Anda di halaman 1dari 39

PENDAHULUAN

Intubasi endotrakeal  gold standard

untuk penanganan jalan nafas. Prosedur ini dapat


dilakukan pada sejumlah kasus pasien yang
mengalami penyumbatan jalan nafas, kehilangan
reflek proteksi, menjaga paru-paru dari sekret agar
tidak terjadi aspirasi dan pada keadaan gagal nafas.

Tindakan intubasi endotrakheal selama


anestesi umum berfungsi sebagai sarana
untuk menyediakan oksigen (O2) ke paru-
paru
IDENTITAS PASIEN

Tanggal MRS : 5/12/2017


Nama : An. Filda Kaya (Jam: 23.58 wit)
Umur : 10 tahun
Tanggal Masuk ICU: -
Jenis Kelamin : Perempuan
Tanggal Keluar ICU: -
No RM : 11-23-15
Agama : Kristen
Alamat : Batu Gajah
Protestan
Gol. Darah :A
Berat badan : 22 kg
Suku/Bangsa : Indoneisa

Tinggi badan :- Bangsal/ Kamar :


Ruang Bedah Wanita
EVALUASI PRE-ANESTESI

1). Anamnesis

Keluhan Utama Muntah-muntah

Ananesis Terpimpin

Pasien datang dengan keluhan muntah-muntah


sejak pagi hari dan tidak terhitung muntahnya,
keluhan disertai nyeri perut dan perut membesar
sejak dua hari yang lalu.
Lanjut…

Sebelumnya pasien mengaku BAB encer, BAB terakhir tadi


sore warna biru disertai buang angin sedikit, demam
disangkal, riwayat urut-urut perut disangkal, dan BAK
lancar pasien mengaku belum minum obat. Pasien
sebelumnya rencana kontrol ke dr.Helfi, Sp.B karena ± 8
bulan yang lalu pasien pernah dirawat dengan keluhan yang
sama tetapi tidak operasi.
Lanjut…

 Riwayat penyakit dahulu


 Riw. Keluhan yang sama (muntah-muntah)
 Riw. Asma : -
 Alergi :-
 Riwayat penyakit keluarga
 Riw DM :-
 Riw Hipertensi : -

 Riwayat operasi dan anastesi


 Tidak ada
 Riwayat obat-obatan
Tidak ada
Pemeriksaan fisik
A. Keadaan Umum
1. Kesadaran :Compos Mentis
2. Gizi : Kurang

B1: A: Bebas; B: Spontan; RR: 20 x/m; Inspeksi: pergerakan dinding dada


simetris ki=ka; A: suara napas vesikuler ki=ka; SpO2: 99% napas spontan
B2: Akral hanggat, kering, marah; TD : 100/55 mmHg; N: 111 x/m reguler,
kuat angkat; S1 S2 reguler, murmur(-), gallop (-).
B3: Sadar, GCS: E4 V5 M6, Pupil isokor, refleks cahaya +/+
B4: Urin kateter
B5: Inspeksi: sikatrik (-), Palpasi: NT(-), Auskultasi: BU normal
B6: Fraktur (-), edema (-)
Evaluasi Pra Anestesi
Pemeriksaan penunjang

Laboratorium (5/12/2017)
Hemoglobin: 13.8 g/dl
Hematokrit : 39.9 %
Jumlah trombosit : 369x103/mm3
Jumlah leukosit :11.7x103/mm3
Natrium : 140 mmol/L
Kalium : 3.5 mmol/L
Clorida : 111 mmol/L
Diagnosis Kerja Megakolon kongenital
PS ASA II
Jenis Anestesi GA Intubasi
Planning Laparatomi eksplorasi
sigmoidektomi
PRE-OPERATIF

 Diagnosa Pra bedah : Megakolon kongenital

 Jenis pembedahan : eksplorasi sigmoidektomi

 Jenis anestesi : Anaestesi umum

 Posisi : Supine

 Lama anestesi : 12.37- SAB

 Lama operasi : 12.55-14.07 WIT

 Tindakan anestesi umum dengan intubasi

 Premedikasi: Ranitidin, ondansentron


Persiapan alat dan obat :

 Memepersiapkan mesin anestesi, face mask, monitor, tensimeter,

saturasi oksigen serta melihat ketersediaan tabung O2, N2O,

sevoflurane, dan isofluarane

 Mempersiapkan stetoskop, laringoskop ( lampu menyala dan terang),

ETT ukuran 5.5, orofaring tube dan suction

 Mempersiapkan sedacum 1 mg, fentanyl 50 mcg, propofol 50 mg,

atracurium 25 mg, isoflurane 2.5 mac


POST-OPERATIF
 B1: Airway bebas, nafas spontan, RR 20x/m, Rh (-), Wh
(-)
 B2: Akral hangat, kering, merah, nadi: 155x/m, TD:
107/55 mmHg, S1S2 reguler, murmur(-), gallop (-)
 B3: Sadar, GCS: E4 V5 M6, Pupil isokor, refleks cahaya
+/+
 B4: Urin kateter
 B5: Inspeksi: sikatrik (-), Palpasi: NT(-), Auskultasi: BU
normal
 B6: Fraktur (-), edema (-)
Terapi Post Op Pain

 Head up 30º
 Ketorolac 30 mg 8 jam/IV
 Drip tramadol 100 mg dalam RL 20 tpm
 Lain-lain sesuai terapi dokter bedah
DISKUSI
ANATOMI sal. Napas
ANATOMI JALAN NAPAS
FISIOLOGI JALAN NAPAS
Farmakologi Pada Pediatrik
20
pada neonatus berbeda dibandingkan dengan dewasa karena pada
neonatus:
1.Perbandingan volume cairan intravaskuler terhadap cairan
ekstravaskuler berbeda dengan orang dewasa.
2. Laju filtrasi glomerulus masih rendah
3. Laju metabolisme yang tinggi
4. Kemampuan obat berikatan dengan protein masih rendah
5. Liver yang masih immature akan mempengaruhi proses
biotransformasi obat.
6. Aliran darah ke organ relative lebih banyak (seperti pasa otak,
jantung, liver dan ginjal)
7. Khusus pada anestesi inhalasi
Klasifikasi vital sign pada pediatrik
21

Age Respiratory Heart rate Arterial blood preassure

rate Systolic Diaastolic

<1 30-60 120-160 60-95 35-69

1-3 24-40 90-140 95-105 50-65

3-5 18-30 75-110 95-110 50-65

8-12 18-30 75-100 90-100 57-71

12 -16 12-16 60-90 112-130 60-80


Intubasi endotrakeal

 Tindakan memasukkan pipa trakea ke dalam trakea

melalui rima glottidis dengan mengembangkan cuff,


sehingga ujung distalnya berada kira-kira
dipertengahan trakea antara pita suara dan
bifurkasio trakea.
Tujuan Intubasi

 Mempermudah pemberian anesthesia.

 Mempertahankan jalan nafas agar tetap bebas serta mempertahankan

kelancaran pernapasan.

 Mencegah kemungkinan terjadinya aspirasi lambung (pada keadaan tidak

sadar, lambung penuh dan tidak ada reflex batuk).

 Mempermudah pengisapan sekret trakeobronkial.

 Pemakaian ventilasi mekanis yang lama.

 Mengatasi obstruksi laring akut


Klasifikasi Mallampati :

Dalam sistem klasifikasi, Kelas I dan II


saluran nafas umumnya diperkirakan
mudah intubasi, sedangkan kelas III dan
IV terkadang sulit
Ukuran pipa trakea yang tampak pada tabel di
bawah ini.
Definisi

Tidak adanya sel-sel ganglion parasimpatis dari


pleksus submukosa Meisner dan pleksus mienterikus
Auerbach pada usus bagian distal1
Persarafan usus besar

 Sistem syaraf autonomik intrinsik pada usus : 3 pleksus


(1) Pleksus Auerbach : diantara lapisan otot sirkuler
dan longitudinal
(2) Pleksus Henle : disepanjang batas dalam otot
sirkuler
(3) Pleksus Meissner : di sub-mukosa

 Hirschsprung Disease: tidak dijumpai ganglion pada


pleksus Auerbach dan Meissner tersebut.
 Kegagalan migrasi sel-sel saraf parasimpatis
myentericus dari cephalo ke caudal (minggu
ke 5-minggu ke 12)
Patogenesis

 Tidak Berganglion  Spasme  Gangguan

Pengosongan  Hipertrofi / Hiperplasi


Dilatasi
Lanjut…

 Hipoganglionosis

Berkurangnya kepadatan sel ganglion

 Imaturitas sel ganglion

Sel ganglion ada, tapi belum berfungsi maksimal

 Kerusakan sel ganglion

-Non vaskular : infeksi Trypanosoma cruzi (penyakit Chagas), defisiensi vitamin B1,
infeksi kronis seperti Tuberculosis.

-Vaskular : Kerusakan iskemik pada sel ganglion, tindakan pull through


Pada Neonatus Trias gejala klinis:
 Pengeluaran mekonium yang terlambat >24 jam
 Muntah hijau
 Distensi abdomen.
Terapi Medis :
 Pemasangan pipa anus atau pemasangan pipa
lambung dan irigasi rektum
 Pemberian antibiotika  pencegahan infeksi

 Cairan infus  menjaga kondisi nutrisi penderita


serta untuk menjaga keseimbangan cairan,
elektrolit dan asam basa tubuh
Pembedahan

 Tahap pertama: kolostomi pada neonatus,


 Tahap kedua: operasi pull-through definitif setelah
berat badan anak >5 kg (10 pon).
Prinsip penanganan:
 Menentukan lokasi dari usus di mana zona transisi
antara usus ganglionik dan aganglionik
 Reseksi bagian yang aganglionik dari usus dan
melakukan anastomosis dari daerah ganglionik ke
anus atau bantalan mukosa rektum
Lanjut…

Tahap pertama: kolostomi pada neonatus

 Biasanya dibuat sigmoidostomi one loop,

 Yaitu bagian usus yang aganglioner dijahit

rapat / ditutup, kemudian bagian yang


mengandung ganglion ini dimuarakan pada
kulit
3 metode pendekatan Pull Trough

 Metode Swenson: pembuangan daerah aganglion

hingga batas sphincter ani interna dan dilakukan


anastomosis coloanal pada perineum

 Reseksi kolon aganglioner, kolon berganglion tarik

keanus
Komplikasi umum berupa:

Enterokolitis
kebocoran anastomosis
striktura anastomosis
obstruksi usus
abses pelvis
infeksi luka operasi
Kesimpulan

Intubasi adalah memasukkan suatu lubang atau pipa melalui mulut


atau melalui hidung, dengan sasaran jalan nafas bagian atas atau
trachea. Tujuannya adalah pembebasan jalan nafas, pemberian nafas
buatan dengan bag and mask, pemberian nafas buatan secara mekanik
(respirator) memungkinkan pengisapan secret secara adekuat,
mencegah aspirasi asam lambung dan pemberian oksigen dosis tinggi.
Perlu di perhatikan adanya perbedaan antara antomi saluran napas
anak dan dewasa karena hal ini berpengaruh pada pemasangan ETT
pada saat prosedur intubasi endotrakeal.

Anda mungkin juga menyukai