Anda di halaman 1dari 23

Laporan Kegiatan Upaya Kesehatan Masyarakat

Upaya Kesehatan Lingkungan


Pemicuan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat
Dalam rangka menumbuhkan kesadaran dan peran serta masyarakat terhadap
pentingnya pengadaan jamban sehat dan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat

Desa Sidomukti RT 03 Rw 02, Kecamatan Bungah, Kabupaten Gresik

Disampaikan oleh : dr. Suryanita Atinirmala Listiahadi


PUSKESMAS BUNGAH
KABUPATEN GRESIK, JAWA TIMUR
PROGRAM DOKTER INTERNSHIP
PERIODE 2017-2018
• STBM (Sanitasi Total Bebasis Masyarakat)
adalah pendekatan untuk meriubah perilaku
hygiene dan sanitasi melalui pemberdayaan
masyarakat dengan metode pemicuan
Latar Belakang
• Berdasar Keputusan Menteri Kesehatan
tentang Strategi Nasional Sanitasi Total
Berbasis Masyarakat tahun 2008:
Jamban sehat memiliki arti fasilitas
pembuangan tinja yang efektif untuk
memutuskan mata rantai penularan penyakit.
Latar Belakang
• Akan tetapi masih banyak masyarakat di desa
Sidomukti yang masih belum memiliki jamban,
bahkan untuk fasilitas umum seperti masjid
juga tidak memiliki jamban
• Mayoritas dari mereka masih melakukan BAB
dan BAK di sepanjang bantaran Sungai
Tujuan dilakukan pemicuan
• Pelaksanaan pemicuan di tingkat desa ini dimaksudkan
sebagai acuan bagi fasilitator kesehatan, dan unit lain
terkait dalam rangka mewujudkan perilaku hidup bersih
dan sehat, dimana masyarakat tidak berperilaku
membuang air besar sembarang, serta perilaku lain sesuai
dengan kaidah kesehatan lingkungan

• Pada tahun 2015 lalu sudah dilakukan pemicuan, maka


pemicuan kali ini bertujuan untuk mengevaluasi hasil
pemicuan dan melanjutkan pemicuan.
Sasaran Kegiatan
Kehadiran Peserta
• Jumlah Warga yang hadir dan turut
berpartisipasi aktif
• Jumlah total 30 orang yang terdiri dari;
29 orang perempuan
1 orang laki-laki
• Pemicuan dimulai pukul : 9.00 WIB
• Berakir pukul : 11.45 WIB
Alur Kegiatan Pemicuan
Pertanyaan yang diajukan oleh petugas
kesehatan
1. Bapak dan Ibu yang hadir di sini dimana bapak ibu
membuang hajat selama ini?
2. Apakah bapak Ibu sudah ada yang memiliki jamban di
rumahnya?
3. Jika belum apa yang sudah bapak ibu lakukan pasca
pemicuan pada tahun sebelumnya?
4. Apa kendala pengadaan jamban?
5. Bapak Ibu tahu penyakit apa saja yang bisa
menjangkiti kita dengan kebiasaan BAB
sembarangan?
6. Bagaimana solusi yang bisa dilakuan untuk mengatasi
permasalahan yang ada?
Respon Masyarakat terhadap proses
pemicuan
• Masyarakat merespon acara yang berlangsung
dengan baik dan tertib, masyarakat aktif dalam
tanya jawab dan mengutarakan pendapat dengan
bersemangat
• Ada 3 koresponden kami pilih secara acak yang
mengutarakan bahwa mereka belum memiliki
jamban yaitu
1. Ny. I (40 Tahun) : setelah pemicuan tahun lalu Ny.
I belum memiliki jamban akan tetapi sudah
menyicil mengumpulkan alat-alat untuk
membuat jamban seperti BIS 3 buah, dan closet
jongkok
Respon Masyarakat terhadap proses
pemicuan
• Ny. F (35 th) : Ny F belum memiliki jamban di
rumahnya karena belum memiliki biaya yang
cukup, padahal dia tahu kalau BAB di sungai
dapat menimbulkan dampak yang tidak baik
untuk dirinya dan untuk lingkungan
• Tn K (75 th) : Tn K tidak memiliki jamban di
rumahnya dan lebih memilih BAB di sungai
karena menurut beliau ini cukup praktis dan tidak
merepotkan, juga ada masalah dengan biaya
sehingga lebih baik BAB di sungai, dia juga hidup
seorang diri.
Hambatan atau masalah yang ditemui
saat pemicuan
1.Pola pikir masyarakat yang sudah terbentuk
bahwa BAB di sungai itu sudah merupakan hal
yang wajar, hal yang biasa dilakukan selama
bertahun-tahun
2. Warga yang sudah meyadari akan pentingnya
PHBS dan pengadaan jamban sehat terbentur
oleh biaya.Padahal ada warga yang sudah
menabung peralatan pengadaan jamban.
3. Warga bertanya apakah ada solusi pengadaan
jamban dengan biaya yang paling murah?
Solusi
1. Untuk pola pikir masyarakat, tenaga
kesehatan meyakinkan lagi, memberi contoh
kasus yang riil dan mudah dipahami
masyarakat tentang pentingnya PHBS,
dengan ilustrasi kasus pada kehidupan
sehari-hari, dan menanyakan pendapat
warga akan hal itu sehingga terjadi
komunikasi 2 arah yang efektif
solusi
• 2. Setelah didiskusikan dengan ibu kepala desa
sekaligus ibu bidan desa yang waktu itu hadir,
ada 3 jenis solusi yang ditawarkan;
A) warga yang berangkutan hendaknya
mengajukan proposal permohonan bantuan
dana ke kantor kelurahan agar dibantu dana
untuk proses pengedukan septitank, sehingga
biayanya menjadi lebih ringan.
• B) Warga desa diharapkan bisa memupuk
kembali kerjasama antar warga desa dalam hal
gotong royong membantu warga yang hendak
mendirikan jamban, sehingga biaya dapat
diminimalisasi.
• C) Sambil menunggu jamban yang dimaksudkan
jadi, maka digagaslah gerakan “sharing jamban”
warga yang tidak memiliki jamban menumpang
BAB di rumah warga terdekat yang memiliki
jamban.
solusi
• 3. Untuk permasalahan terakir petugas
kesehatan memberikan materi tentang
jamban cemplung, yang hemat biaya
solusi
Dari ketiga solusi yang didapatkan, solusi sharing
jamban adalah solusi yang bisa langsung
dilakukan sambil menunggu solusi lain
terlaksana. Ibu kepala desa dan kader
membentuk kepanitiaan :
Ketua : Ny. SLH
Anggota : 1. Ny. MSF
2. Ny. Zh
3. Ny FF
Tugas dari panitia ini adalah
1. memfasilitasi warga yang tidak punya jamban
untuk sharing jamban dengan tetangga yang
sudah memiliki jamban.
2. Mengantarkan petugas kesehatan utuk
suervei dan evaluasi program sharing jamban.
3. Memotivasi warga untuk selalu menyadari
pentingnya memiliki jamban sehat, untuk
menuju hidup yang lebih sehat
• Evaluasi hasil dari pemicuan
1. Pengetahuan warga akan STBM dan PHBS sudah
tergali, kesan kami : masyarakat sudah cukup
mengetahui namun dalam pelaksanaannya
belum maksimal.
2. Warga setuju dengan solusi yang didapatkan
dari hasil musyawarah antara kader dan petugas
kesehatan.
3. Telah terbentuk panitia (berasal dari kader
desa) yang berfungsi memfasilitasi warga untuk
“sharing jamban” dan menjadi jembatan
penghubung antara warga dan petugas
kesehatan
Dokumentasi

Gambar 1. Proses pemicuan yang dipimpin oleh tenaga kesehatan


Gambar 2. Daftar hadir warga
TERIMAKASIH
ATAS
PERHATIANNYA

Anda mungkin juga menyukai