Anda di halaman 1dari 59

PENYAKIT-PENYAKIT

INFEKSI REGIONAL

HIV, Hepatitis A/B/C, Typhoid Fever,


dan TB-paru
TUJUAN SESI:

 Memahami gambaran epidemiologi


berbagai penyakit menular

 Memahami aspek klinis berbagai


penyakit menular
8-3
PENGERTIAN :
HIV (Human Immunodeficiency Virus) :
- Merupakan virus RNA, famili retrovirus
- Masa inkubasi (masa laten klinis) lama.
- HIV menghancurkan sistem imun
→ rentan terhadap berbagai penyakit
→ menimbulkan gejala & tanda AIDS.

8-4
PENGERTIAN :
AIDS (Acquired Immuno Deficiency
Syndrome) adalah kumpulan gejala
penyakit yang disebabkan penurunan
kekebalan tubuh akibat HIV (Human
Immunodeficiency Virus).

8-5
8-6
Perjalanan penyakit HIV/AIDS
Infeksi Mulainya
HIV AIDS

risiko

AIDS Terminal
Tidak Terinfeksi HIV

Masing-masing kelompok mempunyai karakter dan


membutuhkan pelayanan dan dukungan yang berbeda
8-7
Infeksi HIV

Serokonversi
Gejala seperti ‘flu’

Infeksi Laten
Tanpa Gejala

Penyakit terkait HIV


Berhubungan dengan mulai menurunnya Berhubungan langsung dengan infeksi HIV
sistim kekebalan tubuh
- Pembesaran kelenjar (PGL) - Kelainan neurologis: Demensia; nyeri
- Panas >1 bulan; keringat waktu pada kaki, radang selaput otak
malam aseptik;
- Diare >1 bulan radang otak.
- Batuk
- Ruam kulit yang gatal
- Kelainan saluran pencenaan:
- Infeksi opportunistik yang ringan ‘Wasting’ dan diare >1 bulan
AIDS
Ditandai oleh infeksi opportunistik dan keganasan tertentu
8-8
8-9
Klasifikasi WHO
Stadium I
Asimptomatik
Persistent generalized lymphadenopathy
Skala aktivitas I: asimtomatik, kegiatan normal

Stadim II
Berat badan turun <10%
Manifestasi mukokutan ringan (dermatitis seboroik, infeksi jamur pada kuku, sariawan
berulang, kelitis angularis)
Herpes zoster dalam 5 tahun terakhir
ISPA berulang (sinusitis bakterialis)
Dan atau skala aktivitas 2: simptomatik, kegiatan normal

Stadium III
Berat badan turun >10%
Diare > 1 bulan
Demam > 1 bulan
Kadidiasis Oral
Oral hairy leukoplakia
Tuberkulosis paru dalam 1 tahun terakhir
Infeksi bakterialis yang berat (pnemonia, piomiositis)
Dan atau skala aktivitas 3: baring ditempat tidur <50% selama bulan lalu

Stadium IV
Penyakit penyakit yang termasuk criteria AIDS
Dan atau skala aktivitas 4: baring ditempat tidur >50% selama bulan lalu
8-10
MASA INKUBASI
 Bervariasi tergantung usia dan obat ARV.
 Deteksi antibodi memerlukan waktu sekitar 1-3
bulan setelah terinfeksi
 Terjadinya AIDS sekitar <1 thn s/d >15 thn.
 Tanpa pengobatan efektif, 50% pasien akan
menjadi AIDS dalam 10 tahun

8-11
.

8-12
PERILAKU RISIKO TINGGI

 Pengguna narkoba suntik bergantian


 Senggama vaginal/anal tanpa kondom
 Fellatio dengan ejakulasi
 Cunilingus waktu menstruasi
 Kontak oral - anal

8-13
KELOMPOK RISIKO TINGGI :
 Pecandu obat bius I.V.
 Pria homoseksual
 Penerima transfusi darah
 Wanita/pria tuna susila
 Pria/wanita dengan banyak mitra
seksual
 Mitra seksual dari kelompok diatas

8-14
8-15
MASA PENULARAN
 Tidak diketahui pasti
 Diperkirakan segera setelah terinfeksi
pasien jadi infeksius seumur hidup
 Kerentanan dan kekebalan:
 Diduga semua orang rentan.
 Pada penderita PMS dan pria yang tidak
dikhitan kerentanan akan meningkat

8-16
Abstinance Tidak berhubungan seks

Be faithful Saling setia dengan satu pasangan

Condom Gunakan Kondom bagi yang sering


berganti-ganti pasangan atau sudah
terkena HIV/AIDS
Drug Tidak menggunakan narkoba
8-17
8-18
HEPATITIS A

• Epidemiologi: seluruh dunia, sporadik, kadang


kadang KLB.

• Umumnya : anak usia sekolah dan dewasa muda.

• Case fatality rate rendah (0,1- 0,3%)

4-19
HEPATITIS A
Etiologi
Virus hepatitis A (HAV), family Picornaviridae.
Manusia: reservoir.
Banyak asimtomatis, gejala sangat ringan

Cara Penularan
Dari orang ke orang : fecal-oral.
Virus pada tinja terutama 1-2 minggu sebelum gejala.
Sumber penularan: air minum/makanan terkontaminasi ,
makanan tidak diolah dengan baik

4-20
HEPATITIS A
Masa inkubasi
- 15 sampai 50 hari, rata rata 28-30 hari

Masa penularan
Masa penularan: akhir masa inkubasi-- beberapa hari
setelah timbul ikterus.
Bayi dan anak : virus pada tinja sampai 6 bulan
setelah sembuh.

4-21
GEJALA KLINIS

• Ringan : sembuh sendiri dalam 1-2 minggu

• Berat : beberapa bulan.

• Gejala: demam, malaise, anoreksia, nausea dan


gangguan abdominal, diikuti timbulnya ikterus
setelah beberapa hari

4-23
HEPATITIS A
Diagnosis
antibodi IgM terhadap virus hepatitis A (IgM anti HAV) :
stadium akut atau baru sembuh.
Pengobatan
Belum ada yang efektif

Pencegahan
Sanitasi dan hygiene
perorangan .
Penting:
• mencuci tangan secara
benar
• jamban saniter.
4-24
8-25
Etiologi
Virus Hepatitis B (HBV)
 Virus DNA hepatotropik.
 Golongan Hepadnaviridae.
 Terdiri atas 6 genotipe (A-H).
 Inti HBV mengandung : Protein
polimerase dengan aktivitas reverse
transcriptase, HBcAg, dan HBeAg.
 Selubung lipoprotein mengandung
HBsAg.
8-26
Epidemiologi

HBsAg Prevalence

8% - High
2-7% - Intermediate
<2% - Low

8-27
Transmisi

 Terutama melalui darah


 Hubungan seksual
 Penetrasi jaringan atau mukosa
 Transmisi maternal-neonatal
 Tidak ada bukti penyebaran fekal-oral

8-28
Faktor Risiko
Injection drug
Other* 15% use 14% Sexual contact
with hepatitis B
patient 13%

Household
contact of
hepatitis B patient
2%

Men who have


sex with men 6%
Unknown 32%
Medical
Blood transfusion Employee 1%
Multiple sex
0% Hemodialysis
partners 17%
0%

8-29
RISIKO AKIBAT TERTUSUK JARUM
SUNTIK (Needle Stick Injury)

 HBeAg positif : 30 – 40 %
 HBsAg positif : 2–6%
 HCV (PCR +) : 10 %
 HCV positif (PCR -) : 1%
 HIV positif : 0,3 %

(Sumber : guidance note on HCW Safety from


HIV and other blood borne virus, 2002)

8-30
Pencegahan

 Vaksinasi Hepatitis B
 Setia pada 1 pasangan
 Bayi yang dilahirkan dari ibu dengan
HBV+ diberikan HBIg
 Hati-hati menggunakan peralatan yang
mungkin terkontaminasi darah

8-31
Vaksin

 Immunoprofilaksis sebelum paparan :


Vaksin Hepatitis B
 Immunoprofilaksis pasca paparan :
Vaksin Hepatitis B dan HBIg

8-32
8-33
Etiologi
Virus Hepatitis C (HCV)
 Termasuk klasifikasi Flaviviridae
 Selubung glikoprotein, RNA rantai
tunggal
 Hanya satu serotype yang dapat
diidentifikasi; terdapat banyak
genotype

8-34
Epidemiologi

8-35
Transmisi
 Transmisi darah
 Transmisi seksual
 Transmisi maternal-neonatal
 Tidak terdapat bukti transmisi
fekal-oral

8-36
Faktor Resiko
Household 3%
Occupational 3% Sexual 21%
Transfusions *
3%

No Identified Risks
10% Illegal Drug Use
60%
*None since 1994

8-37
Pencegahan

 Setia pada 1 pasangan


 Hati-hati menggunakan peralatan yang
mungkin terkontaminasi darah
 Tidak ada vaksin yang tersedia untuk
Hepatitis C

8-38
8-39
DEMAM TIFOID

Infeksi bakterial :
* Salmonella typhi
* Salmonella paratyphi
Sumber penularan : Manusia
Cara penularan : fecal - Oral
Gejala klinis
 Sakit Perut
 Mencret
 Konstipasi
 Bingung
 Sakit Kepala
 Temp. >39
 Ggn kesadaran
 Lidah Kotor
 Demam tinggi
 Roseole
 Perut tegang
ROSE spot / Roseole pada Demam Tifoid
Coated Tongue/ Lidah Kotor pada Tifoid
MASA INKUBASI
Masa inkubasi sekitar 12-36 jam

Masa penularan
• selama sumbernya sakit, beberapa hari-minggu
• Carrier : beberapa bulan - >1 tahun setelah
sembuh

4-45
Diagnosis klinis :
 Possible case
 Didapat gejala demam, gangguan saluran cerna,
gangguan pola buang air besar dan hepato/spenomegali.
Sindrom demam tifoid yang didapat belum lengkap.
Possible case hanya pada pelayanan kesehatan dasar.
 Probable case
 Didapat gejala klinis lengkap atau hampir lengkap, serta
didukung oleh gambaran laboratorium yang menyokong
demam tifoid (titer widal O >1/160 atau H >1/160 pada
satu kali pemeriksaan)
 Definite case
 Diagnosis pasti, ditemukan S.typhi pada pemeriksaan
biakan atau positif S.typhi pada pemeriksaan PCR atau
terdapat kenaikan titer Widal 4 kali lipat (pada
pemeriksaan ulang 5-7 hari) atau titer Widal O >1/320,
H >1/640 (pada pemeriksaan sekali).
Pemeriksaan Laboratorium
 Darah :
 Leukopeni
 Limfositosis relatif
 Aneosinofilia
 Trombositopenia
 Kultur (darah, faeces, urine, sumsum
tulang, rose spot)
 Serologi (Widal, Tubex, Typhidot,
dipstick test)
 Tehnik Molekuler
TATALAKSANA
 Sebaiknya di RS/ Puskesmas
 Tirah baring
 Makan kurang serat AB
 Pengobatan : Cotrimoxazole,
Ciprofloxacine, Ceftriaxone, dll
 Cegah penularan
 Pendidikan
KOMPLIKASI
 ENCEPHALOPATI
 PERDARAHAN USUS
 PERFORASI
 PERITONITIS
 PNEUMONIA
 HEPATITIS
 MIOKARDITIS
PENCEGAHAN
 Kebersihan sebelum makan
 Perlindungan makanan
 Air Minum yang baik
 Pembuangan yang baik
 Vaksinasi:
 Parenteral VICPS ( capsular polisaccharide
typhoid vaccine –Typhim Vi)
 Ty21a-live oral vaccine ( Vivotif Berna)
8-51
PENDAHULUAN
 Indonesia adalah negara ke 3 dengan
masalah tbc terbesar di dunia
 140.000 kematian di indonesia disebabkan
TBC dan setiap tahun bertambah ¼ juta
kasus baru TBC
 TBC adalah pembunuh nomor 1 diantara
penyakit menular dan penyebab kematian
nomer 3 setelah penyakit jantung dan
penyakit pernafasan akut pada seluruh
golongan usia
DEFINISI
 TBC adalah penyakit yang disebabkan oleh
Mycobacterium Tuberculosis
 Pada 80% kasus mengenai organ paru,
sisanya mengenai organ lain.
 Gejala:
 Batuk lebih dari 3 minggu
 Demam dan keringat malam
 Berat Badan menurun dan nafsu makan turun
 Nyeri dada dan sesak
 Darah pada soutum
KUMAN TUBERKULOSIS
 Berbentuk Batang
 Mempunyai sifat khusus: Tahan terhadap
asam pada pewarnaan – disebut pula sebagai
Basil Tahan Asam (BTA)
 Cepat mati dengan sinar matahari langsung
 Bertahan hidup beberapa jam di tempat yang
gelap dan lembab
 Dalam jaringan tubuh dapat dormant, tertidur
selama bertahun-tahun
INFEKSI DAN PENULARAN
 TBC menular dengan menyebar melalui
droplet di udara
 Penularan dari penderita tbc pada umumnya
ketika batuk, bersin, berbicara atau meludah
 Seseorang dapat tertular hanya dengan
menghirup sejumlah kecil bacilli, tergantung
sistem kekebalan tubuh
 Penderita TBC dengan status BTA +, biasa
menularkan pada 10 – 15 orang setiap tahun.
 Saat ini 1/3 populasi dunia tertular TBC
POPULASI BERISIKO
 Siapa saja dapat tertular, khususnya bila daya
tahan tubuh menurun
 Perempuan dan anak-anak termasuk populasi
rentan
 Merupakan Infeksi oportunistik tersering pada
orang dengan HIV/AIDS
PENGOBATAN TBC
 TBC dapat diobati asal mengikuti standar
pengobatan
 Strategi yang saat ini direkomendasikan
adalah DOTS (Direct Observed Treatment)
 Indonesia telah mencapai angka kesembuhan
85% yang sesuai dengan target global
TIPE PENDERITA
 Kasus Baru:
 Penderita belum pernah diobati dengan OAT atau sudah
pernah dapat OAT < 1 bulan
 Kasus Relaps:
 Penderita yang pernah dapat pengobatan OAT dan telah
dinyatakan sembuh, kemudian berobat kembali dengan
dahak BTA+
 Kasus Transfer In:
 Penderita yang sudah mulai berobat di satu kabupaten,
kemudian pindah ke kabupaten lain
 Kasus Lalai (drop-out):
 Penderita sudah berobat min. 1 bulan kemudian berhenti
terimakasih

Anda mungkin juga menyukai