IDENTITAS PASIEN
• Nama : Tn. R
• Umur : 57 tahun
• Jenis kelamin : laki - laki
• Pekerjaan : dosen/pelatih
• Agama : Islam
• Alamat : Gamping
• No RM : ---421
• Tanggal pemeriksaan : 16 November 2017
2
ANAMNESIS
RESPIRASI 20x/menit
SUHU 36.5 oC
PEMERIKSAAN STATUS OPHTALMIK
Occuli Dekstra Pemeriksaan Occuli Sinistra
Ptosis (-), Oedema (-), hiperemis (- Palpebra dan Ptosis (-), Oedema (-), hiperemis (-),
), Trikiasis (-), distrikiasis (-) bulu mata Trikiasis (+), distrikiasis (-)
Hiperemis (-),papil (-), Litiasis (-) Hiperemis (-), papil (-), Litiasis (-)
Injeksi Silier (-), Injeksi Konjungtiva Injeksi Silier (-), Injeksi Konjungtiva (-),
(-), jaringan fibrovaskular bentuk Konjungtiva jaringan fibrovaskular bentuk segitiga
segitiga >2mm dalam kornea (+), belum masuk kornea (+), benda asing
benda asing (-) (-)
Jernih (+), oedema (-), benda asing
Kornea jernih (+), oedema (-) benda asing (-)
(-) jaringan fibrovaskular (+)
dalam, jernih COA dalam, jernih
Warna cokelat gelap, sinekia (-) Iris Warna cokelat gelap, sinekia (-),
Bulat, isokor, tepi reguler, reflek Bulat, isokor, tepi reguler, reflek cahaya
Pupil
cahaya (+) (+)
PEMERIKSAAN STATUS OPHTALMIK
Occuli Dextra Pemeriksaan Occuli Sinistra
9
PTERIGIUM
DIAGNOSIS TERAPI
OD Pterigium Grade III, • Tetes mata refresh tears
OS pterigium grade I • Tetes mata kortikosteroid (untuk
terapi jangka pendek jika keluhan
iritasi sangat berat
• Rujuk untuk Ekstirpasi pada mata
kanan
PTERIGIUM
ANATOMI KONJUNGTIVA
• Konjungtiva Palpebralis: terdiri dari konjungtiva marginal, konjungtiva tarsal dan konjungtiva orbital
• Konjungtiva Forniks: peralihan antara konjungtiva palpebra dan konjungtiva bulbaris.
• Konjungtiva Bulbaris: melekat longgar pada sklera dan melekat lebih erat pada limbus
13
ANATOMI
KONJUNGTIVA
Arteri yang memperdarahi konjungtiva berasal dari tiga sumber yakni arkade arteri
perifer palpebra, arkade arteri marginal kelopak mata, dan arteri ciliaris anterior.
14
HISTOLOGI KONJUNGTIVA
Konjungtiva terdiri dari tiga lapisan yakni:
1. Epitel
• Konjungtiva marginal: 5 lapis epitel
squamos berlapis
• Konjungtiva tarsal: 2 lapis (superfisial: sel
silindris, lapisan dalam: sel- sel datar
• Konjungtiva forniks dan bulbaris :
(superfisial: sel- sel silinder, tengah: sel
polihedral, dalam: sel kuboid)
• Limbus konjungtiva: 5 s/d 6 lapis epitel
squamos berlapis
0 2. Lapisan adenoid (banyak sel limfoid)
0 3. Lapisan fibrosa (mengandung pembuluh
darah dan saraf)
15
PTERIGIUM
Pterigium merupakan suatu pertumbuhan jaringan
fibrovaskular pada konjungtiva dan tumbuh menginfiltrasi
permukaan kornea bersifat degenaratif dan invasif.
Pterigium berbentuk segitiga dengan puncak
menghadap ke sentral kornea dan Pertumbuhan biasanya
terletak pada celah kelopak bagian nasal ataupun
temporal konjugtiva yang meluas kebagian sentral/kornea
EPIDEMIOLOGI
Pterigium tersebar di seluruh dunia, tetapi lebih banyak di
daerah iklim panas dan kering. Prevalensi juga tinggi di daerah
berdebu dan kering. Insiden pterigium cukup tinggi di Indonesia
yang terletak di daerah ekuator, yaitu 22%.
Pria lebih berisiko 2x lipat terkenan pterigium dibanding wanita
dengan prevalensi tertinggi terjadi diatas umur 40 tahun.
17
ETIOLOGI
Hingga saat ini etiologi pasti dari pterigium masih beelum
diketahui dengan pasti dan diduga merupakan suatu neoplasma,
radang, dan generasi, namun beberapa faktor risiko yang terkait
pterigium adalah
• Paparan ultraviolet
• Mikrotrauma kronis pada mata
• Infeksi Mikroba
• Menurunnya fungsi lakrimal
• Konjungtivitis kronis
• Defisiensi vit A
18
GEJALA KLINIS
Gejala klinis pada tahap awal biasanya ringan bahkan sering tanpa keluhan
sama sekali.
Beberapa keluhan yang sering dialami pasien seperti:
mata sering berair
riwayat mata merah berulang
merasa seperti ada benda asing
dapat timbul astigmatisme akibat kornea tertarik
pada pterigium lanjut stadium 3 dan 4 dapat menutupi pupil dan aksis visual
sehingga tajam penglihatan menurun.
19
PATOFISIOLOGI PTERIGIUM
PAPARAN SINAR MATAHARI
Regulasi Mengeluarkan
Jaringan
kolagen, substrat untuk
subepitelial
migrasi sel, pertumbuhan
UV-B fibrovaskular
angiogenesis pterigium
Degenarasi Menembus
GEN P53 yang elastoid & kornea
terdapat di stem > Sitokin (TGF-
proliferasi jar. (kerusakan
sel basal di limbus β ,VEGF)
Granulasi membran
fibrovaskular bowman)
20
derajat PTERIGIUM (BERDASARKAN
STADIUM)
21
derajat PTERIGIUM (BERDASARKAN TIPE)
TIPE 1 TIPE 2 TIPE 3
• Pterigium kecil • Disebut juga pterigium • Bentuk paling berat
• Lesi terbatas pada tipe primer advanced • Pterigium primer atau
limbus atau menginvasi atau pterigium rekuren rekuren dengan
kornea pada tepinya tanpa keterlibatan zona keterlibatan zona optic
saja (<2 mm dari optic • Lesi mengenai kornea >
kornea) • Lesi menutupi kornea 4mm dan menganggu
• Stocker’s line s/d 4 mm aksis visual
• Sifatnya asimptomatis • Didapatkan adanya • Jaringan fibrosis
ataupun infalamasi kapiler- kapiler yang subkonjungtiva yang
ringan membesar meluas ke forniks dapat
• Berpengaruh pada tear menganggu
film dan menimbulkan pergelarakan bola mata
astigmatismat dan kebutaan
22
derajat PTERIGIUM
Berdasarkan terlihatnya Berdasarkan perjalanan
Berdasarkan lesinya pembuluh darah di episklera penyakit
KETERANGAN
24
PENEGAKKAN DIAGNOSIS
A. ANAMNESIS
• Identitas pasien
• riwayat banyak bekerja diluar ruangan pada daerah dengan pajanan sinar matahari yang
tinggi, serta dapat pula ditanyakan riwayat trauma sebelumnya.
• Pada anamnesis didapatkan adanya keluhan penderita seperti mata merah, gatal, mata
sering berair, gangguan penglihatan. Selain itu perlu juga ditanyakan adanya riwayat mata
merah berulang, serta dapat pula ditanyakan riwayat trauma sebelumnya.
B. PEMERIKSAAN FISIK
• Pada inspeksi pterigium terlihat sebagai jaringan fibrovaskular pada permukaan
konjungtiva. Pterigium dapat memberikan gambaran yang vaskular dan tebal tetapi ada
juga pterigium yang avaskular dan flat.
• Pterigium paling sering ditemukan pada konjungtiva nasal dan berekstensi ke kornea
nasal, tetapi dapat pula ditemukan pterigium pada daerah temporal.
• Pemeriksaan tajam penglihatan
PENEGAKKAN DIAGNOSIS
C. Pemeriksaan Penunjang
• Pemeriksaan tambahan yang dapat
dilakukan pada pterigium adalah
topografi kornea untuk menilai seberapa
besar komplikasi berupa astigmatisme
ireguler yang disebabkan oleh pterigium.
Pterigium Pseudopterigium Pinguekulum OSSN
Reaksi tubuh
Iritasi atau kualitas
penyembuhan dari Dispalsia epitel sel
Sebab Proses degeneratif higienitas air yang
luka bakar, GO, squamous
kurang.
DIFFERENTIAL
DIAGNOSIS
difteri,dll.
Tidak dapat
Dapat dimasukkan
Sonde dimasukkan -
dibawahnya -
dibawahnya
merupakan perlekatan konjungtiva dengan kornea yang cacat akibat ulkus. Sering
terjadi saat proses penyembuhan dari ulkus kornea, dimana konjungtiva tertarik
dan menutupi kornea. Pseudopterigium dapat ditemukan dimana saja bukan
hanya pada fissura palpebra seperti halnya pada pterigium. Pada
pseudopterigium juga dapat diselipkan sonde di bawahnya sedangkan pada
pterigium tidak.
PINGUEKULUM
dysplasia, pre-invasif dan lesi epitel squamous malignan pada konjunctiva dan
kornea. OSSN biasanya tampak seperti lesi conjunctiva yang meninggi yang
terlihat dekat limbus, berwarna putih keabuan dengan karekteristk berkas
dari pembuluh dara pada fissure intrapalpebral.
PENATALAKSANAAN PTERIGIUM
0 Penatalaksanaan Indikasi operasi
31
KOMPETENSI DOKTER UMUM
Kompetensi pterigum untuk dokter umum 3a: Bukan
kasus gawat darurat
PROGNOSIS
Penglihatan dan kosmetik pasien setelah dieksisi adalah
baik.
TERIMAKASIH