Anda di halaman 1dari 20

WANITA

DITEMPAT kERJA

Hendrix Pracoyo
Miftah Nurliana
Muhammad Rizal
T.M. Awaluzzikri
 PENGERTIAN WANITA DI TEMPAT KERJA

 Menurut Kardamo adalah wanitayang kerja mengandalkan
kemampuan dan keahlian untuk menghasilkan uang agar dpt
memenuhi kebutuhan hidup. Pekerjaan diluar rumah adalah
orang yang bekerja diluar rumah dengan memperoleh imbalan
upah dianggap pekerja dank arena mendapat penghargaan sosial
lebih tinggi dibandingkan pekerjaan rumah tangga.
 Pekerjaan di dalam rumah adalah seseorang yang bekerja untuk
mengurus rumah tangga dan memelihara anak, telah diberi nilai
sebagai penganggur dan dianggap sebagai bukan pekerja.

 JENIS-JENIS PEKERJAAN WANITA

1. Full time worker : jenis pekerjaan yang biasa dilakukan oleh


para wanita secara penuh seharian.
Misal bekerja dikantor, pabrik, pekerja lapangan.
2. Half time worker : jenis pekerjaan yang dilakukan oleh para
wanita secara part time( setengah hari) jenis pekerjaan ini
contohnya: pelayan restoran, SPG, dll.
3. Freelance : jenis pekerjaan yang fleksibel dalam hal waktu
bekerja, pekerjaan ini tidak menentukan waktu bekerja yang
spesifik
 FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KERJA WANITA

1. Teknologi :
mempengaruhi kondisi kesehatan pekerja

2. Kebijakan produksi :
menyebabkan rendahnya kualitas kesehatan pekerja wanita, missal:
diberlakukannya jam kerja yang panjang, penetapan kuota serta
ditetapkan shift kerja.

3. Lingkungan kerja, misalnya:


buruknya ventilasi, jumlah tempat duduk yang tidak memadai, kadar
suara dan debu yang berlebihan, penerangan yang buruk, fasilitas
sanitasi yang tidak memadai.
 PERATURAN DAN KEBIJAKAN

 Ada 47 jenis aturan dibawah Depnaker dan 6 aturan dibawah
departemen perkembangan dan energy antara lain menyakut hak2
reproduksi.
 UU No. 1 / 1951
 Pasal 13 ayat 1 : pekerja perempuan tidak boleh diwajibkan pada hari
pertama haid dan kedua haid.
 Pasal 13 ayat 2 : pekerja wanita harus diberi cuti selama 1 ½ bulan
sebelum melahirkan dan 1½ bulan setelah melahirkan / keguguran.
 Peralatan dan fasilitas kerja :
 masker, penutup kepala, celemek, sarung tangan karet, penutup
telinga.

 KASUS & KECELAKAAN KERJA
PEREMPUAN

1. Kelelahan kerja
2. Keracunan
3. Gangguan pernafasaan, pendengaran, dan
penglihatan
4. Kesehatan reproduksi
5. Kesehatan psikis
6.
7.
 Masalah Pada Wanita Di Tempat Kerja

 Masalah yang terjadi berupa kekerasan. NIOSH
(national Institude Of Occupational Safety and
Health) = lembaga nasional kesehatan dan
keselamatan kerja Amerika Serikat mendefenisikan
kekerasan di tempat kerja sebagai tindak kekerasan
(termasuk ancaman, kekerasan fisik, kekerasan
seksual, kekerasan psikologi dan kekerasan
ekonomi) yang ditujukan kepada seseorang yang
sedang bekerja atau sedang bertugas.

 Kekerasan di tempat kerja digolongkan menjadi beberapa kategori :

1. Tipe1 : kekerasan yang dilakukan oleh penjahat yang tidak
memiliki hubungan dengan tempat kerja yang bertujuan untuk
melakukan perampokan atau kejahatan lainnya.
2. Tipe 2 : kekerasan pada pekerja oleh pelanggaran klien,
pasien, murid, atau pun oleh orang yang diberikan jasanya oleh
perusahaan.
3. Tipe 3 : kekerasan yang dilakukan oleh sesama pekerja,
supervisor atau manager yang masih bekerja ataupun mantan pekerja.
4. Tipe 4 : kekerasan yang dilakukan di tempat pekerja oleh orang
yang tidak bekerja disana, namun mempunyai hubungan dengan
pemberi kerja, seperti kerabat dan teman yang suka mnyiksa.
 Bentuk-bentuk kekerasan :

1. kekerasan fisik
2. kekerasan seksual
3. kekerasan psikologi
4. kekerasan ekonomi
 Wanita bekerja tentu bukan semata-mata karena alasan
faktor ekonomi keluarga yang demikian sulit, sehingga
harus dapat menutup segala kekurangan dalam
pemenuhan kebutuhan hidup keluarga.
 Berbagai motivasi wanita untuk bekerja :

1. Suami tidak bekerja/ pendapatannya kurang
2. Ingin mencari uang sendiri
3. Mengisi waktu luang
4. Mencari pengalaman
5. Mengaktualisai diri
6. Ingin berperan serta dalam ekonomi keluarga
7.
 Upaya Mengatasi Masalah Wanita Di Tempat
Kerja

1. Layanan Yang Disediakan Oleh Masyarakat
 Organisasi pengada layanan crisis center sebagai
tempat yang dapat menerima pengaduan dan
melayani kebutuhankorban untuk mendapatkan
dampingan psikologik atau jasa mendampingi atau
menemani manakala para korban perlu ke rumah
sakir untuk mendapatkan perawatan medik atau ke
kantor polisi untuk melaporkan kejadian yang
dialaminya.
2. Layanan Bebasis Komunitas
Adalah layanan yang dilakukan oleh individu
atau organisasi secara langsung di dalam
komunitas. Kekuatan dari layanan berbasis
komunitas ini berupaya untuk memperkuat
posisi korbanjuga untuk mencoba membangun
kekuatan komunitas untuk dapat menangani
perkara kekerasan terhadap wanita karena
layanan bersifat proaktif sehingga lebih
fleksibel.

3. Layanan Berbasis Rumah Sakit
Ruang pelayanan khusus merupakan suatu
tempat pelayanan bagi wanita korban
kekerasan yang berada dalam organisasi
kepolisian berupa ruangan tetutup dan
nyaman di kesatuan polri diaman wanita dan
anak korban kekerasan dapat melaporkan
kasusnya dengan aman kepada polisi.

 Pandangan islam terhadap wanita yang Bekerja

1. Pertama: Islam adalah syariat yang diturunkan oleh Allah


Sang Pencipta Manusia, hanya Dia-lah yang maha
mengetahui seluk beluk ciptaan-Nya. Hanya Dia yang
maha tahu mana yang baik dan memperbaiki hamba-Nya,
serta mana yang buruk dan membahayakan mereka. Oleh
karena itu, Islam menjadi aturan hidup manusia yang
paling baik, paling lengkap dan paling mulia, Hanya Islam
yang bisa mengantarkan manusia menuju kebaikan,
kemajuan, dan kebahagiaan dunia akhirat.
2. Kedua: Islam menjadikan lelaki sebagai kepala
keluarga, di pundaknya lah tanggung jawab
utama lahir batin keluarga. Islam juga sangat
proporsional dalam membagi tugas rumah
tangga, kepala keluarga diberikan tugas utama
untuk menyelesaikan segala urusan di luar
rumah, sedang sang ibu memiliki tugas utama
yang mulia, yakni mengurusi segala urusan
dalam rumah.
3. Ketiga: Bolehkah wanita bekerja?
 Memang bekerja adalah kewajiban seorang suami
sebagai kepala rumah tangga, tapi Islam juga tidak
melarang wanita untuk bekerja. Wanita boleh
bekerja, jika memenuhi syarat-syaratnya dan tidak
mengandung hal-hal yang dilarang oleh syari’at.
 Syaikh Abdul Aziz Bin Baz mengatakan: “Islam
tidak melarang wanita untuk bekerja dan bisnis,
karena Alloh jalla wa’ala mensyariatkan dan
memerintahkan hambanya untuk bekerja
4. Keempat: Ada hal-hal yang perlu diperhatikan, jika
istri ingin bekerja, diantaranya:

 Pekerjaannya tidak mengganggu kewajiban utamanya
dalam urusan dalam rumah, karena mengurus rumah adalah
pekerjaan wajibnya, sedang pekerjaan luarnya bukan
kewajiban baginya, dan sesuatu yang wajib tidak boleh
dikalahkan oleh sesuatu yang tidak wajib.
 Harus dengan izin suaminya, karena istri wajib mentaati
suaminya.
 Menerapkan adab-adab islami, seperti: Menjaga
pandangan, memakai hijab syar’i, tidak memakai
wewangian, tidak melembutkan suaranya kepada pria yang
bukan mahrom, dll.
 Pekerjaannya sesuai dengan tabi’at wanita, seperti:
mengajar, dokter, perawat, penulis artikel, buku, dll.
 Tidak ada ikhtilat di lingkungan kerjanya. Hendaklah ia
mencari lingkungan kerja yang khusus wanita, misalnya:
Sekolah wanita, perkumpulan wanita, kursus wanita, dll.
 Hendaklah mencari dulu pekerjaan yang bisa dikerjakan di
dalam rumah. Jika tidak ada, baru cari pekerjaan luar rumah
yang khusus di kalangan wanita. Jika tidak ada, maka ia
tidak boleh cari pekerjaan luar rumah yang campur antara
pria dan wanita, kecuali jika keadaannya darurat atau
keadaan sangat mendesak sekali, misalnya suami tidak
mampu mencukupi kehidupan keluarganya, atau suaminya
sakit, dll.

Terakhir: Kadang terbetik dalam benak kita,
mengapa Islam terkesan mengekang wanita?!
 Inilah doktrin yang selama ini sering dijejalkan
para musuh Islam, mereka menyuarakan
pembebasan wanita, padahal dibalik itu mereka
ingin menjadikan para wanita sebagai obyek
nafsunya, mereka ingin bebas menikmati keindahan
wanita, dengan lebih dahulu menurunkan
martabatnya, mereka ingin merusak wanita yang
teguh dengan agamanya agar mau
mempertontonkan auratnya, sebagaimana mereka
telah merusak kaum wanita mereka.

Anda mungkin juga menyukai