gonokokus (sinonim dengan uretritis non spesifik) merupakan penyakit
yang ditularkan melalui hubungan seksual yang paling sering diketemukan. Pada pria,
lender uretra yang mukopurulen dan disuria terjadi dalam beberapa hari sampai
beberapa minggu setelah melakukan hubungan kelamin dengan wanita yang
terinfeksi. Lendir mengandung sel nanah tetapi gonokokus tidak dapat di deteksi
secara mikroskopis atau kultur. (Underwood,1999)
Cont...
◦ Uretritis Abakterial Penyakit Reiter

1. Klinik

Uretritis yang berkaitan dengan konjunktivitis dan artritis

2. Etiologi

Kemungkinan terdapat organisme dari kelompok chlamydia

3. Hasil

Kemungkinan terdapat pemulihan spontan, tetapi sering kali terdapat riwayat yang lama, dengan
banyak eksaserbasi klinik. Pada kasus yang berat terdapat ulserasi dari mukosa bukal, kulit kaki, glans
penis, uretra dan kandung kemih. Iritis dan keraitis dapat menjadi penyulit konjunktivitis.
Anatomi Fisiologi
Etiologi
◦ Penyebab uretritis:

1. Kuman Gonorrhoe (N.Gonorhoe)

2. Kuman Non-Gonorrhoe (Klamidia Trakomatik / Urea Plasma Urelytikum)

3. Tindakan invasif

4. Iritasi batu ginjal

5. Trihomonas vaginalis

6. Organisme gram negatif :

a. Escherichia coli

b. Entero bakteri

c. Pseudomonas

d. Klebsiella dan Proteus


Manifestasi Klinis
◦ Terdapat cairan eksudat yang purulent

◦ Mukosa memerah dan edema

◦ Ada ulserasi pada uretra, iritasi, vesikal iritasi, prostatitis

◦ Adanya rasa gatal yang menggelitik, gejala khas pada uretritis G.O yaitu morning sickness

◦ Adanya pus awal miksi

◦ Nyeri pada saat miksi

◦ Kesulitan untuk memulai miksi

◦ Nyeri pada abdomen bagian bawah

◦ Pada pria pembuluhdarah kapiler, kelenjar uretra tersumbat oleh pus


Patofisiologi
Iritasi (iritasi batu ginjal, iritasi karena tindakan invasif menyebabkan retak dan permukaan
mukosa pintu masuknya kuman proses peradangan uretritis). organisme penyebab dapat
mencapai kandung kemih melalui uretra. Infeksi ini sebagai sistitis, dapat terbatas di kandung
kemih saja / dapat merambat ke atas melalui uretra ke ginjal. Organisme juga dapat sampai ke
ginjal atau melalui darah / getah bening. Tekanan dari kandung kemih menyebabkan saluran
kemih normal dapat mengeluarkan bakteri yang ada sebelum bakteri tersebut sampai
menyerang mukosa. Obstruksi aliran kemih proksimal terhadap kandung kemih mengakibakan
penimbunan cairan, bertekanan dalam pelvis ginjal dan ureter. Hal ini dapat menyebabkan
atrofi hebat pada parenkim ginjal / hidronefrosis. Penyebab umum obstruksi adalah jaringa
parut ginjal dan uretra, batu saluran kemih, neoplasma, hipertrofi prostat, kelainan kongenital
pada leher kandung kemih dan uretra serta penyempitan uretra.
Komplikasi
◦ Penyulit lokal :

Pada laki-laki : tysonitis, cystitis, vesiculitis, parauretritis, cowperitis,deferenitis, littritis,


prostatitis, epidydimitis, infertile.

Pada wanita : skenitis, bartholinitis, cystitis, salpingitis, proctitis, PID,infertilitas.

◦ Penyulit ekstra genital

orofaringitis, konjungtivitis

◦ Penyulit disseminated

arthritis, myocarditis, endocarditis, pericarditis,meningitis.


Pemeriksaan Diagnostik
◦ Kultur urine

Mengidentifikasi organisme penyebab

◦ Urine analisis/urinalisa

Memperlihatkan bakteriuria, sel darah putih, dan endapan sel darah merah dengan keterlibatan ginjal

◦ Darah lengkap

◦ Sinar-X ginjal

ureter dan kandung kemih mengidentifikasi anomali struktur nyata.

◦ Pielogram intravena (IVP)

Mengidentifikasi perubahan atau abnormalitas struktur


Penatalaksanaan
◦ Penatalaksanaan terapi berdasarkan panduan The Center for Disease Control and Prevention.

1. Antibiotika yang direkomendasikan untuk N. gonnorrheae

◦ Cefixime 400 mg oral

◦ Ceftriaxone 250 mg IM

◦ Ciprofloxacine 500 mg oral

◦ Ofloxacin 400 mg oral

Keempat antibiotika diatas diberikan dalam dosis tunggal.Infeksi gonorrheae sering diikuti dengan infeksi chlamydia. Oleh
karena itu perluditambahkan antibiotika anti-chlamydial :

◦ Azithromycin, 1 gr oral (dosis tunggal)

◦ Doxycycline 100 mg oral 2 kali sehari selama 7 hari

◦ Erythromycine 500 mg oral 4 kali sehari selama 7 hari

◦ Ofloxacin 200 mg oral 2 kali sehati slama 7 hari


Asuhan Keperawatan
◦ Pengkajian

◦ Biodata klien
◦ Pemeriksaan fisik (Pola sehat sakit, Pola aktivitas sehari – hari, Riwayat psokologis, Riwayat social ekonomi,
Pemeriksaan wajah, Pemeriksaan abdomen, Pemeriksaan Genetalia, Pemeriksaan persistem)

◦ Analisa data
Data Subyektif :
1. Klien mengeluhkan rasa nyeri di daerah uretra dan sekitarnya
2. Klien mengeluhkan adanya pus dan kemerahan di penis
3. Klien mengeluhkan nyeri saat BAK
4. Klien mengatakan kecemasan terhadap penyakitnya
Data Obyektif :
1. Mukosa merah
2. Tredapat cairan eksudat
3. Terdapat cairan ulserasi uretra
4. Mikroskopis : infiltrasi dari leukosit, sel plasma, sedikit sel leukosit, fibroblas bertambah
Cont...
◦ Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri berhubungan dengan proses peradangan pada uretra

2. Gangguan perubahan eliminasi urine berhubungan dengan obstruksi/edema/proses


peradangan pada saluran kemih.

3. Hipertermi berhubungan dengan proses peradangan pada saluran kemih

4. Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan terhadap penyakit

5. Resiko infeksi berhubungan dengan penyebaran patogen secara sistemik


Cont...
Dx 1: Nyeri berhubungan dengan proses peradangan pada uretra
Tujuan: Rasa nyeri bisa berkurang / hilang
Kriteria Hasil:
 Klien mengungkapkan nyeri berkurang/hilang
 Tidak ada nyeri abdomen bawah / daerah simpisis pubis
 Mukosa uretra tidak memerah / edema
 Tidak ada nyeri saat berkemih
 Ekspresi wajah tenang
Intervensi Rasional
 Kaji tingkat nyeri, lokasi & intensitas  Untuk membantu mengevaluasi tempat obstruksi &
 Berikan tindakan nyaman, seperti pijatan penyebab nyeri
 Alihkan perhatian pada hal yang menyenangkan  Meningkatkan relaksasi & menurunkan tegangan otot
 Pantau pola berkemih secara berkala  Relaksasi, menghindari terlalu merasakan nyeri
 Berikan analgetik sesuai kebutuhan & evaluasi  Untuk mengidentifikasi indikasi kemajuan / pengunduran
keberhasilannya gejala / penyakit.
 Analgetik memblok lintasan nyeri, sehingga mengurangi
nyeri
Cont...
Dx 2: Gangguan perubahan eliminasi urine berhubungan dengan obstruksi/edema/proses peradangan pada
saluran kemih.
Tujuan: Pasien dapat mempertahankan pola eliminasi urine / BAK secara adekuat

Kriteria Hasil:
 Klien dapat berkemih / BAK secara lancar
 Klien tidak kesulitan saat berkemih
 Pola eliminasi membaik, tidak terjadi tanda-tanda gangguan berkemih (seperti: disuria, piuria, &
hematuria)
Intervensi Rasional

 Awasi pemasukan dan pengeluaran karakteristik  Memberikan dan mengetahui informasi tentang
urine fungsi ginjal dan adanya komplikasi
 Dorong peningkatan pemasukan cairan  Meningkatkan hidrasi untuk membilas bakteri
 Awasi pemeriksaan laboratorium (elektrolit, BUN,  Pengawasan terhadap disfungsi ginjal
keratinin)
Cont...
Dx 3: Hipertermi berhubungan dengan proses peradangan pada saluran kemih
Tujuan: Suhu tubuh normal (36,5-37,2 C)
Kriteria Hasil:
 Pasien bebas dari demam
 Pasien mengatakan tubuh tidak terasa panas
 Mukosa uretra tidak memerah / edema
 Suhu tubuh dan nadi normal
 Ekspresi wajah tenang/tidak menyeringai
Intervensi Rasional
 Kaji timbulnya demam  Untuk mengidentifikasi pola demam pasien
 Observasi tanda-tanda vital (suhu, nadi, tekanan darah,  Tanda vital merupakan acuan untuk mengetahui
& pernafasan kaeadaan umum pasien
 Anjurkan pasien untuk banyak minum  Peningkatan suhu tubuh mengakibatkan penguapan
 Berikan kompres hangat tubuh meningkat sehingga perlu diimbangi dengan
asupan cairan yang banyak
 Dengan vasodilatasi dapat meningkatkan penguapan
yang dapat mempercepat penurunan suhu tubuh
Cont...
Dx 4: Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan terhadap penyakit
Tujuan: pasien dapat merasa nyaman dan tidak takut
Kriteria Hasil:
 Klien merasa nyaman
 Klien megetahui tentang penyakitnya

Intervensi Rasional
 Kaji ulang proses penyakit dan harapan  Memberikan pengetahuan dasar dimana
masa datang pasien dapat membuat pilihan
 Mendengar dengan aktif tentang berdasarkan informasi
program terapi/perubahan pola hidup  Membantu pasian bekerja melalui
perasaan dan meningkatkan rasa kontrol
terhadap apa yang terjadi
Cont...
Dx 5 : Resiko infeksi berhubungan dengan penyebaran patogen secara sistemik
Tujuan : Tidak ada tanda – tanda infeksi
Kriteria Hasil:
 Urine berwarna orange jernih / normal
 Urine tidak mengandung / bercampur darah dan nanah
Intervensi Rasional
 Tingkatkan kebersihan yang baik pada pasien, keluarga  Menurunkan resiko kontaminasi silang
dan tenaga kesehatan.  Demam dengan peningkatan nadi dan pernafasan &
 Awasi / pantau tanda-tanda vital tanda vital merupakan acuan untuk mengetahui
 Dorong peningkatan pemasukan cairan kaeadaan umum pasien
 Berikan perawatan parineal  Meningkatkan hidrasi untuk membilas bakteri
 Lakukan tindakan untuk memelihara asam urine  Dapat mencegah kontaminasi uretra
(Tingkatkan masukan sari buah berri dan berikan obat-  Asam urine menghalangi, membunuh / mengurangi
obat untuk meningkatkan asam urine) tumbuhnya kuman, peningkatan masukan sari buah
 Berikan antibiotik sesuai kebutuhan & evaluasi dapat berpegaruh dalam pengobatan infeksi.
keberhasilannya  Dapat mencegah/mengurangi kolonisasi periuretra agar
tidak terjadi kekambuhan infeksi
Daftar Pustaka
◦ Barbara K, Timby dan Nancy E. Smith. 2007. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8. Alih Bahasa K Kuncara dkk. Jakarta :
EGC.

◦ Brunner & Suddarth. 2014. Keperawatan Medikal Bedah Edisi 12. Jakarta : EGC.

◦ Doenges, Marilyn E. 2012. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC

◦ Wilkinson, Judith M. 2012. Buku Saku Diagnosa Keprawatan. Edisi 9. Jakarta : EGC

◦ Tambayong, jan. 2009. Patofisiologi Untuk Keperawatan. Jakarta : EGC

◦ Mehmed,M.M., & Ender O., (2015). Effect of urinary stone disease and it’s treatment on renal function. World J Nephrol.

◦ Prabowo, E., & Pranata, A.E. (2014). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Sistem Perkemihan Pendekatan NANDA, NIC dan NOC.
Yogyakarta: Nuha Medika.

◦ Purnomo, B.B. (2012).Dasar-Dasar Urologi Edisi Ketiga. Jakarta: Sagung Seto.

◦ Brunner & Suddart. (2015). Keperawatan Medikal-Bedah Edisi 12. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Cont...
◦ Brooker, C. (2009). Ensiklopedian Keperawatan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
◦ Boyce, C.J., Pickhardt, P.J., Lawrence, E.M., Kim, DN., & Bruce, R.J. (2010). Prevalence of urolithiasis in asymptomatic
adult: objective determination using low dose noncontrast computerized tomography. J. Urol.183(3): 1017-21.
doi.10.1016/J.Juro.2009.11.047
◦ Corwin, E.J. (2009). Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
◦ O’Callaghan, C. (2009). At a Glance Sistem Ginjal Edisi Kedua. Erlangga Medical series. Jakarta.
◦ Obligado, S.H., & Goldfarb, D.S.(2008). The association of nephrolithiasis with Hypertension and obesity: a review. Am
J Hypertens.
◦ Fwu, C.W., Eggers, P.W., Kimmel, P.L., Kusek, J.W., & Kirkali, Z. (2013). Emergency department visits, use of imaging,
and drugs for urolithiasis have incerased in the United States.
◦ Vijaya, T., Kumar, M.S., Ramarao, N.V., Babu, A.N., & Ramarao N. (2013). Urolithiasis and Its Causes-Short Review. The
Journal of Phytopharmacology.
◦ Wumaner, A., Keremu, A., Wumaier, D., & Wang, Q. (2014). Variation in urinary stone composition between adult
Uyghur and Han patients with urolithiasis in Xinjiang, China. Urology.
◦ Lotan, Y., Jimenez, I.B., Wijnkoop, I.L., Daudon, M.,Molinier, L., Tack, I., & Nuijten, M.J.C. (2013). Increased Water
Intake as a Prevention Strategy of Recurrent Urolithiasis: Major Impact of Compliance on Cost-Effectiveness.
Jurology. Volume 189, Issue 3, Pages 935-939
◦ Maalouf, M., Rho. J.M., & Mattson, M.P. (2010). The neuroprotective properties of calories restriction, the katogenic
diet, and ketone bodies. Brain Res. 59. 293-315
Cont...
◦ Ganong, W. F. 2009. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 22. Jakarta: EGC.
◦ Guyton, A.C., dan Hall, J.E. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 11. Jakarta: EGC
◦ Nursalam & B.B,Fransisca. 2009. Askep pada Pasien dengan Gangguan Sistem Perkemihan.
Jakarta : Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai