SISTEM PERKEMIHAN
Kelompok 4 B
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Program Studi Ilmu Keperawatan
Kelompok 4
◦ Nida Fauziyah 11151040000057 ◦ Fuja Amanda 11151040000097
Pyelonefritis akut biasanya singkat dan sering terjadi infeksi berulang karena terapi tidak sempurna atau
infeksi baru. Ginjal biasanya membesar disertai infiltrasi interstisial sel-sel inflamasi. Infeksi ginjal lebih sering
terjadi pada wanita, wanita hamil dan pada usia di atas 40 tahun.
◦ Pielonefritis kronis
Pyelonefritis kronis juga berasal dari adanya bakteri, tetapi dapat juga karena faktor lain seperti obstruksi
saluran kemih dan refluk urin. Pyelonefritis kronis dapat merusak jaringan ginjal secara permanen akibat
inflamasi yang berulang kali dan timbulnya parut dan dapat menyebabkan terjadinya renal failure
(gagal ginjal) yang kronis.
Etiologi
◦ Bakteri
◦ Obstruksi urinaritrack
Batu ginjal atau pembesaran prostat
◦ Refluks
Arus balik air kemih dari kandung kemih kembali kedalam ureter
◦ Kehamilan
Kehamilan dapat mempengaruhi aliran darah dan aliran plasma efektif ke ginjal dan
saluran kencing
Patofisiologi
◦ Umumnya bakteri seperti Eschericia coli, Streptococufecalis, Pseudomonasaeruginosa,
dan Staphilococusaureus yang menginfeksi ginjal berasal dari luar tubuh yang masuk
melalui saluran kemih bagian bawah (uretra), merambat ke kandung kemih, lalu ke
ureter (saluran kemih bagianatas yang menghubungkan kandung kemih dan ginjal)
dan tibalah ke ginjal,yang kemudian menyebar dan dapat membentuk koloni infeksi
dalam waktu24-48 jam. Infeksi bakteri pada ginjal juga dapat disebarkan melalui alat-
alatseperti kateter dan bedah urologis. Bakteri lebih mudah menyerang ginjal bila
terdapat hambatan atau obstruksi saluran kemih yang mempersulit pengeluaran urin,
seperti adanya batu atau tumor. Jika destruksi nefron meluas, dapat berkembang
menjadi gagal ginjal.
Manifestasi Klinis
◦ Pyelonefritis akut :
3. Nyeri pada pinggang, sakit kepala, nyeri otot dan adanya kelemahan fisik.
6. Ada pemeriksaan urin didapat urin berwarna keruh atau hematuria dengan bau yang
tajam, selain itu juga adanya peningkatan sel darah putih.
Cont...
◦ Pielonefritis kronis :
1. Adanya serangan pielonefritis akut yang berulang-ulang biasanya tidak mempunyai gejala yang spesifik
2. Adanya keletihan
4. Adanya poliuria, haus yang berlebihan, azotemia, anemia, asidosis, proteinuria, pyuria dan kepekatan urin
menurun.
5. Kesehatan pasien semakin menurun, pada akhirnya pasien mengalami gagal ginjal.
7. Ginjal mengecil dan kemampuan nefron menurun dikarenakan luka pada jaringan
◦ Urinalisis
◦ BUN
◦ Creatinin
◦ Serum Electrolytes
◦ Biopsi ginjal
◦ Pemeriksaan IVP
Komplikasi
◦ Nekrosis papila ginjal
Sebagai hasil dari proses radang, pasokan darah pada area medula akan terganggu
dan akan diikuti nekrosis papila ginjal
◦ Fionefrosi
Terjadi apabila ditemukan obstruksi total pada ureter yangdekat sekali dengan ginjal.
◦ Abses perinefrik
Pada waktu infeksi mencapai kapsula ginjal, dan meluaske dalam jaringan perirenal,
terjadi abses perinefrik.
Penatalaksanaan
◦ Mengkaji riwayat medis, obat-obatan, dan alergi.
◦ Memberikan dorongan semangat pada klien untuk mengikuti prosedur pengobatan. Karena pada
kasus kronis, pengobatan bertambah lama dan memakan banyak biaya yang dapat membuat
pasien berkecil hati.
Pencegahan
◦ Minumlah banyak air (sekitar 2,5 liter) untuk membantu pengosongan kandung kemih serta
kontaminasi urin
◦ Terapi antibiotik
◦ Memperhatikan cara membersihkan setelah buang air besar, terutama pada wanita
◦ Nyeri
◦ Gangguan Miksi
◦ Hematuria
◦ Demam
a) sambungan ureteropelvik
c) c) sambungan ureterovesika
Faktor Resiko
Terapi dan perubahan gaya hidup merupakan intervensi yang dapat mengubah
faktor resiko, namun ada juga faktor resiko yang tidak dapat diubah. Faktor yang tidak
dapat diubah antara lain:
◦ Jenis Kelamin
◦ Usia
◦ Riwayat Keluarga
◦ Cairan
Pemeriksaan Diagnostik
◦ Kimiawi darah dan pemeriksaan urin 24 jam (mengukur kadar kalsium, asam urat,
kreatinin, natrium, pH dan volume total)
◦ Ultrasonografi (USG)
Penatalaksanaan
Treatment Indikasi Keterbatasan Komplikasi
ESWL 1. Radiolucent calculi Kurang efektif untuk pasien dengan 1. Obstruksi ureter oleh
2. Batu renal <2cm obesitas dan batu yang keras karena pecahan batu
3. Batu ureter <1cm 2. Perinephric hematoma
URS Batu renal <2cm 1. Mungkin akan kesulitan dalam Struktur uretera dan luka
membersihkan fragmen
2. Biasanya membutuhkan stent
postoperasi ureteral
Peningkatan konsumsi air setiap hari dapat mengencerkan urin dan membuat konsentrasi pembentuk urolithiasis
berkurang.
◦ Makanan
Konsumsi makanan seperti ikan dan kurangi konsumsi oksalat (seperti daging) untuk menurunkan oksalat dalam
urin dan resiko pembentukan batu oksalat. Mengurangi diet protein hewani dan purin lainnya untuk
menurunkan kadar asam urat dalam urin dan resiko pembentukan batu asam urat.
◦ Aktivitas
Aktivitas fisik sangat dianjurkan untuk mencegah terjadinya urolithiasis. Tingginya aktivitas yang dilakukan
dengan diimbangi asupan cairan yang seimbang maka ada kemungkinan akan memperkecil resiko terjadinya
pembentukan batu (Treadmill atau aerobic)
Komplikasi
Batu mungkin dapat memenuhi seluruh pelvis renalis sehingga dapat menyebabkan
obstruksi total pada ginjal, pasien yang berada pada tahap ini dapat mengalami retensi
urin sehingga pada fase lanjut ini dapat menyebabkan hidronefrosis dan akhirnya jika terus
berlanjut maka dapat menyebabkan gagal ginjal yang akan menunjukkan gejala-gejala
gagal ginjal seperti sesak, hipertensi, dan anemia (Purnomo, 2012). Selain itu stagnansi batu
pada saluran kemih juga dapat menyebabkan infeksi ginjal yang akan berlanjut menjadi
urosepsis dan merupakan kedaruratan urologi, keseimbangan asam basa, bahkan
mempengaruhi beban kerja jantung dalam memompa darah ke seluruh tubuh (Prabowo &
Pranata, 2014).
Diagnosa Keperawatan
◦ Nyeri akut berhubungan dengan trauma jaringan sekunder terhadap batu ginjal
2. Diagnosa Diferential
◦ Uretritis GO
◦ Amicrobic pyuhria
◦ Uretritis karena trichomonas
◦ Prostatitis non spesifik
3. Pemeriksaan Diagnostik
4. Tindakan Pengobatan
◦ Pemberian antibiotika
5. Komplikasi
◦ Mungkin prostatitis
◦ Periuretral abses yang dapat sembuh, kemudian meninbulkan striktura atau urine fistula
Cont...
◦ Uretritis Kronis
disebabkan oleh pengobatan yang tidak sempurna pada masa akut, Prostatitis kronis, dan Striktura uretra
1. Tanda dan Gejala
◦ Mukosa terlihat granuler dan merah
◦ Mikroskopis : infiltrasi dari leukosit, sel plasma, sedikit sel leukosit, fibroblast bertambah
◦ Getah uretra (+), dapat dilihat pada pagi hari sebelum bak pertama
◦ Uretra iritasi, vesikal iritasi, prostatitis, cystitis.
2. Prognosa
Bila tidak diobati dengan baik, infeksi dapat menjalar ke kandung kemih, ureter, ginjal.
3. Tindakan Pengobatan
◦ Chemoterapi dan antibiotika
◦ Cari penyebabnya
◦ Berikanlah banyak minum
4. Komplikasi
Radang dapat menjalar ke prostate.
Cont...
◦ Uretritis Gonokokus
Sama dengan tanda dan gejala pada uretritis akut, karena uretritis ini adalah bagian dari uretritis akut
2. Prognosa
3. Komplikasi
◦ Gonokokus dapat menebus mukosa uretra yang utuh, mengakibatkan terjadi infeksi submukosa yang meluas ke korpus
spongiosum
◦ Infeksi yang menyebabkan kerusakan kelenjar peri uretra akan menyebabkan terjadinya fibrosis yang dalam beberapa
tahun kemudian mengakibatkan striktura uretra.
Cont...
◦ Uretritis Non Gonokokus (Non Spesifik)
Uretritis non gonokokus (sinonim dengan uretritis non spesifik) merupakan penyakit
yang ditularkan melalui hubungan seksual yang paling sering diketemukan. Pada pria,
lender uretra yang mukopurulen dan disuria terjadi dalam beberapa hari sampai
beberapa minggu setelah melakukan hubungan kelamin dengan wanita yang
terinfeksi. Lendir mengandung sel nanah tetapi gonokokus tidak dapat di deteksi
secara mikroskopis atau kultur. (Underwood,1999)
Cont...
◦ Uretritis Abakterial Penyakit Reiter
1. Klinik
2. Etiologi
3. Hasil
Kemungkinan terdapat pemulihan spontan, tetapi sering kali terdapat riwayat yang lama, dengan
banyak eksaserbasi klinik. Pada kasus yang berat terdapat ulserasi dari mukosa bukal, kulit kaki, glans
penis, uretra dan kandung kemih. Iritis dan keraitis dapat menjadi penyulit konjunktivitis.
Anatomi Fisiologi
Etiologi
◦ Penyebab uretritis:
3. Tindakan invasif
5. Trihomonas vaginalis
a. Escherichia coli
b. Entero bakteri
c. Pseudomonas
◦ Adanya rasa gatal yang menggelitik, gejala khas pada uretritis G.O yaitu morning sickness
orofaringitis, konjungtivitis
◦ Penyulit disseminated
◦ Urine analisis/urinalisa
Memperlihatkan bakteriuria, sel darah putih, dan endapan sel darah merah dengan keterlibatan ginjal
◦ Darah lengkap
◦ Sinar-X ginjal
◦ Ceftriaxone 250 mg IM
Keempat antibiotika diatas diberikan dalam dosis tunggal.Infeksi gonorrheae sering diikuti dengan infeksi chlamydia. Oleh
karena itu perluditambahkan antibiotika anti-chlamydial :
◦ Biodata klien
◦ Pemeriksaan fisik (Pola sehat sakit, Pola aktivitas sehari – hari, Riwayat psokologis, Riwayat social ekonomi,
Pemeriksaan wajah, Pemeriksaan abdomen, Pemeriksaan Genetalia, Pemeriksaan persistem)
◦ Analisa data
Data Subyektif :
1. Klien mengeluhkan rasa nyeri di daerah uretra dan sekitarnya
2. Klien mengeluhkan adanya pus dan kemerahan di penis
3. Klien mengeluhkan nyeri saat BAK
4. Klien mengatakan kecemasan terhadap penyakitnya
Data Obyektif :
1. Mukosa merah
2. Tredapat cairan eksudat
3. Terdapat cairan ulserasi uretra
4. Mikroskopis : infiltrasi dari leukosit, sel plasma, sedikit sel leukosit, fibroblas bertambah
Cont...
◦ Diagnosa Keperawatan
Kriteria Hasil:
Klien dapat berkemih / BAK secara lancar
Klien tidak kesulitan saat berkemih
Pola eliminasi membaik, tidak terjadi tanda-tanda gangguan berkemih (seperti: disuria, piuria, &
hematuria)
Intervensi Rasional
Awasi pemasukan dan pengeluaran karakteristik Memberikan dan mengetahui informasi tentang
urine fungsi ginjal dan adanya komplikasi
Dorong peningkatan pemasukan cairan Meningkatkan hidrasi untuk membilas bakteri
Awasi pemeriksaan laboratorium (elektrolit, BUN, Pengawasan terhadap disfungsi ginjal
keratinin)
Cont...
Dx 3: Hipertermi berhubungan dengan proses peradangan pada saluran kemih
Tujuan: Suhu tubuh normal (36,5-37,2 C)
Kriteria Hasil:
Pasien bebas dari demam
Pasien mengatakan tubuh tidak terasa panas
Mukosa uretra tidak memerah / edema
Suhu tubuh dan nadi normal
Ekspresi wajah tenang/tidak menyeringai
Intervensi Rasional
Kaji timbulnya demam Untuk mengidentifikasi pola demam pasien
Observasi tanda-tanda vital (suhu, nadi, tekanan darah, Tanda vital merupakan acuan untuk mengetahui
& pernafasan kaeadaan umum pasien
Anjurkan pasien untuk banyak minum Peningkatan suhu tubuh mengakibatkan penguapan
Berikan kompres hangat tubuh meningkat sehingga perlu diimbangi dengan
asupan cairan yang banyak
Dengan vasodilatasi dapat meningkatkan penguapan
yang dapat mempercepat penurunan suhu tubuh
Cont...
Dx 4: Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan terhadap penyakit
Tujuan: pasien dapat merasa nyaman dan tidak takut
Kriteria Hasil:
Klien merasa nyaman
Klien megetahui tentang penyakitnya
Intervensi Rasional
Kaji ulang proses penyakit dan harapan Memberikan pengetahuan dasar dimana
masa datang pasien dapat membuat pilihan
Mendengar dengan aktif tentang berdasarkan informasi
program terapi/perubahan pola hidup Membantu pasian bekerja melalui
perasaan dan meningkatkan rasa kontrol
terhadap apa yang terjadi
Cont...
Dx 5 : Resiko infeksi berhubungan dengan penyebaran patogen secara sistemik
Tujuan : Tidak ada tanda – tanda infeksi
Kriteria Hasil:
Urine berwarna orange jernih / normal
Urine tidak mengandung / bercampur darah dan nanah
Intervensi Rasional
Tingkatkan kebersihan yang baik pada pasien, keluarga Menurunkan resiko kontaminasi silang
dan tenaga kesehatan. Demam dengan peningkatan nadi dan pernafasan &
Awasi / pantau tanda-tanda vital tanda vital merupakan acuan untuk mengetahui
Dorong peningkatan pemasukan cairan kaeadaan umum pasien
Berikan perawatan parineal Meningkatkan hidrasi untuk membilas bakteri
Lakukan tindakan untuk memelihara asam urine Dapat mencegah kontaminasi uretra
(Tingkatkan masukan sari buah berri dan berikan obat- Asam urine menghalangi, membunuh / mengurangi
obat untuk meningkatkan asam urine) tumbuhnya kuman, peningkatan masukan sari buah
Berikan antibiotik sesuai kebutuhan & evaluasi dapat berpegaruh dalam pengobatan infeksi.
keberhasilannya Dapat mencegah/mengurangi kolonisasi periuretra agar
tidak terjadi kekambuhan infeksi
Daftar Pustaka
◦ Barbara K, Timby dan Nancy E. Smith. 2007. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8. Alih Bahasa K Kuncara dkk. Jakarta :
EGC.
◦ Brunner & Suddarth. 2014. Keperawatan Medikal Bedah Edisi 12. Jakarta : EGC.
◦ Wilkinson, Judith M. 2012. Buku Saku Diagnosa Keprawatan. Edisi 9. Jakarta : EGC
◦ Mehmed,M.M., & Ender O., (2015). Effect of urinary stone disease and it’s treatment on renal function. World J Nephrol.
◦ Prabowo, E., & Pranata, A.E. (2014). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Sistem Perkemihan Pendekatan NANDA, NIC dan NOC.
Yogyakarta: Nuha Medika.
◦ Brunner & Suddart. (2015). Keperawatan Medikal-Bedah Edisi 12. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Cont...
◦ Brooker, C. (2009). Ensiklopedian Keperawatan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
◦ Boyce, C.J., Pickhardt, P.J., Lawrence, E.M., Kim, DN., & Bruce, R.J. (2010). Prevalence of urolithiasis in asymptomatic
adult: objective determination using low dose noncontrast computerized tomography. J. Urol.183(3): 1017-21.
doi.10.1016/J.Juro.2009.11.047
◦ Corwin, E.J. (2009). Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
◦ O’Callaghan, C. (2009). At a Glance Sistem Ginjal Edisi Kedua. Erlangga Medical series. Jakarta.
◦ Obligado, S.H., & Goldfarb, D.S.(2008). The association of nephrolithiasis with Hypertension and obesity: a review. Am
J Hypertens.
◦ Fwu, C.W., Eggers, P.W., Kimmel, P.L., Kusek, J.W., & Kirkali, Z. (2013). Emergency department visits, use of imaging,
and drugs for urolithiasis have incerased in the United States.
◦ Vijaya, T., Kumar, M.S., Ramarao, N.V., Babu, A.N., & Ramarao N. (2013). Urolithiasis and Its Causes-Short Review. The
Journal of Phytopharmacology.
◦ Wumaner, A., Keremu, A., Wumaier, D., & Wang, Q. (2014). Variation in urinary stone composition between adult
Uyghur and Han patients with urolithiasis in Xinjiang, China. Urology.
◦ Lotan, Y., Jimenez, I.B., Wijnkoop, I.L., Daudon, M.,Molinier, L., Tack, I., & Nuijten, M.J.C. (2013). Increased Water
Intake as a Prevention Strategy of Recurrent Urolithiasis: Major Impact of Compliance on Cost-Effectiveness.
Jurology. Volume 189, Issue 3, Pages 935-939
◦ Maalouf, M., Rho. J.M., & Mattson, M.P. (2010). The neuroprotective properties of calories restriction, the katogenic
diet, and ketone bodies. Brain Res. 59. 293-315
Cont...
◦ Ganong, W. F. 2009. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 22. Jakarta: EGC.
◦ Guyton, A.C., dan Hall, J.E. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 11. Jakarta: EGC
◦ Nursalam & B.B,Fransisca. 2009. Askep pada Pasien dengan Gangguan Sistem Perkemihan.
Jakarta : Salemba Medika.