Anda di halaman 1dari 25

PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR

STUDI KASUS PENEBANGAN


HUTAN LIAR DI INDONESIA
Presented By : Group 2
1. Fitri Wulandari
2. Jepri Krispriambodo
3. Sefriani Daulay
4. Zaini Gani
HUTAN INDONESIA
 Indonesia merupakan salah satu Negara tropis yang memiliki hutan terluas didunia
 Guna melindungi dan menjaga ekosistem yang ada, pemerintah memiliki lembaga dan undang-undang yang mengatur
tentang hal ini.
 Namun pada kenyataannya meskipun ada peraturan dan perundang-undangan tersebut masih banyak yang ditremukan
praktek-praktek kejahatan yang berupa aktifitas illegal di dalam hutan.
 Indonesia merupakan Negara yang memiliki hutan cukup luas
 Hampir 90% hutan di dunia dimiliki secara koletif oleh Indonesia dan 44 Negara lain
 Bahkan, negeri ini juga disebut sebagai par-paru dunia
HUTAN INDONESIA
Hutan tropis Indonesia adalah rumah dan persembunyian terakhir bagi kekayaan hayati dunia yang
unik. Keanekaragaman hayati yang terkandung di hutan Indonesiap meliputi 12% spesies mamalia dunia,
7,3% spesies reptil dan amfibi, serta 17% spesies burung dari seluruh dunia. Diyakini masih banyak lagi
spesies yang belum teridentifikasi dan masih menjadi misteri tersembunyi di dalamnya. Sebuah contoh nyata
misalnya, data WWF menunjukkan antara tahun 1994-2007 saja ditemukan lebih dari 400 spesies baru
dalam dunia sains di hutan Pulau Kalimantan. Kondisi ini menempatkan Indonesia sebagai salah satu negara
dengan keanekaragaman hayati tertinggi di dunia. Berdasarkan data FAO tahun 2010 hutan dunia –
termasuk di dalamnya hutan Indonesia – secara total menyimpan 289 gigaton karbon dan memegang
peranan penting menjaga kestabilan iklim dunia. Sayangnya kerusakan hutan di tanah air cukup
memprihatinkan. Berdasarkan catatan Kementrian Kehutanan Republik Indonesia, sedikitnya 1,1 juta hektar
atau 2% dari hutan Indonesia menyusut tiap tahunnya.
HUTAN TERANCAM
• Indonesia Kehilangan hutan asli 72% (Walhi, 2009)
• Luas Hutan dan lahan yang rusak 101.73 juta Ha, 59.62 juta Ha
berada dalam kawasan hutan (Badan Planologi, Dephut, 2003)
• Pada periode tahun 1970 hingga 1990-an, laju kerusakan hutan
diperkirakan antara 0,6 sampai 1,2 juta ha per tahun,
• Pemetaan yang dilakukan oleh pemerintah dengan World Bank,
mengatakan bahwa laju kerusakan hutan selama periode 1986 –
1997 sekitar 1,7 juta ha per tahun, dan mengalami peningkatan
tajam sampai lebih dari 2 juta ha/tahun (FWI/GFW, 2001).
• Laju kerusakan hutan pada periode 1997-2000 sebesar 3.8 juta
Ha/tahun
AKTIFITAS ILEGAL DI DALAM HUTAN

Penebangan Liar
Pencurian Kayu
Perambahan Hutan
Perladangan Liar
Pengembalaan Liar
ILLEGAL LOGGING
• Ileggal logging atau pembalakan liar berdasarkan Inpres No.5 Tahun 2011, tentang
Pemberantasan Penebangan Kayu illegal (Illegal Logging) dan Peredaran Hasil hutan
Illegal di Kawasan Ekosistem Leuser dan taman Nasional Tanjung Puting, adalah
penebangan kayu dikawasan hutan dengan tidak sah.
• Menurut pendapat Haryadi Kartodiharjo, illegal logging merupakan penebangan kayu
secara tidak sah dan melanggar peraturan perundang-undangan, yaitu berupa
pencurian kayu didalam kawasan hutan Negara atau hutan hak (milik) dan atau
pemegang ijin melakukan penebangan lebih dari jatah yang telah ditetapkan dalam
perizinan.
• Jadi bisa disimpulkan bahwa illegal logging adalah praktek penebangan hutan kayu
yang tidak sah dan tidak memiliki izin yang sah dari pemerintah setempat.
KASUS – KASUS ILLEGAL LOGGING
Berdasarkan catatan Kementrian Kehutanan Republik Indonesia, sedikitnya 1,1 juta hektar atau 2% dari
hutan Indonesia menyusut tiap tahunnya. Data Kementerian Kehutanan menyebutkan dari sekitar 130 juta hektar
hutan yang tersisa di Indonesia, 42 juta hektar diantaranya sudah habis ditebang.
Kasus illegal loggin di Indonesia sendiri banyak terjadi di Pulau Kalimantan. Pulau Kalimantan
merupakan provinsi yang memiliki hutan terbanyak di Indonesia bahkan dunia. Maka dari itu Kalimantan disebut-
sebut sebagai paru-paru dunia.
Para aktor intelektual di balik praktek Illegal logging di Indonesia merupakan penjahat berkerah putih
yang sepertinya tidak pernah terjerat oleh hukum. Mereka terdiri dari para pengusaha kayu (cukong kayu) dibantu
oleh aparat militer dan polisi, pejabat pemerintah dan politisi yang korup, mafia peradilan, sampai sidikat
penyelundupan internasional yang melakukan segala upaya untuk mengeksploitasi seluruh sumber daya hutan
yang ada di Indonesia. Mereka sangat sukar untuk diadili karena mereka mampu membeli peradilan dengan uang
hasil dari Illegal logging.
KASUS – KASUS ILLEGAL LOGGING
Kasus terbesar pembalakan liar di Indonesia terjadi di kawasan hutan lindung Gunung
Tambora dengan volume penebangan diperkirakan mencapai 1.000 meter kubik lebih itu
diduga menyalah gunakan SKAU kayu. Terkait dengan praktik pembalakan liar itu jajaran Dinas
Kehutanan NTB telah menyita 5 truk memuat 52 meter kubik kayu di Desa Beriungin Jaya dan 3
truk membuat 30 hingga 33 meter kubik yang diduga ditebang di kawasan hutan lindung Gunung
Tambora. Jenis kayu yang ditebang di kawasan hutan lindung Tambora tersebut didominasi oleh
jenis Rajumas (duabanga mollucana) berdiameter satu sampai dua meter lebih yang usianya lebih
dari 100 tahun. Satu batang bisa mencapai 50 hingga 60 meter kubik. Praktik pembalakan liar di
kawasan hutan lindung Gunung Tambora, Kabupaten Dompu, Nusa Tenggara Barat diduga
melibatkan oknum pengusaha yang memberikan modal dan peralatan untuk menebang kayu
KASUS – KASUS ILLEGAL LOGGING DI KALTENG
• Pada 2010 Pemkab Gunung Mas yang dipimpin Hamid Bintih, menyerahkan izin konsesi Gunung
Mas kepada pihak perusahaan CBID asal Malaysia, yang total kerugian negara mencapai USD 50
juta sampai USD 100 juta. Kerusakan hutan alam primer di kawasan Gunung Mas tercatat
sekitar 17.500 hektar.
• 27 Agustus 2017, Direktorat Polisi Air dan Udara (Polairud) Polda Kalteng berhasil menangkap
sebanyak 1.400 kayu gelondongan (log) tanpda izin dari hasil pembalakan liar yang diduga akan
dikirim keluar daerah melalui sejumlah Daerah Aliran Sungai (DAS) di Kalimantan Tengah.
• Di Kabupaten Seruyan pada 12 September 2017 ditemukan 2.266 potong atau 96 kubik ulin
yang akhirnya disita aparat di tiga tempat kejadian. Yang berawal ditemukan 261 potong ulin
berbentuk balok dengan panjang 4 meter, pada 3 September di TKP kedua disita 1.100
tumpukan ulin atau sekitar 50 meter kubik. Di TKP ketiga pada 7 September ditemukan lagi
tumpukan ulin sebanyak 1.200 potong.

DAN MASIH BANYAK LAGI KASUS LAINNYA


DAMPAK AKTIFITAS ILEGAL
• Kerusakan kenekaragaman hayati serta sumberdaya tanah dan air (erosi,
kesuburan tanah menurun, meningkatnya air permukaan, rusaknya habitat satwa,
berubahnya ekosistem kawasan, pemadatan tanah)
• Bencana lingkungan (banjir, longsor, kekeringan sumber air)
• Perubahan iklim lokal (meningkatnya suhu, berkurangnya hujan, menurunnya
kelembaban)
• Pencemaran lingkungan
• Perubahan nilai-nilai sosial (makin berani melanggar norma adat dan hukum).
• Peningkatan aktifitas pengelolaan sumberdaya alam tidak ramah lingkungan
(pembakaran lahan, budidaya lahan secara ekstensif, perladangan tanpa rotasi
yang cukup, budidaya ternak yang merusak tanaman dan kawasan hutan.
“If you cut down a
forest, it doesn't
matter how many
sawmills you have
if there are no
more trees.” ~
SUSAN GEORGE
KERUSAKAN HUTAN
TERGANGGUNYA HABITAT ORANG HUTAN

TAKUT

BINGUNG
DIBURU MATII
BANJIR DAN LONGSOR
PEMANASAN GLOBAL
UPAYA MENGURANGI AKTIFITAS ILLEGAL
• Pemberlakuan kembali hak ulayat atas hutan secara lebih jelas
• Peningkatan penyadaran masyarakat dengan sistem komunikasi yang sesuai dengan
karakteristiuk sosial, ekonomi dan budaya.
• Pengukuhan dan penentuan kembali batas hutan negara secara lebih jelas dan kuat status
hukumnya.
• Budidaya tanaman dan ternak yang intensif dan ramah lingkungan(dengan penerapan tenologi
budidaya untuk meningkatkan produksi tanpa memperluas lahan dan pengembalaan di luar
kandang dan sistem)
• Penerapan sistem pertanian terpadu ramah lingkungan, Agrosilvopastura (kombinasi tanaman
tahunan, tanaman semusim dan ternak)
• Peningkatan SDM petugas dan Fasilitas pengamanan
• Sertifikasi kepemilikan lahan penduduk
• Penegakan hukum

Anda mungkin juga menyukai