Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN KASUS

BRONCHIECTASIS
Kelompok 2
Mohamad radhi bin mohd ariffin
Nurhidayah binti aziz
Natijah syuhada binti zubir
Liyana binti mohd arif
Adib luqman bin azmi
Muhammad ammar bin hashim
Siswati binti asis
Pembimbing:
dr. hasan nyambe
Identitas Pasien
• Nama: Tn. R
• Tanggal lahir: 1 Juli 1945 (71thn)
• RM: 784950
• Agama: islam
• Alamat : Merauke
• Ruangan: IC Lt 2 (6)
ANAMNESIS
Keluhan utama: Sesak napas

 Sesak dialami sejak 1 bulan yang lalu secara terus menerus dan
memberat 2 minggu sebelum masuk rumah sakit. Sesak disertai
batuk produktif dengan dahak bewarna putih dan sempat berwarna
kehijauan beberapa minggu yang lalu. Riwayat batuk lama pada
tahun 2011 dan mendapat pengobatan 6 bulan yang tuntas. Pasien
pernah dirawat di rs grestelina dengan keluhan yang sama 3 hari
yang lalu tetapi tidak membaik.
 Pasien turut mengeluhkan demam sewaktu pertama kali tiba di
rumah sakit. Mual muntah tidak ada. Buang air kecil dan buang air
besar normal kesan lancar.
 Riwayat pengobatan sebelum masuk rumah sakit ventolin dibeli
sendiri di apotik. Riwayat keluhan yang sama pada anggota keluarga
disangkal. Riwayat merokok sebungkus sehari sejak 20 tahun yang
lalu dan berhenti 5 tahun terakhir.
Pemeriksaan Fisis
Keadaan umum: : Sakit sedang
Status Gizi : Normal
Kesadaran : Compos mentis
BB : 50 kg
TB : 155 cm
BMI : 20.83

TANDA VITAL
Tekanan Darah : 120/80 mmHg
Nadi : 90x/min, regular
Respiration Rate : 28x/min
Suhu. : 36.6⁰C
VAS : 4/10
THORAX
I : Simetris kiri dn kanan, tampak ics melebar
P : ICS melebar
P : Sonor pada kedua lapangan paru
A : Bunyi napas vesikuler. Ronchi +/+, Wheezing +/+

Jantung
I : Simetris kiri dan kanan
P : Tidak teraba massa
P : Sonor pada kedua lapangan paru
A : S1/S2 murni, reguler. Tidak ada gallop atau murmur
ABDOMEN
I : Cembung ikut pernapsan
A : Peristaltic (+) kesan normal
P : Hepar dan lien tidak teraba
P : Tympani (+)
LABORATORIUM
• Hb : 12.9
• WBC : 17 200
• RBC : 15.8 x 10^6
• Neutrofil : 65%
• PLT : 336 000
• Ur/Kr : 52 /1.1
• SGOT/SGPT : 1112/902
• Na/K/Cl : 141/4.9/104
• GDS. : 140
RADIOLOGI
• Corakan bronkovaskular prominent
• Tampak pemadatan hilus
• Tampak bayangan lusen pada kedua
Lapangan paru inferior dengan
honeycomb appearence
• Cor dan aorta normal
• Kedua sinus dan diafragma baik
• Tulang tulang intak
• Jaringan lunak sekitar baik

• Kesan:
• Bronchiectasis
• Limfadenopati hilar
Daftar Masalah
1. Sesak napas Therapy
• Pernapasan 28x/min • Oksigen 2 – 3 liter/min via nasal
2. Batuk berlendir canul
• Ceftazidime 1g/8jam/iv
• Batuk produktif dahak warna putih. • Combivent 8 jam/inhalasi
3. Leukositosis • Fluimucyl 300mg/8jam/inhalasi
• WBC: 17 720 u/l • Curcuma 2 tabs/8jam/oral
4. Peningkatan enzim transaminase
• Sgot/Sgpt: 1112/902
Planning
Assesment: • Pemeriksaan sputum BTA
• Kultur sputum MTB
• Bronchiectasis • AGD
• Penyakit Paru Obstruktif Kronik • Pemeriksaan kadar enzim
• Susp Tuberculosis Paru . transaminase
• Peningkatan enzim transaminase
TINJAUAN PUSTAKA
Definisi
• Suatu penyakit yang ditandai dengan adanya dilatasi (ektasis) dan
distorsi bronkus local yang bersifat patologis dan berjalan kronik,
persisten atau irreversible.
Epidemiologi
• Di negeri-negeri barat, kekerapan bronkiektasis diperkirakan
sebanyak 1,3% di anatara populasi.
• Di Indonesia belum ada laporan tentang angka-angka yang pasti
tentang peyakit ini.
• Kenyataannya penyakit ini cukup sering ditemukan di klinik-klinik
dan diderita oleh laki-laki maupun perempuan. Penyakit ini dapat
diderita mulai sejak anak, bahkan dapat merupakan kelainan
congenital.
Etiologi
• Infeksi Primer
• Obstruksi Bronkial
• Aspirasi
• Fibrosis Kistik
• Defek anatomi kongenital
• Defisiensi Alpha1-antitripsin
• Paparan Gas Beracun
Patomekanisme
Manifestasi klinis
Pada anamnesis perlu dicari beberapa hal, antara lain:
• Pada umumnya batuk berdahak, beberapa batuk kering lama.
Sputum mukoid,mukpurulen (71%-97%), kental atau campuran
ketiganya yang dikenal dengan sputum 3 lapis.
• Hemoptysis (50%-70% kasus);
• Lemas, penurunana berat badan, myalgia;
• Dipsneu, mengi;
• Demam, nyeri dada pleuritik;
• Kor pulmonal;
• Tidak ada atau riwayat merokok;
• Riwayat keluhan kronik;
• Dari pemeriksaan fisis, dapat ditemukan takipneu, ronkhi basah
(hingga 70% kasus), mengi dan jari tabuh. Jika disertai penyakit
sistemik kronik, kor pulmonal, atau gagal ventrikel kanan.
• Halitosis dan bunyi napas abnormal, termasuk crackles, ronki, dan
wheezing adalah tanda tipikal pada kasus bronkiektasis. Finger
clubbing juga bisa dijumpai. Pada beberapa kasus, hipoxia dan tanda
dari hipertensi pulmonari (sesak, pusing) bisa terjadi.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
• Laboratorium
• -darah rutin
• Radiologi
- Honey comb appearance
• Pemeriksaan urin
-protenuria
• Analisa gas darah
• -penurunan PaO2
Penatalaksanaan
Terapi antibiotik merupakan tata laksana utama pada bronkiektasis.
• Eksaserbasi akut
Indikasi terapi antibiotik pada eksaserbasi akut, antara lain;
1. terjadi perburukan keadaan umum mendadak,
2. biasanya dalam beberapa hari,
3. berupa bertambahnya keluhan batuk, volume sputum atau
4. terdapat keluhan sesak atau hemoptisis.
Terapi antibiotik bersifat empiris dan diberikan selama 10-14 hari. Regimen
antibiotik dapat diubah setelah terdapat hasil pemeriksaan bekteriologis.

• Jangka panjang
Indikasi terapi antibiotic jangka panjang, antara lain;
1. jika keluhan sangat berat dan sering (eksaserbasi akut >3 kali /
tahun).
Regimen antibiotik ditentukan berdasarkan hasil pemeriksaan mikrobiologis
ketika tidak dalam eksaserbasi akut.
Tatalaksana lainnya

Bronko-dilator : memperbaiki penyumbatan dan meningkatkan klirens.


Mukolitik : mengurangi sekret dan memperbaikiklirens.
Rehabilitasi medik : posisi tidur dan cara mengeluarkan dahak.
Terapi bedah :
hingga saat ini bukan pilihan utama, terutama jika terapi antibiotik dan
suportif masih efektif. Namun, jika keluhan meningkatkan morbiditas,
reseksi pada regio paru yang terkena dapat menjadi pilihan jika lesi
bersifat lokal atau embolisasi jika lesi luas. Komplikasi yang bisa terjadi
dari intervensi bedah termasuk empyema, pendarahan, prolonged air
leak, dan etelektasis peristen.
• Terapi suportif terdiri dari :
• Berhenti merokok
• Jauhi dari asap rokok
• Intake nutrisi yang cukup dengan suplimen gizi jika memerlukan
• Pengambilan imunisasi influenza dan pneumococcal pneumonia
• Konfirmasi imunisasi measles, rubeola, dan pertussis
• Terapi oxigen disediakan untuk pasien yang hipoxemik dengan
disertai penyakit berat dan komplikasi end-stage, seperti kor
pulmonale.
Prognosis
• Prognosisnya tergantung dari berat ringannya serta luasnya
penyakit waktu pasien berobat pertama kali. Pemilihan
pengobatan secara tepat (konservati ataupun pembedahan)
dapat memperbaiki prognosis penyakit
• Pada kasus-kasus yang berat dan tidak diobati, prognosisnya
jelek, survivalnya tidak akan lebih dari 5-15 tahun. Kematian
karena penyakit tersebut biasanya karena pneumonia, payah
jantung kanan, empiema, hemoptisis dan lain-lain. Pada kasus-
kasus tanpa komplikasi bronchitis kronik berat dan difus
biasnya disabilitasnya yang ringan

Anda mungkin juga menyukai