Anda di halaman 1dari 20

TUTORIAL KLINIK

NEURITIS OPTIC

Disusun oleh:
Annisa 1510029048
Desi Megasari 15100290

Pembimbing:
dr. Nur Khoma Fatmawati, M.Kes Sp.M

Laboratorium / SMF Ilmu Mata


Fakultas Kedokteran Universitas Mulawarman
RSUD A.W. Sjahranie Samarinda
2017
NEURITIS OPTIC

Annisa 1510029048
Desi Megasari 15100290
PENDAHULUAN
 Latar Belakang
Neuritis optik adalah peradangan atau
demielinisasisaraf optikus akibat berbagai macam
penyakit. Neuritis optik diklasifikasikan menjadi dua
yaitu papilitis dan neuritis retrobulbar.
Dalam populasi per tahun diperkirakan 5 per
100.000 sedangkan prevalensinya 115 per
100.000.
Mengeluhkan penurunan tajam penglihatan yang
mendadak dan disertai dengan nyeri pada mata.
TINJAUAN PUSTAKA

Anatomi
dan
Fisiologi
TINJAUAN PUSTAKA

 Neuritis optik adalah peradangan atau


Definisi dan Klasifikasi

demielinisasi saraf optikus akibat


berbagai macam penyakit.
 Klasifikasikan ke dalam bentuk :
 intraokular,yang mengenai bagian saraf
bola mata (papillitis).
 retrobulbar, yang mengenai bagian saraf
di belakang bola mata.
TINJAUAN PUSTAKA

 Kejadian neuritis optikus berkisar 4-


5 per 100.000 populasi.
 Insidensi tertinggi tinggal di dataran
Epidemiologi

tinggi, seperti Amerika Utara dan


Eropa bagian barat, dan terendah
pada daerah ekuator.
 Dewasa muda 20-45 tahun, neuritis
biasanya bersifat unilateral dan lebih
banyak pada wanita (3:1). Sedangkan
anak-anak lebih jarang terjadi.
TINJAUAN PUSTAKA

 Demielinatif
 Diperantarai imun
 Infeksi langsung1
Etiologi

 Neuropati optik granulomatosa


 Penyakit peradangan sekitar
 Intoksikasi racun eksogen
 penyakit metabolic
TINJAUAN PUSTAKA
Patogenesis
TINJAUAN PUSTAKA

 Hilangnya penglihatan tiba-tiba selama


beberapa jam sampai beberapa hari
Gejala dan Tanda

 Nyeri pada mata


 Defek pupil aferen (afferent pupillary
defect)
Defek lapang pandang
(AKUT)

 Buta warna pada mata yang terkena,


terjadi pada 88% pasien.
TINJAUAN PUSTAKA

 Kehilangan penglihatan secara


persisten.
Gejala dan Tanda

 Defek pupil aferen (afferent pupillary


defect) tetap.
 Desaturasi warna, terutama warna
merah
(KRONIK)

 Fenomena Uhthoff
 Diskus optik terlihat mengecil dan pucat,
terutama didaerah temporal.
TINJAUAN PUSTAKA

 Penglihatan yang kabur (visus turun)


mendadak
 Persepsi warna yang terganggu
(anamnesis)
Diagnosis

 Kekaburan penglihatan ketika


beraktivitas dan meningkatnya suhu
dan berkurang jika beristirahat.
 Rasa sakit pada mata yang
mengganggu dan lebih sering
TINJAUAN PUSTAKA

 Pemeriksaan visus.
(pemeriksaan fisik)

 Pemeriksaan lapang pandang


 Refleks pupil.
Diagnosis

 Penglihatan warna berkurang.


 Adaptasi gelap mungkin menurun.
TINJAUAN PUSTAKA

Funduskopi
(pemeriksaan penunjang)

 MRI (magnetic resonance imaging)


 Slit lamp
Diagnosis

 Pungsi lumbal dan pemeriksaan darah


TINJAUAN PUSTAKA

 Nonarteritic anterior ischemic optic


neuropathy
Diagnosis Banding

 Parainfectious optic neuritis


 Ablasio Retina
 Oklusi Arteri Vena Sentralis
 Papil Edema
TINJAUAN PUSTAKA

 Terapi prednison oral (1 mg/ kg BB/ hari)


(Terapi jangka pendek)
selama 14 hari dengan 4 hari tappering
off ( 20 mg hari l, 10 mg hari ke 2 dan 4)
Penatalaksanaan

(kelompok terapi oral). Parainfectious optic


neuritis
 Terapi dengan metilprednisolon sodium
suksinat IV 250 mg tiap 6 jam selama 3
hari, diikuti dengan prednison oral (1
mg/kg BB/ hari) selama 11 hari dengan 4
hari tappering off (kelompok terapi
dengan metilprednisolon IV).
TINJAUAN PUSTAKA

 Metilprednisolon IV (1 g per hari, dosis


(Terapi jangka panjang)

tunggal atau dosis terbagi selama 3 hari)


Penatalaksanaan

diikuti dengan prednison oral (1 mg/ kg


BB/ hari selama 11 hari kemudian 4 hari
tappering off).
 Interferon β-1a intramuskular satu kali
seminggu (juga mendapatkan terapi
dengan metilprednisolon IV selama 3 hari
diikuti dengan prednison oral selama 11
hari sesuai dengan protokol ONTT)
TINJAUAN PUSTAKA

 Kehilangan penglihatan secara


permanen.
Komplikasi
TINJAUAN PUSTAKA

 Penyembuhan berjalan secara bertahap yaitu


fungsi visual mulai membaik 1 minggu sampai
3 minggu setelah onset penyakit walau tanpa
pengobatan.
Kelainan tajam penglihatan (15-30%),
Prognosis


sensitivitas kontras (63-100%), penglihatan
warna (33-100%), lapang pandang (62-
100%), stereopsis (89%), terang gelap (89–
100%), reaksi pupil aferen (55–92%), diskus
optikus (60–80%), dan visual-evoked
potential (63–100%).
 Rekurensi dapat terjadi pada mata yang lain,
kira-kira 30% dalam 5 tahun.
Kesimpulan
 Neuritis optikus merupakan keadaan inflamasi
saraf optik , demielinisasi yang menyebabkan
kehilangan penglihatan secara akut dan biasanya
melibatkan satu mata (monokular).
 Pengobatan neuritis optikus dapat dilakukan
dengan pemberian kombinasi steroid oral,
intravena, serta interferon -1 intramuscular
disesuaikan dengan tingkat keparahan penyakit.
 Proses penyembuhan dan pemulihan ketajaman
penglihatan terjadi pada 92% pasien
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai