Anda di halaman 1dari 19

FRAUD PREVENTION

PENCEGAHAN TINDAK PENIPUAN


Pengertian Fraud

 Fraud dapat diartikan kecurangan atau tindakan


melawan hukum
 Mengapa manusia melakukan fraud? Jawaban
sederhana karena butuh, karena sarakah, dan karena
ada peluang
 Sosiolog Edwin H Sutherland memperkenalkan istilah
white collar crime, “kejahatan kerah putih”
 Di Indonesia, kejahatan (tindak pidana) korupsi juga
dilakukan kelompok elite.
lanjutan

 Tuanakotta (2010); Fraud dikaitkan dengan “tindak pidana penipuan/


perbuatan curang”, namun kemungkinan terkait langsung maupun tidak
langsung dengan 10 tindak pidana:
 Pembakaran dengan sengaja
 Pengrusakan/penghancuran barang
 Pencurian dengan pemberatan
 Pencurian ringan
 Pencurian dengan kekerasan
 Pencurian dalam keluarga
 Penipuan/perbuatan curang
 Penadahan
 Pencurian kendaraan bermotor
 Pencurian lainnya.
lanjutan

 Contoh: “pembakaran dengan sengaja” dan pengrusakan/penghancuran


barang” dilakukan untuk keperluan klaim asuransi.
 “Pencurian” sangat luas maknanya, dan bisa berarti misappropriation of
asset.
 Pencurian dalam keluarga yang rentatan dari fraud di perusahaan
keluarga.
 Penadahan sering terjadi dalam fraud, persediaan barang dagangan,
semua jenis persediaan manufaktur, dan persediaan suku cadang untuk
mesin dan alat berat lainnya.
Pengertian Fraud menurut KUHP
 Pencurian ; Mengambil barang sesuatu, yang seluruhnya atau sebagian
kepunyaan orang lain, dengan maksud untuk dimiliki secara melawan
hukum.
 Pemerasan dan Pengancaman; dengan maksud untuk menguntungkan diri
sendiri atau orang lain secara melawan hukum, memaksa seseorang
dengan kekerasan atau ancaman kekerasan untuk memberikan barang
sesuatu, yang seluruhnya atau sebagian adalah kepunyaan orang itu atau
orang lain, atau supaya membuat utang maupun menghapuskan piutang.
 Pengelapan; dengan sengaja dan melawan hukum memiliki barang
sesuatu yang seluruhnya atau sebagian adalah kepunyaan orang lain,
tetapi yang ada dalam kekuasaannya bukan karena kejahatan.
 Perbuatan Curang; dengan maksud untuk menguntungkan diri sendiri atau
orang lain secara melawan hukum, dengan memakai nama palsu atau
martabat palsu, dengan tipu muslihat, atau kebohongan, menggerakkan
orang lain untuk menyerahkan barang sesuatu kepadanya.
FRAUD TREE

 Fraud Tree menggambarkan cabang-cabang, ranting dan anak


rantingnya dari fraud dalam hubungan kerja.
 Occupational Fraud Tree terdiri atas: Corruption, Asset
Misappropriation, dan Fraudulent Statements.
 Corruption ; conflict of interests, bribery (penyuapan), illegal
gratuities (gratifikasi), dan economic extortion (pemerasan).
 Asset Misappropriation; pengambilan asset secara illegal ;
pencurian dan pengelapan
 Fraudulent Statements; kecurangan dalam pelaporan keuangan
dan non keuangan
KORUPSI

 Korupsi didefinisikan sebagai penyalahgunaan


jabatan di sektor pemerintahan untuk kepentingan
pribadi; mis. Penjualan kekayaan negara secara tidak
sah oleh pejabat, penyuapan dan “pencurian” dana
pemerintah.
 Conflicts of interess, benturan kepentingan; mis.
Bisnis pejabat (plat merah), penguasa dan keluarga
serta kroninya menjadi rekanan pemerintah atau
dunia bisnis lainnya.
Lanjutan >>>>>
Ciri-ciri atau indikasinya, mereka menjadi pemasok:
 Selama bertahun-tahun
Nilai kontrak relatif tinggi (mahal)
Meskipun hanya segelintir, menguasai pangsa pembelian
relatif besar di lembaga tertentu
Meskipun pemenang tender secara resmi, namun
kemenangannya dicapai dengan cara-cara tidak wajar
Hubungan antara penjual dan pembeli lebih dari hubungan
bisnis; nepotisme, kolusi, dan penyuapan.
Lanjutan >>>>>

Bribery (penyuapan); pemberinya tidak “mengorbankan” suatu


penerimaan, mis. Seseorang menyogok pejabat hukum, ia
mengharapkan keringanan hukuman.
Istilah lain Kickbacks; salah satu bentuknya penjual meng-
”ikhlaskan” sebagian dari hasil penjualannya.
 Illegal Gratuities adalah pemberian atau hadiah yang
merupakan bentuk terselubung dari penyuapan, mis hadiah
perkawinan, hadiah ulang tahun, hadiah perpisahan, dll yang
diberikan kepada pejabat.
FRAUD TRIANGLE

 Insentif/Tekanan. Manajemen atau pegawai lainnya


memiliki insentif atau tekanan untuk melakukan
kecurangan.
 Kesempatan. Situasi yang memberikan kesempatan
bagi manajemen atau pegawai untuk melakukan
kecurangan.
 Sikap/Rasionalisasi. Adanya suatu sikap, karakter,
atau nilai-nilai etika yang memungkinkan manajemen
atau pegawai untuk melakukan tindakan yang tidak
jujur
Faktor-Faktor Risiko Kecurangan
dalam laporan keuangan
Insentif/Tekanan; adanya penurunan prospek keuangan
perusahaan, mis. Penurunan laba dapat mengancam kemampuan
perusahaan dalam mendapatkan pendanaan, sehingga mungkin
memanipulasi laba, atau menggelembungkan harga saham.
Kesempatan; laporan keuangan berpotensi terjadi manipulasi,
akan lebih besar risikonya pada industri yang melibatkan subjektif
dan estimasi yang signifikan, mis. Persediaan dibeberapa tempat
yang berbeda, risikonya kemungkinan keusangan
Sikap/Rasionalitas; sikap manajemen puncak. CEO atau manajer
lainnya dominan dalam proses penyusunan laporan keuangan.
Mis. proyeksi terlalu optimis atau khawatir untuk memenuhi
proyeksi laba analis pasar.
Faktor-Faktor Risiko Kecurangan
dalam Penyalagunaan Aset
Insentif/Tekanan; Tekanan keuangan, pegawai memiliki utang
jumlah besar atau mereka terlibat masalah kecanduan narkotika
dan penjudian.
Kesempatan; Adanya kesempatan mengakses lebih mudah
terhadap kas, persediaan, aset berharga lainnya. Kelemahan
pengendalian internal menciptakan kesempatan pencurian.
Sikap/Rasionalitas; sikap manajemen terhadap pengendalian
dan kode etik dapat menyebabkan karyawan dan manjer
membenarkan pencurianterhadap aset. Mis. Manajemen
mencurangi pelanggan dengan menetapkan harga tinggi atau
terlibat dalam taktik penjualan tidak semestinya, sehingga
mereka dapat merasa dibenarkan berbuat serupa dengan
membuat laporan palsu.
Mengukur Risiko Kecurangan

 Skeptisme Profesional; Auditor tidak menganggap


manajemen tidak jujur maupun tidak menganggap kejujuran
manajemen dipertanyakan, namun menolak klien yang paling
potensial dianggap tidaj jujur dan tidak memiliki integritas.
 Berpikir Kritis; menekankan pertimbangan atas
kecenderungan klien untuk melakukan kecurangan
 Evaluasi Kritis atas bukti Audit; Informasi yang ditemukan atau
kondisi yang mengindikasikan adanya salah saji material yang
mungkin disebabkan oleh kecurangan telah terjadi. Mis.
Penjualan tahun berjalan yang seharusnya secara tepat diakui
sebagai penjualan tahun berikutnya. Auditor harus
mengevaluasi alasan salah saji tersebut, apakah disengaja atau
tidak, dan mempertimbangkan pengaruhnya.
Sumber-Sumber Informasi Untuk
Mengukur Risiko Kecurangan

 Komunikasi Antar Sesama Tim Audit; melakukan diskusi untuk


berbagi pemahaman dari anggota tim yang lebih
berpengalaman dalam bebagai hal :
 Bagaimana dan kapan entitas tidak dicurigai terdapat salah saji
yang disebabkan oleh kecurangan.
 Bagaimana manajemen dapat melakukan dan menutupi
kecurangan.
 Bagaimana mereka menyalahsajikan aset entitas.
 Bagaimana Auditor menghadapi kemungkinan salah saji yang
disebabkan oleh kecurangan.
Lanjutan>>>>>

 Tanya Jawab Dengan Manajemen; Auditor membuat tanya


jawab spesifik seputar kecurangan dalam setiap pengauditan.
Apakah manjemen mengetahui setiap kecurangan atau
kecurigaan terhadap terjadinya kecurangan.
 Komite Audit harus berperan aktif dalam mengawasi
pengukuran risiko kecurangan menajemen serta proses
penanganannya.
 Tanya jawab dengan pihak lainnya di dalam entitas yang
bertugas diluar jalur tanggung jawab pelaporan, ketika
jawaban tidak konsisten auditor harus mendapatkan bukti
audit tambahan.
Lanjutan>>>>>

 Faktor-Faktor Risiko; mengharruskan auditor mengevaluasi


apakah faktor-faktor risiko kecurangan mengindikasikan
adanya insentif atau tekanan, kesempatan, dan sikap atau
rasionalisasi membenarkan tindakan kecurangan.
 Keberadaan faktor-faktor risiko tidak berarti telah terjadi
kecurangan, melainkan kemungkinan terjadinya kecurangan
lebih tinggi.
 Auditor harus mempertimbangkan faktor-faktor tersebut
beserta informasi lainnya untuk mengukur risiko kecurangan.
Lanjutan>>>>>

 Prosedur Analitis; Ketika hasil prosedur analitis berbeda


dengan ekspektasi auditor, maka harus mengevaluasi
kemungkinan adanya risiko kecurangan meningkat.
 Kecurangan dalam laporan keuangan yang sering adalah
manipulasi pada pendapatan, audit melakukan prosedur
analitis pada akun-akun pendapatan.
 Auditor mengidentifikasi hubungan-hubungan yang tidak
biasa atau tidak sesuai ekspektasi dalam akun-akun
pendapatan.
 Bandingkan volume penjualan yang dicatat dengan kapasitas
produksi aktual.
Lanjutan>>>>>

 Informasi lainnya; Auditor mempertimbangkan semua informasi


setiap pase atau bagian pengauditan untuk mengukur risiko
kecurangan.
 Informasi mengenai integritas dan kejujuran manajemen, tanya
jabawab, dan prosedur analitis dalam menelaah laporan keuangan
kuartalan klien.
 Informasi yang dipertimbangkan dalam mengukur risiko bawaan
dan risiko pengendalian terhadap kemungkinan salah saji material
disebabkan karena kecuraangan.
SEKIAN DAN TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai