Anda di halaman 1dari 55

Gambaran kualitas Tidur Pada pekerja

Wanita Unit Core Repair PT.Katigan


Timber Celebes Makassar

Dwiwahyu Ningsih
Latar Belakang
Pada saat ini, terdapat berbagai macam
industri yang didirikan untuk memenuhi kebutuhan
hidup manusia dan meningkatkan perekonomian
suatu negara.
Industri tersebut banyak mempekerjakan
tenaga kerja baik laki-laki maupun wanita pada setiap
proses produksinya.
Permasalahan yang sering timbul yaitu seperti
kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Selanjutnya,
baik kecelakaan maupun penyakit akibat kerja
tersebut dapat mempengaruhi produktifitas,
profitabilitas, dan mengancam kelangsungan tempat
kerja.
Kecelakaan maupun penyakit akibat kerja
dapat disebabkan oleh banyak faktor yang saling
berkaitan, salah satunya adalah kualitas tidur.
Tidur secara kuantitas menunjukkan durasi
atau lamanya tidur, sedangkan secara kualitas
menunjukkan kedalaman tidur. Diketahui bahwa
pemenuhan kebutuhan tidur seseorang tidak
bergantung pada kuantitasnya, melainkan lebih
kepada kualitasnya.
Seseorang yang mendapatkan kualitas tidur
yang baik ditandai dengan tidur yang tenang,
merasa segar pada pagi hari, dan merasa
bersemangat untuk melakukan aktivitas (Craven
dan Hirnle, 2000).
Pada beberapa penelitian yang telah
dilakukan sebelumnya, diketahui bahwa dampak
gangguan tidur pada pekerja wanita lebih
berpengaruh bila dibandingkan dengan pekerja
laki-laki.
Hal ini dapat disebabkan oleh perbedaan
faktor fisiologis dan psikologis antara laki-laki dan
wanita. Secara alamiah wanita juga membutuhkan
waktu tidur yang lebih lama dan lebih mudah
mengalami kelelahan dibandingkan dengan laki-laki
(Oginska dan Pokorskri, 2006).
Adapun faktor lain yang juga berpengaruh
terhadap kualitas tidur pada pekerja: faktor
psikologis, adanya shift kerja, aktivitas fisik yang
berat, riwayat penyakit dan konsumsi obat-obatan.
Gangguan terhadap kualitas tidur
merupakan permasalahan yang paling sering
dialami oleh pekerja . Perlu dilakukan penelitian
yang difokuskan untuk meneliti kualitas tidur
pada pekerja wanita. Dengan demikian, dapat
diketahui faktor pencetus yang mempengaruhi
kualitas tidur pada pekerja wanita. Berdasarkan
permasalahan tersebut, peneliti merasa tertarik
untuk melakukan penelitian yang berjudul
gambaran kualitas tidur pada pekerja wanita di
PT. Katingan Timber Celebes.
Dari berbagai industri yang ada, jenis
industri yang paling banyak menerapkan sistem
shift kerja adalah industri manufaktur. PT. Katingan
Timber Celebes merupakan perusahaan yang
bergerak di bidang produksi bahan mentah yang
beroperasi selama 24 jam, yang berlokasi di
Parangloe, Makassar dan turut mempekerjakan
pekerja wanita pada seluruh jenis shift kerjanya.
Proses produksi yang dijalankan perusahaan
tersebut adalah proses pengolahan kayu lapis.
Rumusan Masalah
 Bagaimana gambaran kualitas tidur pada
pekerja wanita unit core repair PT. Katingan
Timber Celebes Makassar ?

Tujuan Penelitian
 1. Tujuan Umum
 Mengetahui gambaran kualitas tidur pada
pekerja wanita unit core repair PT. Katingan
Timber Celebes Makassar ?
Tujuan Khusus

1. Mengetahui kualitas tidur subjektif pada pekerja wanita


unit core repair PT. Katingan Timber Celebes Makassar.
2. Mengetahui latensi tidur pada pekerja wanita unit core
repair PT. Katingan Timber Celebes Makassar.
3. Mengetahui durasi tidur pada pekerja wanita unit core
repair PT. Katingan Timber Celebes Makassar.
4. Mengetahui efisiensi tidur pada pekerja wanita unit core
repair PT. Katingan Timber Celebes Makassar.
5. Mengetahui gangguan tidur pada pekerja wanita unit core
repair PT. Katingan Timber Celebes Makassar.
6. Mengetahui penggunaan obat tidur pada pekerja wanita
unit core repair PT. Katingan Timber Celebes Makassar.
7. Mengetahui disfungsi di siang hari pada pekerja wanita
unit core repair PT. Katingan Timber Celebes Makassar.
8. Mengetahui gambaran kualitas tidur berdasarkan
karakteristik responden
Manfaat Penelitian
1. Penelitian ini dapat menjadi sumber
informasi bagi pekerja, sehingga pekerja
dapat mengetahui dan meningkatkan
kualtas tidurnya.
2. Penelitian ini dapat menjadi sumber
informasi bagi peneliti selanjutnya terkait
dengan gambaran kualitas tidur pada
pekerja khususnya pekerja wanita, juga
dapat menjadi referensi bagi peneliti yang
ingin melakukan penelitian serupa maupun
yang ingin mengembangkan penelitian.
TINJAUAN PUSTAKA
Kualitas Tidur
1. Definisi Kualitas Tidur
Sagian (2014) mendefinisikan kualitas
tidur sebagai kepuasan seseorang terhadap
tidurnya. Menurut Mutfiani (2012), kualitas tidur
merupakan kemampuan individu untuk tidur dan
memperoleh jumlah istirahat sesuai dengan
kebutuhannya.
Menurut Dariah dan Okatiranti (2015)
kualitas tidur adalah jumlah tahapan NREM dan
REM yang dialami seseorang dalam siklus
tidurnya secara normal.
Kualitas tidur dapat dilihat melalui tujuh
komponen, yaitu:

1. Kualitas tidur subjektif


2. Latensi Tidur
3. Durasi Tidur
4. Efisiensi tidur
5. Gangguan tidur
6. Penggunaan obat tidur
7. Disfungsi siang hari
Kualitas tidur subjektif
Kualitas tidur subjektifmerupakan penilaian diri
sendiri terkait kualitas tidur yang dimiliki hingga
dapat memenuhi kebutuhan tidurnya.
Latensi tidur
Latensi tidur merupakan durasi seseorang
mulai dari berangkat tidur hingga tertidur. Seseorang
dikatakan tidak mengalami gangguan dalam tidur
jika memiliki latensi tidur kurang dari 15 menit.
Durasi tidur
Durasi merupakan waktu yang dibutuhkan
seseorang dari mulai tidur hingga terbangun. Waktu
tidur yang dianjurkan oleh National Sleep
Foundation untuk usia dewasa yaitu 7-9 jam setiap
malam.
Efisiensi tidur
Efisiensi tidur merupakan rasio presentase
antara jumlah total jam tidur yang sebenarnya
dengan lama waktu di atas tempat tidur sebelum
seseorang tersebut benar-benar tertidur.

Gangguan tidur
 Gangguan tidur merupakan terputusnya pola
tidur-bangun yang menyebabkan penurunan
kualitas tidur. Gangguan tidur dapat ditegakkan
apabila kejadian tersebut terjadi selama 2 minggu
atau lebih.
Penggunaan obat tidur
Penggunaan obat tidur yang mengandung
sedatif dapat menandakan seberapa berat
gangguan tidur yang dialami, karena penggunaan
obat tidur digunakan jika seseorang tersebut
mengalami gangguan berat pada pola tidurnya.

Gangguan fungsi tubuh di siang hari


Adanya gangguan pada kegiatan sehari-hari
diakibatkan karena perasaan mengantuk,
berkurangnya konsentrasi, kelelahan, distress dan
depresi yang terjadi akibat kurangnya waktu tidur.
Pengukuran Kualitas Tidur
Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI)
merupakan kuisioner untuk menilai kualitas tidur
dalam waktu satu bulan. PSQI memiliki 18
pertanyaan dengan waktu pengisian 5-10 menit
yang terbagi ke dalam 7 komponen, penilaian
PSQI menggunakan skala Likert dan pertanyaan
terbuka.
Fisiologi tidur
merupakan suatu pengaturan kegiatan tidur yang
melibatkan hubungan mekanisme serebral secara
bergantian agar mengaktifkan dan menekan pusat otak
untuk dapat tidur dan bangun (Uliyah dan Hidayat, 2008).
Fisiologis tidur dapat diketahui dengan
menggunakan polysomnography (PSG). PSG merupakan
seperangkat alat yang mampu menganalisis peristiwa
yang terjadi di dalam tubuh selama proses tidur
berlangsung (Prasadja, 2009).
Fisiologi tidur juga dikendalikan oleh sistem
Reticular Activating System (RAS) dan Bulbar
Synchronizing Region (BSR). Seseorang terbangun akibat
neuron dalam sistem RAS yang melepaskan katekolamin
seperti norepinefrin dan pada saat tidur terjadi pelepasan
serum serotonin dari sel BSR (Uliyah dan Hidayat, 2008).
Irama sirkadian
Dalam keadaan normal, irama sirkadian
berfungsi mengatur siklus biologi irama tidur
bangun dimana sepertiga waktu untuk tidur dan
dua pertiga untuk bangun atau beraktivitas
(Saftarina dan Hasanah, 2014).
Siklus irama sirkadian dapat mengalami
pergeseran. Jika siklus tidur bangun mengalami
perubahan, maka akan menghasilkan kualitas tidur
yang buruk.
Irama sirkadian sangat erat kaitannya
dengan gangguan tidur serta keluhan-keluhan yang
ditimbulkan dengan gangguan tidur.
Irama sirkadian
Proses tidur diatur
oleh mekanisme alamiah
yang disebut dengan irama
sirkadian atau circadian
rhythm. Irama sirkadian
merupakan siklus yang
berlangsung selama 24 jam,
dimana bermacam-macam
fungsi tubuh mengalami
fluktuasi (Hidayat, 2011).
Irama sirkadian terletak di Supra Chiasmatic
Nucleus (SCN) yang berada tepat di atas
persilangan saraf mata, sehingga pengaturan jam
biologis sangat peka terhadap perubahan cahaya
(Prasadja, 2009).
Oleh karena itu, ketika cahaya mulai
meredup tubuh secara otomatis akan
mempersiapkan diri untuk tidur. Jika sudah
memasuki waktu dimana tubuh harus tidur namun
cahaya dalam ruangan sangat terang, maka tubuh
akan melawan perintah untuk tidur.
Melatonin merupakan hormon yang mengatur
irama sirkadian (Sumirta dan Laraswati, 2014).
Ketika tidur, tubuh akan meningkatkan kadar
melatonin dan menjaga agar kadar melatonin tetap
tinggi sepanjang malam, dimana hormon melatonin
sangat berperan dalam proses tidur dan kualitas
tidur seseorang (Potter dan Perry, 2005).
Hormon melatonin juga sangat peka terhadap
cahaya. Cahaya dapat menghambat dan
menurunkan kadar hormon tersebut. Dengan
demikian, dapat disimpulkan bahwa cahaya dapat
menghambat mekanisme irama sirkadian (jam
biologis) (Prasadja, 2009).
Tahapan siklus tidur
yaitu tahap Non Rapid Eye Movement (NREM)
yang terdiri dari 4 tahap dan tahapan Rapid Eye
Movement (REM).

Non Rapid Eye Movement (NREM)


Nonrapid Eye Movement disebut dengan tidur
gelombang lambat atau slow wave sleep. Jenis tidur ini
dikenal dengan tidur yang dalam, istirahat penuh,
gelombang otak yang lambat, atau juga dikenal
dengan tidur nyenyak.
Tidur NREM terdiri dari 4 tahap yaitu:
Tahap I
Tahap I merupakan tahap transisi antara bangun
dan tidur yang ditandai dengan adanya gelombang
teta dengan frekuensi lebih lambat dan amplitudo lebih
besar dari gelombang alfa.
Ciri tidur seseorang pada tahap 1 sebagai
berikut: rileks, masih sadar dengan lingkungan,
merasa mengantuk, bola mata bergerak dari samping
ke samping, frekuensi nadi dan napas sedikit
menurun, serta dapat bangun segera selama tahap ini
berlangsung sekitar 5 menit.
Tahap II
Tahap II merupakan tahapan tidur yang lebih
dalam dari kualitas tidur pada tahap I, dengan
gelombang 20 teta yang lebih lambat dengan
gelombang yang berbentuk sangat tajam yang disebut
sleep spindles.
Tahap II merupakan tahap tidur ringan dan
proses tubuh terus menurun dengan ciri sebagai
berikut: mata menetap, denyut jantung dan frekuensi
napas menurun, temperatur tubuh menurun,
metabolisme menurun, serta berlangsung pendek dan
berakhir 10-15 menit.
Tahap III
Pada tahap III ditandai dengan adanya gelombang
delta sebesar 50 persen dengan ciri sebagai berikut:
denyut nadi, frekuensi napas, dan proses tubuh lainnya
melambat. Hal ini disebabkan oleh adanya dominasi
sistem saraf parasimpatis sehingga sulit untuk bangun.

Tahap IV
Tahap ini ditandai dengan adanya gelombang delta
sebesar 50%, tidur delta merupakan tidur yang paling
lelap, ketika seseorang dibangunkan pada tahap ini
biasanya seseorang tersebut akan bingung dan
kehilangan orientasi.
Tahap IV mempunyai ciri yaitu kecepatan jantung
dan pernapasan turun, jarang bergerak, sulit
dibangunkan, gerak bola mata cepat, sekresi lambung
menurun dan tonus otot menurun.
Tidur Rapid Eye Movement (REM)
Tidur REM merupakan tahap aktif dari tidur dan
mimpi sering terjadi pada tahap ini. Saat tidur REM, jika
dilihat melalui alat EEG menunjukkan gelombang cepat
mirip dengan gelombang ketika seseorang dalam
keadaan rileks dan bola mata saat tidur bergerak naik
turun kanan dan kiri.
Tidur REM dapat berlangsung pada tidur malam
yang terjadi selama 5-20 menit, rata-rata timbul 90
menit. Periode pertama terjadi selama 80-100 menit.
Tahap
Terbangun Pratidur

Tahap
REM
NREM 1

Tahapan
Tahap Tahap
NREM 2 Tidur NREM 2
Fisiologis

Tahap Tahap
NREM 3 NREM 3

Tahap
NREM 4
Siklus tidur
Pada usia dewasa siklus tidur dimulai dengan
rasa kantuk yang bertahap, kemudian menghabiskan
waktu di atas tempat tidur yang berlangsung 10-30
menit, setelah tertidur seseorang melewati 4-6 siklus
tidur yang terdiri dari 4 tahap tidur NREM yang
dimulai dari tahap 1 sampai 4 .
Kemudian setelah mecapai tahap 4 kembali
lagi menuju tahap 3 dan tahap 2 lalu mencapai tidur
aktif yaitu tidur REM. Seseorang membutuhkan waktu
untuk mencapai tidur REM dalam waktu 90 menit.
Jika seseorang terbangun dari tidur selama tahap
apapun, maka tidur akan dimulai lagi pada tahap1.
Peranan Neurotranmitter

Keadaan jaga atau bangun sangat dipengaruhi


oleh sistim ARAS (Ascending Reticulary Activity
System). Bila aktifitas ARAS ini meningkat orang
tersebut dalam keadaan tidur. Aktifitas ARAS
menurun, orang tersebut akan dalam keadaan tidur.
Aktifitas ARAS ini sangat dipengaruhi oleh
aktifitas neurotransmiter seperti sistem serotoninergik,
noradrenergik, kholonergik, histaminergik.
Sistem serotonergik
Hasil serotonergik sangat dipengaruhi oleh hasil
metabolisma asam amino trypthopan. Dengan
bertambahnya jumlah tryptopan, maka jumlah serotonin
yang terbentuk juga meningkat akan menyebabkan
keadaan mengantuk/tidur.

Sistem Adrenergik
Neuron-neuron yang terbanyak mengandung
norepineprin terletak di badan snukleus cereleus di
batang otak. Kerusakan sel neuron pada lokus cereleus
sangat mempengaruhi penurunan atau hilangnya REM
tidur.
Obat-obatan yang mempengaruhi peningkatan
aktifitas neuron noradrenergik akan menyebabkan
penurunan yang jelas pada tidur REM dan peningkatan
keadaan jaga.
Sistem Kholinergik
Gangguan aktifitas kholinergik sentral yang
berhubungan dengan perubahan tidur ini terlihat
pada orang depresi, sehingga terjadi pemendekan
latensi tidur REM. Pemberian obat antikholinergik
yang menghambat pengeluaran kholinergik dari
lokus sereleus maka tampak gangguan pada fase
awal dan penurunan REM.
Sistem histaminergik
Pengaruh histamin sangat sedikit
mempengaruhi tidur
Sistem hormon
Pengaruh hormon terhadap siklus tidur
dipengaruhi oleh beberapa hormon seperti ACTH,
GH, TSH, dan LH.
Hormon hormon ini masing-masing disekresi
secara teratur oleh kelenjar pituitary anterior melalui
hipotalamus patway.
Sistem ini secara teratur mempengaruhi
pengeluaran neurotransmiter norepinefrin, dopamin,
serotonin yang bertugas menagtur mekanisme tidur
dan bangun.
Kebutuhan Tidur Wanita
Pada umumnya, baik laki-laki maupun
wanita dapat mengalami gangguan pada tidurnya.
Namun, wanita memiliki problematika tidur
tersendiri yang membutuhkan penanganan yang
lebih kompleks.
Ketika tidur terganggu, maka akan terjadi
gangguan akibat perubahan metabolisme tubuh.
Salah satu perubahan yang terjadi yaitu pada
produksi hormon. Selain itu, terdapat perbedaan
hormonal pada laki-laki dan wanita. Jumlah
hormon estrogen dan progesteron pada wanita
lebih dominan dibandingkan dengan laki-laki.
Reseptor hormon estrogen dan progesteron
terletak pada bagian tersendiri di hipotalamus,
dimana posisi tersebut mempengaruhi irama
sirkadian dan pola tidur secara langsung (Prasadja,
2009). Keberadaan hormon estrogen dan
progesteron pada wanita secara langsung juga
sangat berpengaruh pada masa Premenstrual
Syndrome (PMS), kehamilan, dan menopause.
Keberadaan hormon tersebut dapat menimbulkan
gangguan tidur pada wanita.
Gangguan Tidur
Gangguan tidur merupakan masalah yang dialami
seseorang terhadap pemenuhan kebutuhan tidurnya.
Gangguan tidur yang dialami antara satu orang dengan
orang lainnya dapat berbeda-beda.
Gangguan tidur yang umum terjadi yaitu sebagai berikut :
a. Insomnia
Insomnia merupakan salah satu gangguan tidur
yang paling sering dialami oleh seseorang. Insomnia atau
sukar tidur merupakan suatu keadaan yang menyebabkan
individu tidak mampu mendapatkan tidur yang adekuat
baik secara kualitas maupun kuantitas, sehingga individu
tersebut hanya tidur sebentar atau susah untuk tertidur
(Uliyah dan Hidayat, 2008).
Insomnia ditandai dengan gejala kesulitan
memulai tidur (initial insomnia) dan bangun terlalu
awal (early awakening) (Lanywati, 2001).
Sleep Apnea
Sleep Apnea atau obstructive sleep apnea atau
tidur mendengkur merupakaan keadaan dimana
seseorang mengalami kekurangan aliran udara
melalui hidung dan mulut selama 10 detik atau lebih
pada saat tidur (Potter dan Perry, 2005).
Sleep Apnea dapat menyebabkan seseorang
tidak mendapatkan tidur yang berkualitas. Hal ini
dikarenakan pada saat berhenti bernafas, akan diikuti
dengan usaha nafas (gasping) yang membangunkan
otak sejenak (micro arousal), sehingga akan
memotong tidur seseorang (Prasadja, 2009).
Selain itu, gejala yang umum terjadi pada
penderita sleep apnea yaitu adalah hipersomnia
atau EDS (Prasadja, 2009).

Narkolepsi
Narkolepsi merupakan gangguan tidur yang
menyebabkan seseorang merasakan kantuk yang
berlebihan pada siang hari. Meskipun sudah tidur
dalam waktu 15 menit, namun dalam waktu singkat
rasa kantuk akan datang kembali. Pada malam
hari, banyak penderita narkolepsi yang mengalami
kesulitan untuk tidur (Prasadja, 2009).
Sleep Paralysis
Sleep paralysis merupakan suatu
keadaan dimana seseorang mengalami
kelumpuhan atau tidak dapat menggerakkan
tubuhnya ketika tidur (Prasadja, 2009).
Sleep paralysis terjadi ketika tubuh
mengalami kelelahan dan penumpukkan utang
tidur.
Depresi
Depresi adalah gangguan mood yang
dikarakteristikkan dengan kesedihan yang intens,
berlangsung dalam waktu lama, dan mengganggu
kehidupan normal.
Gejala-gejala depresi terdiri dari gangguan
emosi (perasaan sedih, murung, iritabilitas,
preokupasi dengan kematian), gangguan kognitif
(rasa bersalah, pesimis, putus asa, kurang
konsentrasi), keluhan somatik (sakit kepala,
keluhan saluran pencernaan, keluhan haid),
gangguan psikomotor (gerakan lambat,
pembicaraan lambat, malas, merasa tidak
bertenaga), dan gangguan vegetatif (gangguan
tidur, makan dan fungsi seksual).
Fisiologi tidur yang normal terdiri dari 4
tahap yaitu tahap 1, 2, 3, dan 4 yang berlangsung
berulang-ulang. Kemudian pada tahap 1
selanjutnya orang mengalami fase Rapid Eye
Movement (REM),fase terjadinya mimpi.
Orang depresi mengalami gangguan pada
tahap-tahap tidur ini. Etiologi depresi yang
mendukung hubungannya dengan gangguan tidur
adalah teori terganggunya neurotransmitter
serotonin dan gangguan regulasi hormon Cortical-
Hypothalamic-Pituitary-Adrenal Cortical Axis
(CHPA).
Anxietas
Anxietas (Inggris, anxiety) berasal dari bahasa
Latin, angere, yang berarti tercekik atau tercekat.
Gangguan anxietas adalah keadaan tegang yang
berlebihan atau tidak pada tempatnya yang ditandai
oleh perasaan khawatir, cemas, tidak menentu atau
takut. Respon anxietas sering kali tidak berkaitan
dengan ancaman yang nyata, namun tetap dapat
membuat seseorang tidak mampu bertindak atau
bahkan menarik diri.
Gejala-gelaja anxietas terdiri atas dua
komponen, yaitu komponen psikis/mental dan
komponen fisik. Gejala psikis berupa anxietas
atau kecemasan itu sendiri; ada berbagai istilah
yang sering digunakan oleh orang banyak,
misal khawatir atau was-was.
Komponen fisik merupakan manifestasi
dari keterjagaan yang berlebihan (hyperarousal
syndrome): jantung berdebar, napas semakin
cepat (hiperventilasi, yang sering dirasakan
sebagai sesak), sulit tidur, mulut kering, keluhan
lambung, tangan dan kaki merasa dingin dan
ketegangan otot (biasanya di pelipis, tengkuk
atau punggung).
Kerangka Teori
5-ydroxtrytophan
Tryptophan (5-HTP)
Tryptophan hydroxylase

Aromatic amino
acid
decarboxylase

N-acetyl -5-HT

Serotonin
(5-HT)
5-Hydroxyindole
0-methyltransferase

Melatonin tidur
 Kerangka Konsep
- Persepsi subjektif
- Latensi tidur
- Durasi tidur Kualitas
- Efisiensi tidur Irama
Tidur
Sirkadian
- Gangguan tidur
- Disfungsi di siang hari
- Penggunaan obat

1. Umur
2. Riwayat penyakit
METODE PENELITIAN
1. Rancangan penelitian
Jenis penelitian ini adalah kuantitatif dengan metode penelitian survey
deskriptif. Survey deskriptif merupakan jenis penelitian yang menggambarkan
populasi serta menjelaskan masalah yang sedang diteliti.

2. Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan di unit kerja (core repair plywood) PT. Katingan
Timber Celebes, Makassar. Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei- Juni tahun
2017.

3. Populasi dan Sampel Penelitian


a. Populasi
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh pekerja wanita unit core repair
plywood PT. Katingan Timber Celebes, Makassar.
b.Sampel
Sampel penelitian ini Pekerja wanita unit core repair PT. katingan Timber
Celebes, Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini, total sampling yaitu
teknik yang menggunakan semua anggota populasi sebagai sampel penelitian.
Populasi bersifat homogen ( 131 orang responden.)
Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini
adalah kuesioner. Kuesioner mencakup pertanyaan
mengenai kualitas tidur dan komponen penilaian kualitas
tidur menggunakan PSQI (Pitssburgh Sleep Quality
Index) . serta Peggunaan Kuisioner HDRS (Hamilton
Rating Scale For Depression) untuk mengetahui riwayat
depresi dan HARS (Hamilton Anxiety Rating Scale) untuk
mengetahui riwayat Anxietas pada pekerja wanita.

Kriteria Inklusi dan Eksklusi


 Kriteria Inklusi :
Pekerja wanita unit core repair PT. Katingan
Timber Celebes.
 Kriteria Eksklusi :
1. Pekerja wanita yang sedang dalam keadaan sakit.
2. Pekerja wanita yang sedang izin atau cuti .
Definisi operasional
 Kualitas tidur subjektif : merupakan penilaian diri
sendiri terkait kualitas tidur yang dimiliki hingga dapat
memenuhi kebutuhan tidurnya
 Latensi tidur merupakan durasi seseorang mulai
dari berangkat tidur hingga tertidur.
 Durasi tidur merupakan waktu yang dibutuhkan
seseorang dari mulai tidur hingga terbangun.
 Efisiensi tidur merupakan rasio presentase
antara jumlah total jam tidur yang sebenarnya
dengan lama waktu di atas tempat tidur sebelum
seseorang tersebut benar-benar tertidur.
 Gangguan tidur merupakan terputusnya pola tidur-
bangun yang menyebabkan penurunan kualitas tidur.
 Penggunaan obat tidur digunakan jika seseorang
tersebut mengalami gangguan berat pada pola tidurnya
 Gangguan fungsi tubuh di siang hari : Adanya
gangguan pada kegiatan sehari-hari diakibatkan karena
perasaan mengantuk, berkurangnya konsentrasi,
kelelahan, distress dan depresi yang terjadi akibat
kurangnya waktu tidur.
 Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI) merupakan
kuisioner untuk menilai kualitas tidur dalam waktu satu
bulan.
 Irama sirkadian merupakan siklus yang
berlangsung selama 24 jam, dimana bermacam-macam
fungsi tubuh mengalami fluktuasi.
ALUR PENELITIAN
Memenuhi kriteria Mengisi identitas
Populasi inklusi dan sampel
ekslusi

Menilai kualitas
Mengolah data Membagikan
tidur dari hasil
dengan program kuesioner pada
pengisian
komputer responden
kesioner

Menyajikan data
dalam bentuk
grafik dan tabel
 TERIMA KASIH
Menurut UU No. 13 Tahun 2003
1. Pekerja atau buruh perempuan yang berumur kurang
dari 18 tahun dilarang dipekerjakan antara pukul 23.00
sampai dengan pukul 07.00.
2. Pengusaha dilarang mempekerjakan pekerja atau buruh
perempuan hamil yang menurut keterangan dokter
berbahaya bagi kesehatan dan keselamatan
kandungannya maupun dirinya apabila bekerja antara
pukul 23.00 sampai dengan pukul 07.00.
3. Pengusaha yang mempekerjakan pekerja atau buruh
perempuan antara pukul 23.00 sampai dengan pukul
07.00 wajib :
 Memberikan makanan dan minuman bergizi.
 Menjaga kesusilaan dan keamanan selama di tempat
kerja.
 Menyediakan angkutan antar jemput bagi pekerja atau
buruh perempuan yang berangkat dan pulang bekerja
antara pukul 23.00 sampai dengan pukul 05.00.
HPG Axis
Stress dan SCN

Anda mungkin juga menyukai