Nama
DEWI TRIANDRIANI (71160891326)
HENNI JUNIANTI SIREGAR (71160891595)
PENGUJI:
Dr. Lisa Yuliyanti , SpPD
ANEMIA APLASTIK
Adalah suatu kelainan hematologi
dengan gambaran pansitopenia dan
hiposelularitas pada sumsum tulang
belakang, dapat bersifat didapat atau
diturunkan
• ANAMNESA :
– Onset keluhan dapat terjadi perlahan berupa lemah,
dyspnea, fatigue, pusing, adanya perdarahan (ptekie,
epistaksis, perdarahan dari vagina atau lokasi lain.
• PEMERIKSAAN FISIK
– Pasien tampak pucat pada konjungtiva atau
kutaneus, resting tachycardia, perdarahan (ekimosis,
ptekie, perdarahan gusi, purpura).
• PEMERIKSAAN PENUNJANG
– Normositik normokrom, makrositik
– Darah tepi lengkap ditemukan pansitopenia, tidak
terdapat sel abnormal pada hitung jenis leukosit
– Hitung retikulosit : rendah (<1%)
– Serologi virus (hepatitis)
– Aspirasi dan biopsi sumsum tulang : terdapat spicules
yang kosong, terisi lemak, dan sel hematopoietik yang
sedikit. Limfosit, sel plasma, makrofag, dan sel mast
mungkin prominen.
– MRI : membedakan lemak pada sumsum tulang dengan
sel hematopoietic, mengestimasi densitas sel
hematopoietik pada sumsum tulang, dan membedakan
anemia aplastik dengan leukimia mielogenik hipoplasia
PENATALAKSANAAN
• Prinsip Pengobatan :
– Menurunkan viskositas darah sampai ke tingkat normal dan
mengontrol eritropoiesis dengan flebotomi.
– Menghindari pembedahan elektif pada fase
eritrositik/polisitemia yang belum terkontrol
– Menghindari pengobatan berlebihan
– Menghindari obat yang mutagenik, teratogenik, dan ber efek
sterilisasi pada pasien usia muda
– Mengontrol panmielois dengan dosis tertentu fosfor
radioaktif atau kemoterapi sitostatika pada pasien >40 tahun
bila didapatkan :
• Trombositosis persisten >800.000/mL
• Leukositosis progresif
• Splenomegali simtomatik
• Gejala sistemik yang tidak terkontrol.
MEDIA PENGOBATAN
PROSEDUR :
• Permulaan, 250-500 cc darah dapat dikeluarkan
dengan blood donor collection set standart/2 hari.
• Pada pasien dengan >55 ahun atau dengan peyakit
vaskular aterosklerotik yang serius, flebotomi hanya
boleh dilakukan dengan prinsip hipovolemikm yaitu
mengganti plasma darah yang dikeluarkan dengan
cairan pengganti plasma setiap kali, untuk mencegah
timbulnya bahaya iskemia serebral karena ipovolemi.
• Sekitar 200 mg besi dikeluarkan pada tiap 500cc
darah.
FOSFOR RADIOAKTIF PROSEDUR :
• Pertama kali diberikan dengan dosis sekitar 2-3mCi/m2
secara iv, bila peroral dosis dinaikkan 25%.
• Selanjutnya apabila setelah 3-4 minggu pemberian pertama :
•Mendapatkan hasil, re-evaluasi setelah 10-12 minggu.
Jika diperlukan dapat diulang akan tetapi jarang
dibutuhkan.
• Tidak mendapat hasil, selanjutnya dosis kedua dinaikkan
25% dari dosis pertama dan diberikan sekitar 10-12
minggu setelah dosisi pertama.
INDIKASI :
• Hanya untuk polisitemia vera
KEMOTERAPI SITOSTATIKA • Flebotomi sebagai pemeliharaan
Bertujuan sebagai sitoreduksi. dibutuhkan >2 kali sebulan.
• Trombositosis yang terbukti menimbulkan
trombosis
• Urtikaria berat yang tidak dapat diatasi
dengan antihistamin.
CARA PEMBERIAN : • Splenomegali simtomatik/mengancam
• Hidroksiurea dengan dosis 800-1200 ruptura limpa
mg/m2/hari atau diberikan 2x sehari
dengan dosis 10-15mg/kgBB/kali, jika
telah tercapai target dapat dilanjutkan
dengan pemberian intermitten untuk
pemeliharaan.
• Chlorambucil dengan dosis induksi 0,1-
0,2 mg/kgBB selama 3-6 minggu dan
dosis pemeliharaan 0,4 mg/kgBB tiap 2-4
minggu.
• Busulfan 0,06 mg/kgBB/hari atau 1,8
mg/m2/hari, jika telah tercapai target
dapat dilanjutkan dengan pemberian
intermitten untuk pemeliharaan
KEMOTERAPI BIOLOGI (SITOKIN) Bertujuan
untuk mengontrol trombositemia, produk
biologi yang digunakan adalah interferon a
terutama pada keadaan trombositemia yang
tidak dapat di kontrol, dosis yang dianjurkan 2
juta Iu/m2/s.c atau im 3 kali seminggu.
PENGOBATAN SUPORTIF :
• Hiperurisemia diobati dengan alupurnol 100-600 mg/hari oral
pada pasien dengan penyakit yang aktif dengan memperhatikan
fungsi ginjal.
• Pruritus dan urtikaria dapat diberikan antihistamin, jika
diperlukan dapat diberikan Psoralen dengan penyinaran UV rang A
• Gatritis/ ulkus peptikum dapat diberikan penghambat reseptor
H2
• Antiagregasi trombosit analgrelide turunan dari Quinazolin
disebutkan juga dapat menekan trombopoiesis.
KOMPLIKASI
Proses Inflamasi
Bendungan splenomegali
Hiperplasia splenomegali
PENATALAKSANAAN
a. Thalasemia β Minor
Tampilan klinis normal. Hepatomegali dan
spenomegali ditemukan sedikit pada penderita.
b. Thalasemia β Mayor
Biasanya ditemukan pada anak berusia 6 bulan sampai
dengan 2 tahun dengan klinis anemia berat, bila anak
tersebut tidak diobati dengan hipertransfusi akan
terjadi peningkatan hepatosplenomegali, ikterus,
perubahan tulang yang nyata karena rongga sumsum
tulang mengalami ekspansi akibat hiperplasia eritroid
yang ekstrim.
c. Thalasemia β Intermedia
Gambaran klinik bervariasi dari bentuk
ringan, walaupun anemia sedang, sampai
dengan anemia berat yang tidak dapat
mentoleransi aktivitas berat dan fraktur
patologik.
d. Thalasemia α
Sindrom ini menunjukkan tampilan klinis
normal, anemia ringan dengan peningkatan
eritrosit yang mikrositik hipokrom.
LABORATORIUM
1. Thalasemia β Minor
- anemia hemolitik ringan (asimtomatik)
- HB 10-13 g% dengan jumlah eritrosit normal atau
sedikit meninggi.
- Darah tepi menunjukka gambaran mikrositik
Hipokrom, poikilositosis.
- sumsum tulang menunjukkan hiperplasia eritroid
ringan sampai sedang.
- umumnya kadar HBA tinggi (3,5-8%)
- kadar HBF bbiasanya antar 1-5%.
2. Thalasemia β Mayor
- Kadar Hb rendah mencapai 3 atau 4 g%.
- Eritrosit hipokrom.
- Pada darah tepi ditemukan eritrosit stippled dan
banyak sel eritosit bernukleus.
- MCV antara 50-60 fL
- sel darah merah khas berukuran besar dan sangat
tipis.
- hitung retikulosit berkisar 1%-8%.
- besi serum sangat meningkat tetapi TIBC normal
atau sedikit meningkat.
- ferritin serum biasanya meningkat.
3. Thalasemia β Intermedia
- Morfologi darah tepi menyerupai thalasemia
mayor
- elektroforesis Hb dapat menunjukkan HbF 2-
100%, HbA sampai 7% dan HbA 0-80%.
4. Thalasemia α
Tidak ditemukan kelainan hematologis.
PENATALAKSANAAN
a. Transfusi
Pengobatan paling umum pada penderita
Thalasemia adalah transfusi komponen sel darah
merah. Transfusi bertujuan untuk menyuplai sel darah
merah sehat bagi penderita. Transfusi darah yang
teratur perlu dilakukan untuk mempertahankan
hemoglobin penderita diatas 10 g/dL setiap saat. Hal
ini biasanya membutuhkan 2–3 unit tiap 4–6
minggu.21 Keadaan ini akan mengurangi kegiatan
hemopoesis yang berlebihan di dalam sum-sum tulang
dan juga mengurangi absorbsi Fe di traktus digestivus,
serta dapat mempertahankan pertumbuhan dan
perkembangan penderita.
b. Medikamentosa.
Pemberian ironchelatingagent(desferoxamine)
diberikan setelah kadar feritin serum sudah
mencapai 1000mg/l atau saturasi transferin lebih
dari 50%, atau sekitar 10–20 kali transfusi darah.
Desferoxamine, dosis 25–50 mg/kg berat
badan/hari subkutan melalui pompa infus dalam
waktu 8–12 jam dengan minimal selama 5 hari
berturut-turut setiap selesai transfusi darah.
ANEMIA PENYAKIT KRONIS
Anemia penyakit kronis merupakan bentuk anemia
derajat ringan sampai sedang yang terjadi akibat:
infeksi kronis, peradangan, trauma dan penyakit
neoplastik yang telah berlangsung 1–2 bulan dan
tidak disertai penyakit hati, ginjal dan endokrin.
Jenis anemia ini ditandai dengan kelainan
metabolisme besi, sehingga terjadi hipoferemia dan
penumpukan besi di makrofag.
ETIOLOGI & PATOGENESIS
2 Penghancuran eritrosit
Beberapa penelitian menyebutkan bahwa masa hidup eritrosit pada sekitar 20-30%
pasien. Defek ini terjadi di ekstrakorpuskular, karena bila eritrosit pasien
ditransfusikan ke resipien normal , maka dapat hidup normal. Aktivasi makrofag
oleh sitokin menyebabkan peningkatan daya fagosistosis makrofag dan sebagai
bagian dari filter limpa kurang toleran terhadap perubahan ataukerusakan minor
dari eritrosit.
3. Produksi Eritrosit
Ganguan metabolisme zat besi. Kadar besi yang rendah meskipun cadangan besi
cukup menujjukkan adanya ganguan metabolism zat besi pada penyakit kronis. Hal
ini memberikan konsep bahwa anemia disebabkan karena penurunan kemampuan
Fe dalam sintesis Hb. Penelitian akhir menunjukkan parameter Fe yang tergangu
mungkin lebih penting untuk diagnosis daripada pathogenesis anemia tersebut
GEJALA KLINIS
a. Diagnosis
Meskipun banyak pasien dengan infeksi kronik,
inflamasi dan keganasan menderita anemia,
anemia tersebut disebut anemia pada penyakit
kronis hanya jika anemia sedang, selularitas
sumsum tulang normal, kadar besi serum dan TIBC
rendah, kadar besi dalam makrofag dalam sumsum
tulang normal atau meningkat, serta feritin serum
yang meningkat.
b. Diagnosis Banding
Beberapa penyebab anemia berikut ini merupakan
diagnosis banding atau mengaburkan diagnosis
anemia pada penyakit kronis :
- Anemia delusional
- Drug Induced marrow suppression atau drug
induced hemolysis
- Perdarahan kronis
- Thalasemia minor
- Gangguan ginjal
- Metastasis pada sumsum tulang
PENATALAKSANAAN