Anda di halaman 1dari 7

Latar Belakang

 Asma adalah penyakit gangguan inflamasi kronis saluran


pernapasan yang ditandai adanya episode wheezing, kesulitan
bernafas, dada yang sesak,dan batuk. Inflamasi ini terjadi
akibat peningkatan responsive saluran pernapasan terhadap
berbagai stimulus (Lemon-Burke, 2000).
 Berdasar catatan WHO, ada sekitar 100–150 juta pasien
asma di dunia. Angka tersebut terus melonjak sebanyak
180.000 setiap tahunnya. Sedangkan di Indonesia Departemen
Kesehatan menyatakan asma sebagai penyebab kematian
nomor tujuh. Gangguan saluran pernapasan yang cukup serius
ini apabila tidak ditangani dengan baik dapat menghambat
aktivitas pasien asma hingga 30% (Supriyantoro, 2004).
RESUME JURNAL
Judul PENINGKATAN KEKUATAN OTOT PERNAPASAN DAN FUNGSI
PARU MELALUI SENAM ASMA PADA PASIEN ASMA

Penulis Camalia S. Sahat , Dewi Irawaty, Sutanto Priyo Hastono

Metode Penelitian Metode penelitian menggunakan kuasi eksperimen dengan desain control group pretest-post test

Pengambilan sampel digunakan total sampel dengan purposive sampling


Pada saat pengambilan data petama (pre test) didapatkan responden sebanyak
25 orang pada kelompok intervensi dan 25 orangpada kelompok kontrol.
HASIL Rata-rata nilai kekuatan otot pernapasan setelah senam asma pada kelompok intervensi adalah
sebesar 956 ml (SD= 223,76) dan kelompok kontrol sebesar 648 ml (SD= 104,56). Hasil uji
statistik menunjukkan bahwa terdapat perbedaan rata-rata kekuatan otot pernapasan setelah senam
asma antara kelompok intervensi dengan kelompok kontrol (p= 0,0005; α= 0,05).

Rata-rata nilai fungsi paru setelah senam asma pada kelompok intervensi adalah sebesar 80,22%
(SD=6,47) dan kelompok kontrol sebesar 68,84% (SD=5,566). Hasil uji statistik menyimpulkan
bahwa terdapat perbedaan rata-rata fungsi paru setelah senam asma antara kelompok intervensi
dengankelompok kontrol (p= 0,0005; α= 0,05).
 Pasien dengan asma akan mengalami kelemahan pada
otot-otot pernapasan. Hal ini disebabkan oleh sering
terjadi dypsnoe dan adanya pembatasan aktivitas. Melatih
otot-otot pernapasan dapat meningkatkan fungsi otot
respirasi, mengurangi beratnya gangguan pernapasan,
meningkatkan toleransi terhadap aktivitas, dan
menurunkan gejala dypsnea (Weiner, et al., 2003).

 Senam asma yang dilakukan oleh pasien asma baik derajat


ringan maupun sedang selama delapan minggu berturut-
turut, dimana seminggu melakukan senam tiga kali, secara
statistik dapat meningkatkan kekuatan otot pernapasan
sekitar 280 ml (41,4%). Namun, secara klinis peningkatan
belum mencapai nilai normal dari jumlah volume inspirasi
maksimal sebagai gambaran dari kekuatan otot
pernapasan, yang nilai normalnya yaitu 1200 ml.
PEMBAHASAN ANALISIS JURNAL

Judul jurnal Hasil Pembahasaan


Senam asma Hasil penelitian pada kelompok Gerakan-gerakan dalam senam asma
mempengaruhi nilai arus perlakuanmenunjukkan setelah berguna untuk melatih cara bernafas
diberikan senam asma nilai APE yang benar, melenturkan dan
puncak ekspirasi anak responden seluruhnya menunjukkan memperkuat otot pernafasan, melatih
dengan asma bronchiale fungsi paru baik, hal ini disebabkan
karena melakukan senam asma dapat
ekspektorasi (pengeluaran lendir) yang
melatih otot pernapasan dapat efektif, meningkatkan sirkulasi (aliran
meningkatkan fungsi otot respirasi, darah) dan mempertahankan agar Asma
mengurangi beratnya gangguan tetap terkontrol (Widianti &
pernapasan, meningkatkan toleransi Proverawati, 2010).
terhadap aktivitas dan menurunkan
gejala dypsnoe
hubungan antara sebelum Adapun hasil dari penelitian tersebut Senam asma juga berguna untuk
adalah ada hubungan yang bermakna
dan setelah mengikuti antara keteraturan mengikuti senam
mempertahankan dan atau
senam asma dengan asma dengan frekuensi kekambuhan memulihkan kesehatan. Senam
frekuensi kekambuhan penyakit asma (p=0,037), dengan asma yang dilakukan secara
penyakit asma tingkat hubungan rendah(C=0,376). teratur akan menaikkan volume
Latihan (exercise) mempunyai
hubungan timbal balik dengan oksigen maksimal, selain itu dapat
respirasi. Bila seseorang melakukan memperkuat otot-otot pernafasan
senam asma yang teratur sehingga sehingga daya kerja otot jantung dan
menjadi seseorang yang terlatih, maka
akan terjadi peningkatan efisiensi
otot lainnya jadi lebih baik.
system pernafasan
hubungan Sebelum mengikuti senam asma Upaya pengobatan asma telah
rutinitas senam kebanyakan responden frekuensi dilaksanakan secara farmakologi dengan
asma terhadap kambuhnya lebih dari empat kali obat yang bersifat pengontrol maupun
pelega. Namun keberhasilan pengobatan
faal paru pada per bulan, sedang setelah
asma tidak hanya ditentukan oleh obat-
penderita asma mengikuti senam asma obatan yang dikonsumsi tapi juga harus
kebanyakan responden ditunjang dari faktor fisik berupa
mengalami kekambuhan satu olahraga serta edukasi pencegahan dalam
sampai dua kali per bulan serangan. Bentuk upaya tersebut adalah
Berdasarkan penghitungan dengan senam asma atau olahraga fisik
statistic chi-square diperoleh lain seperti jalan santai, lari, dan berenang.
p-value sebesar 0,001 (p<0,05) Bagi pasien asma olahraga diperlukan
untuk memperkuat otot-otot pernafasan
berarti secara statistik ada
hubungan bermakna sebelum
dan setelah mengikuti senam
asma dengan frekuensi
kekambuhan penyakit asma,
sedang uji keeratan
hubungan(coefficient
contingency) sebesar 0,648
artinya ada hubungan kuat
antara senam asma dengan
frekuensi kekambuhan penyakit
asma

Anda mungkin juga menyukai