Anda di halaman 1dari 23

Andi Kurnia Bintang

BELL’S PALSY
Pendahuluan

 Definisi
Bell’ Palsy adalah kelumpuhan nervus fasialis
tipe perifer, terjadi secara akut dan
penyebabnya tidak diketahui (idiopatik)
 Para ahli menyebutkan
terjadi proses inflamasi akut n.fasialis di
daerah tulang temporal, di sekitar foramen
stilomastoideus
 Umumnya unilateral, namun dapat bilateral
dengan selang kurang lebih satu minggu
 Dapat berulang (jarang)
 Penyebab lain kelumpuhan nervus fasialis perifer
(meskipun jarang)
 Diabetes melitus
 Hipertensi
 HIV
 Lyme Disease
 Ramsay Hunt Syndrome (kelumpuhan n.fasialis
disertai zoster oticus oleh varicella zoster virus)
 Sarcoidosis
 Syogren’s Syndrome
 Parotid nerve –tumors
 Eklamsia
 amiloidosis
 Akibat anestesi lokal pada pencabutan gigi
 infeksi telinga bagian tengah
 sindrom Guillain Barre
 Meningitis
 Trauma kranioserebral
 Lesi di inti (nukleus) n.fasialis di pons (batang
otak) oleh perdarahan atau infarak (stroke)
kondisi ini biasanya disertai gangguan
neurologis lainnya
 Nama lain prosoplegia
 Bila kelumpuhan n.fasialis jelas maka disebut
“paralisis n.fasialis perifer bukan Bell’s Palsy
 Insidens
 Bell’s Palsy: 20-30 kasus per100.000
penduduk/tahun, 60-70% unilateral
 Mengenai kedua jenis kelamin, sama
 Biasanya usia pertengahan sekitar 40 tahun,
namun dapat terjadi pada semua usia
 Insiden terendah pada anak usia < 10 tahun,
meningkat dari usia 10 sd 29 th dan stabil pada
usia sekitar 30 sd 69 th
Gejala dan Tanda Klinik

 Pada awalnya, penderita merasakan ada


kelainan di mulut paada saat
 bangun tidur
 menggosok gigi atau berkumur
 Minum
 Berbicara

 Selanjutnya gejala dan tanda klini lainnya


tergantung tinggi lokasi lesinya
1. Lesi di luar foramen stilomastoideus

 Mulut tertarik ke arah sisi mulut yang sehat,


makanan terkumpul diantara pipi dan gusi
 Lipatan kulit dahi menghilang
 Apabila mata yang terkena tidak tertutup atau
tidak dilindungi maka air mata akan keluar terus
menerus.
 Mulut tampak mencong terlebih pada saat
meringis
 Penderita tak dapat bersiul atau meniup
 apabila berkumur atau minum maka air keluar
melalui sisi mulut yang lumpuh.
 kelopak mata tidak dapat dipejamkan
(lagoftalmos)
 waktu penderita disuruh menutup kelopak
matanya maka tampak bola mata terputar ke
atas (tanda Bell).
2. Lesi di kanalis fasialis (melibatkan korda
timpani)

 Gejala dan tanda klinik seperti pada (1)


 ditambah dengan hilangnya rasa pengecapan
lidah (dua pertiga bagian depan)
Hilangnya daya pengecapan pada lidah
menunjukkan terlibatnya nervus intermedius,
sekaligus menunjukkan lesi di daerah antara
pons dan titik dimana korda timpani bergabung
dengan nervus fasialis di kanalis fasialis.
 salivasi di sisi yang terkena berkurang.
3. Lesi di kanalis fasialis lebih tinggi lagi
(melibatkan muskulus stapedius)

 Gejala dan tanda klinik seperti pada (1) dan (2)


 ditambah dengan adanya hiperakusis.
4. Lesi di tempat yang lebih tinggi lagi (melibatkan
ganglion genikulatum)

 Gejala dan tanda klinik seperti pada (1), (2), dan (3)
disertai dengan nyeri di belakang dan di dalam liang
telinga
 Kasus seperti ini dapat terjadi pascaherpes di
membrana timpani dan konka
 Sindrom Ramsay Hunt
 adalah paralis perifer yang berhubungan degan herpes
zoster di ganglion genikulatum
 Lesi herpetik terlihat di membrana timpani, kanalis
auditorius eksterna
5. Lesi di meatus akustikus internus

Gejala dan tanda klinik seperti diatas ditambah


dengan tuli sebagai akibat dari terlibatnya
nervus akustikus
6. Lesi di tempat keluarnya nervus fasialis dari
pons

Gejala dan tanda klinik sama dengan di atas,


disertai gejala dan tanda terlibatnya nervus
trigeminus, nervus akustikus, dan kadang-
kadang juga nervus abdusens, nervus
aksesorius, dan nervus hipoglosus.
 Sindrom air mata buaya (crocodile tears
syndrome)

 merupakan gejala sisa paralisis Bell, beberapa bulan


pasca awitan, dengan manifestasi klinik:
 air mata bercucuran dari mata yang terkena pada saat
penderita makan
 Nervus fasialis menginervasi glandula lakrimalis dan
glandula salivarius submandibularis
 Diperkirakan terjadi regenerasi saraf salivatorius tetapi
dalam perkembangannya terjadi “salah jurusan” menuju
ke glandula lakrimalis.
diagnosis

 Klinis
 EMG
terapi

 71% sembuh sempurna tanpa diterapi


 84% fungsi normal
 20-30% yang tidak sembuh, menjadi fokus,
perlu terapi
terapi

 Operasi; dekompresi
 Kortikosteroid
 Antivirus; valcyclovir, acyclovir
 Prednison
 Diberikan pada onset < 10 hari prednison oral 1
mg/kgBB/hari selama 7 hari
 Hati-hati pada penderita diabetes, ulkus peptik,
gangguan fungsi hati dan ginjal, dan hipertensi berat

 Valacyclovir
 1g/hr, 2 kali sehari, selam 1 minggu
 Acyclovir (tersedia 200 mg dan 400 mg)
 800 mg, 5 kali sehari
 Operasi
 Jarang diindikasikan operasi
 Paralisis fasialis komplit menetap setelah satu
minggu pengobatan
 Rakaman ENOG: 90%atau lebih saraf mengalami
degenerasi
 Degenerasi saraf ireversibel setelah 2-3 minggu
 Dekompresi tidak boleh dilakukan setelah 2-3 minggu
onset
prognosis

 Prognosis buruk
 Penderita tua
 Hipertensi
 Gangguan pengecapan
 Nyeri selain di telinga
 Kelumpuhan wajah komplit (kekuatan nol)
 80-85% sembuh sempurna dalam waktu 3
bulan
 Prognosis baik bila kelumpuhan ringan-
sedang saat awitan
 Denervasi otot-otot wajah (rekaman EMG)
sesudah 2-3 minggu  tanda degenerasi
akson, penyembuhan lebih lama dan tidak
sempurna
 Pulihnya daya pengecapan dalam 14 hari
biasanya berkaitan dengan pulihna paralisis
secara sempurna. Bila lebih 14 hari prognosis
jelek

Anda mungkin juga menyukai