Anda di halaman 1dari 25

Combustio Akibat

Ledakan Kompor Gas


dan Penatalaksanaannya
Kasus Skenario 10

Seorang perempouan berusia 40 tahun dibawa ke


UGD RS setelah mengalami luka-luka akibat terkena ledakan
kompor gas di rumahnya sekitar 1 jam yang lalu.

Rumusan Masalah

Seorang perempouan berusia 40 tahun mengalami


luka-luka akibat terkena ledakan kompor gas di rumahnya
sekitar 1 jam yang lalu.
Anamnesis

Prognosis Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan
Komplikasi
Penunjang

RM
Penatalaksanaan Diagnosis

Patofisiologi Etiologi

Epidemiologi
Anamnesis
Note :
Tidak didapatkan keterangan dari pasien dalam kasus ini.

Adapun pertanyaan mengenai riwayat luka bakar meliputi:


 Penyebab luka bakar (termal, kimia, atau listrik)
 Waktu luka bakar. Hal ini penting untuk kebutuhan resusitasi cairan
dihitung dari waktu cedera luka bakar, bukan dari waktu tibanya
ke rumah sakit
 Tempat di mana luka bakar terjadi: area terbuka atau tertutup
 Kemungkinan cedera lainnya, seperti: ledakan dengan serpih-
serpih tajam atau kaca, kecelakaan kendaraan bermotor, dan
sebagainya
 Masalah-masalah medis yang menyertai
 Alergi, khususnya sulfat karena banyak antimikroba topikal
mengandung sulfat.
Pemeriksaan Fisik
 Tidak didapatkan informasi mengenai KESADARAN, KU
dan TTV pada kasus ini

Pada Pemeriksaan Fisik Luka Bakar terdapat beberapa


penilaian berdasarkan hal berikut:
 Luas Luka Bakar
 Kedalaman Luka Bakar
 Klasifikasi Luka Bakar
Penentuan Luas Luka

Luasnya daerah permukaan tubuh total yang terbakar


menentukan kebutuhan cairan, dosis obat dan prognosis. Ukuran
luka bakar dapat ditentukan dengan mempergunakan wallace
rule of nine.
wallace rule of nine.
 Luas luka bakar dinyatakan dalam persen terhadap luas seluruh tubuh.
Perhitungan luas luka bakar untuk orang dewasa antara lain berdasarkan rule
of nine dari Wallace, yaitu :
 Kepala dan leher : 9 %
 Ekstremitas atas : 2 x 9 % (kiri dan kanan)
 Paha dan betis kaki : 4 x 9 % (kiri dan kanan)
 Dada, perut, punggung, bokong : 4 x 9 %
 Perineum dan genital : 1 %

Rumus 10 untuk bayi dan rumus 10-15-20 dari Lund dan Browder untuk anak.
Untuk anak,
 kepala dan leher 15 %,
 badan depan dan belakang masing-masing 20 %
 ekstremitas atas kanan dan kiri masing-masing 10 %,
 ekstremitas bawah kanan dan kiri masing-masing 15 % .
 Dasar presentasi yang digunakan dalam rumus-rumus tersebut di atas adalah
luas telapak tangan dianggap 1 %.
PENILAIAN DERAJAT LUKA BAKAR

A. Luka bakar derajat


(luka bakar superfisial)

• Hanya mengenai daerah epidermis luar.


• tampak sebagai daerah hiperemia dan
eritema.
• akan sembuh tanpa jaringan parut
dalam waktu 5-7 hari.
B. Luka bakar derajat 2 (parsial)

Mencapai kedalaman dermis tetapi masih ada


elemen epitel yang tersisa, seperti sel epitel
basal, kelenjar sebasea, kelenjar keringat, dan
folikel rambut. Dengan adanya sisa sel epitel
yang sehat ini, luka dapat sembuh dengan
sendirinya dalam 10-21 hari.

yang selanjutnya dibagi lagi menjadi 2 subtipe :

1. Dangkal
di mana kerusakan mengenai bagian superfisial
dari dermis dan penyembuhan terjadi spontan
dalam 10-14 hari.
2. Dalam

• di mana kerusakan mengenai hampir


seluruh bagian dermis. Bila kerusakan
lebih dalam mengenai dermis, dapat
dirasakan nyeri. Penyembuhan terjadi
lebih lama tergantung bagian dari
dermis yang tersisa.
• Biasanya penyembuhan terjadi dalam
waktu lebih dari satu bulan.
• Biasanya akibat terendam dalam cairan
yang panas, dan jilatan api.
• khas berwarna merah cerah atau kuning
keputihan, permukaannya sedikit basah
dan menunjukkan berkurangnya sensasi
nyeri.
C. Luka bakar derajat 3
• mengenai semua lapisan kulit, mungkin
subkutis, atau organ yang lebih dalam.
Oleh karena tidak ada lagi epitel yang
hidup.
• Untuk mendapatkan kesembuhan harus
dilakukan cangkok kulit.
• Koagulasi protein yang terjadi
memberikan gambaran luka bakar
berwarna keputihan, tidak ada bula,
dan tidak nyeri
• Luka ini diakibatkan oleh sengatan listrik
tegangan tinggi, paparan terhadap zat
kimia yang pekat, kontak yang lama
dengan benda yang panas atau jilatan
api
Klasifikasi Luka Bakar
1. Berat/kritis bila:
 Derajat II dengan luas lebih dari 25 %
 Derajat III dengan luas lebih dari 10 %, atau terdapat
pada muka, kaki, dan tangan
 Luka bakar disertai trauma jalan nafas atau jaringan
lunak luas, atau fraktur
 Luka bakar akibat listrik

2. Sedang bila:
 Derajat II dengan luas 15-25 %
 Derajat III dengan luas kurang dari 10 %, kecuali
muka, tangan dan kaki

3. Ringan bila:
 Derajat II dengasn luas kurang dari 15 %
 Derajat III kurang dari 2 %
PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan Laboratorium

• Hitung darah lengkap.


• Elektrolit serum kalium dan Natrium.
• Alkalin fosfat peningkatan sehubungan dengan perpindahan cairan
interstitiil/ganguan pompa natrium.
• Foto rontgen dada atau scan
• EKG untuk mengetahui adanya iskemik miokard/disritmia pada luka
bakar listrik.
• Kadar karbon monoksida serum.
• Bronkoskopi.
• Fotografi luka bakar memberikan catatan untuk penyembuhan luka
bakar selanjutnya.
Luka Bakar

 Lukabakar (combustio) adalah luka yang


disebabkan oleh kontak dengan suhu
tinggi seperti api, air panas, listrik, bahan
kimia, dan radiasi; juga oleh sebab kontak
dengan suhu rendah (frost-bite).

 Luka bakar merupakan respon kulit dan


jaringan subkutan terhadap trauma
termal.
Etiologi
Luka bakar disebabkan pengalihan energi dari sumber panas ke
tubuh melalui hantaran atau radiasi elektromagnetik. Adapun
penyebab tersering antara lain:
 Trauma suhu yang berasal dari sumber panas yang kering (api,
logam panas) atau lembab (cairan, gas panas)
 Listrik (luka bakar dalam dapat menyebabkan henti jantung)
 Kimia (biasanya terjadi pada kecelakaan industri akibat
trauma asam atau basa)
 Radiasi (awalnya dengan kedalaman sebagian, tetapi dapat
berlanjut ke trauma yang lebih dalam).
Epidemiologi
 Sekitar dua juta orang menderita luka bakar di Amerika Serikat,
tiap tahun, di mana 100.000 penderita dirawat di rumah sakit dan
20.000 penderita yang perlu dirawat dalam pusat-pusat
perawatan luka bakar.
 Dewasa ini, penderita luka bakar lebih dari 50% daerah permukaan
tubuh memiliki cukup kemungkinan untuk bertahan hidup bila
dirawat dengan tepat.
 Insiden puncak luka bakar pada dewasa muda yaitu pada umur
20-29 tahun,
 diikuti oleh anak umur 9 tahun ke bawah. Luka bakar jarang terjadi
pada umur 80 tahun ke atas.
 Sekitar 80% luka bakar terjadi di rumah. Penyebab luka bakar
tersering pada anak usia 3-14 tahun,
 penyebab tersering ialah nyala api yang membakar baju. Dari
umur ini sampai 60 tahun, luka bakar tersering disebabkan
kecelakaan industri. Setelah umur ini, luka bakar biasanya terjadi
karena kebakaran di rumah akibat rokok yang membakar tempat
tidur atau berhubungan dengan lupa mental.

Burn percentage in adults in


http://www.emedicinehealth.com/burn
Patofisiologi
PERTOLONGAN PERTAMA PADA PASIEN DENGAN LUKA BAKAR

Segera hindari sumber api dan mematikan api pada tubuh

Setelah sumber panas dihilangkan rendam daerah luka bakar


dalam air atau menyiramnya dengan air mengalir selama
sekurang-kurangnya lima belas menit.

Evaluasi awal

Resusitasi cairan
Resusitasi cairan

Tujuan utama dari resusitasi cairan adalah untuk menjaga dan


mengembalikan perfusi jaringan tanpa menimbulkan edema.

Formula yang terkenal untuk resusitasi cairan adalah formula


Parkland :

24 jam pertama cairan Ringer laktat : 4ml / kg(BB) / %luka bakar

o contohnya pria dengan berat 80 kg dengan luas luka bakar 25 %


o membutuhkan cairan : (25) X (80 kg) X (4 ml) = 8000 ml dalam 24
jam pertama

Jadi,
½ jumlah cairan 4000 ml diberikan dalam 8 jam
½ jumlah cairan sisanya 4000 ml diberikan dalam 16 jam berikutnya.
Pilihan Cairan Resusitasi
Larutan kristaloid
 Larutan kristaloid terdiri dari cairan dan elektrolit. Contoh larutan kristaloid adalah RL
dan NaCl 0,9%. Komposisi elektrolit mendekati kadarnya dalam plasma atau
memiliki osmolalitas hampir sama dengan plasma. Pada keadaan normal, cairan ini
tidak banyak dipertahankan di ruang intravaskuler karena cairan ini banyak keluar
ke ruang interstisial. Pemberian 1L Ringer laktat akan meingkatkan volume
intravaskuler 300 ml.7
Larutan hipertonik
 Larutan hipertonik dapat meningkatkan volume intravaskuler 2,5 kali dan
penggunaannya dapat mengurangi kebutuhan cairan kristaloid. Larutan garam
hipertonik tersedia dalam beberapa konsentrasi yaitu NaCl 1,8%, 3%, 5%, 7,5% dan
10%. Osmolalitas cairan ini melebihi cairan intraseluler sehingga akan cairan akan
berpindah dari intraseluler ke ekstravaskuler. Larutan garam hipertonik
meningkatkan volume intravaskuler melalui mekanisme penarikan cairan dari
intraseluler.7
Larutan koloid
 Contoh larutan koloid adalah Hydroxy-ethyl starch (HES, Hetastarch, Hespan,
Hemacell) dan Dextran. Molekul koloid cukup besar sehingga tidak dapat melintasi
membran kapiler, oleh karena itu sebagian besar akan tetap dipertahankan di
ruang intravaskuler. Pada luka bakar dan sepsis, terjadi peningkatan permeabilitas
kapiler sehingga molekul akan berpindah ke ruang interstisium. Hal ini akan
memperburuk edema interstisium yang ada.7
PERAWATAN LUKA BAKAR
Perawatan luka dilakukan setelah tindakan resusitasi jalan napas,
mekanisme bernapas dan resusitasi cairan dilakuakan. Tindakan
meliputi debridement, nekrotomi dan pencucian luka. Tujuan
perawatan luka adalah mencegah degradasi luka dan
mengupayakan proses epitelisasi. Lakukan pencucian luka setelah
sirkulasi stabil. Pencucian luka dilakukan dengan debridement dan
memandikan pasien menggunakan cairan steril dalam bak khusus yang
mengandung larutan antiseptik. Berikan antibiotik topikal pasca
pencucian luka untuk mencegah dan mengatasi infeksi.
KONTROL RASA SAKIT

Saat timbul rasa nyeri terjadi peningkatan katekolamin yang


mengakibatkan peningkatan denyut nadi, tekanan darah
dan respirasi, penurunan saturasi oksigen, tangan menjadi
berkeringat, flush pada wajah dan dilatasi pupil.

Terapi farmakologi yang digunakan biasanya dari golongan


opioid dan NSAID. Maupun pemberian morfin atau petidin
secara intravena. Hati-hati dengan pemberian intramuskuler
karena dengan sirkulasi yang terganggu akan terjadi
penimbunan dalam otot.
PERMASALAHAN PASCA LUKA BAKAR
Komplikasi 10
• Sepsis merupakan sebab paling umum dari morbiditas mortalitas pada
penderita luka bakar, terutama pneumonia
• Lambatnya aliran darah dapat menyebabkan terbentuknya bekuan darah
sehingga timbul cerebrovascular accident, infark miokardium, atau emboli paru
• Kerusakan paru akibat inhalasi asap atau pembentukan embolus. Dapat terjadi
kongesti paru akibat gagal jantung kiri atau infark miokardium, serta sindrom
distress pernafasan pada orang dewasa
• Gangguan elektrolit dapat menyebabkan disritmia jantung
• Syok luka bakar dapat merusak ginjal secara irreversible sehingga timbul gagal
ginjal dalam 1-2 minggu pertama setelah luka bakar. Dapat terjadi gagal ginjal
akibat hipoksia ginjal atau rabdomiolisis (obstruksi mioglobin pada tubulus ginjal
akibat nekrosis otot yang luas)
• Penurunan aliran darah ke saluran cerna dapat menyebabkan hipoksia sel-sel
penghasil mukus sehingga timbul ulkus peptikum yaitu ulkus akibat stress (ulkus
Curling). Hal ini dapat dicegah dengan antasid, bloker H2 atau inhibitor pompa
proton profilaksis
• Dapat terjadi koagulasi intravaskular diseminata (DIC) karena destruksi jaringan
yang luas.10
Prognosis
Prognosis luka bakar bervariasi, tergantung pada derajat luka
bakar, luas permukaan tubuh yang terkena, komplikasi yang
menyertai, serta kecepatan penatalaksanaan pada pasien.
Luka bakar derajat 1 memiliki prognosis terbaik dan semakin
cepat luka bakar ditangani, maka prognosisnya akan
semakin baik

Anda mungkin juga menyukai