Ketuban Pecah Dini

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 17

Disusun oleh

Ahmad Ropi 1720150001


Arum Oktapiani 1720150030
ASSALAMUALAIKUM 
PENGERTIAN
 Ketuban pecah dini (KPD) didefinisikan sebagai
pecahnya ketuban sebelum waktunya melahirkan. Hal
ini dapat terjadi pada akhir kehamilan maupun jauh
sebelum waktunya melahirkan. KPD preterm adalah
KPD sebelum usia kehamilan 37 minggu. KPD yang
memanjang adalah KPD yang terjadi lebih dari 12 jam
sebelum waktunya melahirkan.
PENYEBAB
 1) Inkompetensi serviks (leher rahim)
 2) Peninggian tekanan inta uterin
 a. Trauma : Hubungan seksual, pemeriksaan dalam, amniosintesis
 b. Gemelli
 c. Makrosomia
 d. Hidramnion
 3) Kelainan letak janin dan rahim : letak sungsang, letak lintang.
 4) Kemungkinan kesempitan panggul : bagian terendah belum masuk
PAP (sepalo pelvic disproporsi).
 5) Korioamnionitis
 6) Penyakit Infeksi
 7) Faktor keturunan (ion Cu serum rendah, vitamin C rendah,
kelainan genetik)
 8) Riwayat KPD sebelumya
 9) Kelainan atau kerusakan selaput ketuban
 10) Serviks (leher rahim) yang pendek (<25mm) pada usia kehamilan
23 minggu
TANDA DAN GEJALA
 Ketuban pecah secara tiba-tiba
 Keluar cairan ketuban dengan bau yang khas
 Bisa tanpa disertai kontraksi/his
 Terasa basah pada pakaian dalam/underwear yang
konstan
 Keluarnya cairan pervagina pada usia paling dini 22
minggu
PATOFISIOLOGI
 Infeksi dan inflamasi dapat menyebabkan ketuban
pecah dini dengan menginduksi kontraksi uterus dan
atau kelemahan fokal kulit ketuban . Banyak
mikroorganisme servikovaginal, menghasilkan
fosfolipid C yang dapat meningkatkan konsentrasi
secara local asam arakidonat, dan lebih lanjut
menyebabkan pelepasan PGE2 dan PGF2 alfa dan
selanjutnya menyebabkan kontraksi miometrium .
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
a. Ultrasonografi
Ultrasonografi dapat mengindentifikasikan kehamilan ganda,
anormaly janin atau melokalisasi kantong cairan amnion pada
amniosintesis.
b. Amniosintesis
Cairan amnion dapat dikirim ke laboratorium untuk evaluasi
kematangan paru janin.
c. Protein C-reaktif
Peningkatan protein C-reaktif serum menunjukkan peringatan
korioamnionitis
d. Hitung darah lengkap untuk menentukan adanya anemia,infeksi
e. Golongan darah dan faktor Rh
f. Rasio lestin terhadap spingomielin (rasio US): menentukan
maturitas janin
g. Tes ferning dan kertas nitrazine: memastikan pecah ketuban
h. Pelvimetri ;identifikasi posisi janin
PENATALAKSANAAN
 Rawat di rumah sakit
 Jika ada perdarahan pervaginam dengan nyeri perut, pikirkan
solusioplasenta
 Jika ada tanda-tanda infeksi (demam dan cairan vagina berbau),
berikanantibiotika sama halnya jika terjadi amnionitosis
 Jika tidak ada infeksi dan kehamilan < 37 minggu:
- Berikan antibiotika untuk mengurangi morbiditas ibu dan janin
- Ampisilin 4x 500mg selama 7 hari ditambah eritromisin 250mg
per oral 3x perhari selama 7 hari.
 Jika usia kehamilan 32 - 37 mg, belum inpartu, tidak ada infeksi,
beridexametason, dosisnya IM 5 mg setiap 6 jam sebanyak 4 x,
observasi tanda-tanda infeksi dan kesejahteraan janin.
 Jika usia kehamilan sudah 32 - 37 mg dan sudah inpartu, tidak
ada infeksi maka berikan tokolitik dexametason, dan induksi
setelah 24 jam.
 Kaji suhu dan denyut nadi setiap 2 jam. Kenaikan suhu
sering kali didahului kondisi ibu yang menggigil.
 Lakukan pemantauan DJJ.
 Hindari pemeriksaan dalam yang tidak perlu.
 Ketika melakukan pemeriksaan dalam yang benar-
benar diperlukan, perhatikan juga hal-hal berikut:
 Apakah dinding vagina teraba lebih hangat dari biasa
 Bau rabas atau cairan di sarung tanagn anda
 Warna rabas atau cairan di sarung tangan
3. Beri perhatian lebih seksama terhadap hidrasi agar
dapat diperoleh gambaranjelas dari setiap infeksi yang
timbul. Seringkali terjadi peningkatan suhu
tubuhakibat dehidrasi.
KOMPLIKASI
 Persalinan Prematur
 Infeksi
 Hipoksia dan asfiksia
 Syndrom deformitas janin
ASKEP TEORITIS KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
a) Identitas ibu
b) Riwayat penyakit
a. Riwayat kesehatan sekarang ; ibu datang dengan pecahnya
ketuban sebelum usia kehamilan mencapai 37 minggu dengan
atau tanpa komplikasi
b. Riwayat kesehatan dahulu
1. Adanya trauma sebelumnya akibat efek pemeriksaan amnion
2. Sintesi ,pemeriksaan pelvis dan hubungan seksual
3. Infeksi vagiana /serviks oleh kuman sterptokokus
4. Selaput amnion yang lemah/tipis
5. Posisi fetus tidak normal
6. Kelainan pada otot serviks atau genital seperti panjang
serviks yang pendek
7. Multiparitas dan peningkatan usia ibu serta defisiensi nutrisi.
c) Pemeriksaan fisik
a. Kepala dan leher
1. Mata: periksa dibagian skelra,konjungtiva
2. Hidung : ada atau tidaknya pembengkakan konka nasalis .
Ada tidaknya hipersekresi mukosa
3. Mulut :gigi karies/tidak ,mukosa mulut kering dan warna
mukosa gigi,
4. Leher berupa pemeriksaan JVP, KGB dan tiroid
b. Dada
1. Troraks
Inspeksi kesimetrisan dada,jenis oernapasan torakaabdominal,dan
tidak adaretraksi dinding dada.Frekuensi pernapasan normal.
Palpasi :payudara tidak ada pembengkakan
Auskultasi:terdengar Bj 1 dan II di IC kiri/kanan,Bunyi napas
normal vesikuler
2. Abdomen
Inspeksi :ada atau tidak bekas operasi ,striae dan linea
Palpasi: TFU kontraksi ada/tidak ,Posisi ,kansung kemih
penuh/tidak
Auskultasi: DJJ ada/tidak.
c. Genitalia
1. Inspeksi :kebersihan ada/tidaknya tanda-tanda REEDA (Red,
Edema, discharge, approxiamately); pengeluaran air ketuban
(jumlah ,warna,bau 0dan lender merah mda kecoklatan .
2. Palpas :pembukaan serviks(0-4)
3. Ekstrimitas :edema ,varises ada atau tidak.
d) Pemeriksaan diagnostic
1. Hitung darah lengkap untuk menentukan adanya
anemia,infeksi
2. Golongan darah dan faktor Rh
3. Rasio lestin terhadap spingomielin (rasio US):menentukan
maturitas janin
4. Tes ferning dan kertas nitrazine: memastikan pecah ketuban
5. Ultrasonografi ;menentukan usia gestasi ,ukuran janin
,gerakan jantung janin dan lokasi plasenta.
6. Pelvimetri ;identifikasi posisi janin
DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. risiko tinggi infeksi maternal yang berhubungan dengan prosedur
infasif, pemeriksaan vagina berulang dan rupture membrane amniotic
b. kerusakan perutakaran gas pada janin nyang berhubungan dengan
adanya penyakit
c. risiko tinggi cedera pada janin yang berhubungan dengan
melahirkan bayi premature /tidak matur
d. ansietas yang berhubungan dengan krisis situasi,abcaman pada diri
sendiri/janin
e. risiko tinggi penyebaran infeksi /sepsis yang berhubungan dengan
adanya infeksi ,prosedur infasif ,dan peningkatan pemahaman
lingkungan.
f. Resiko tinggi keracunan karena toksik yang berhubungan dengan
dosis/efek samping tokolitik
g. Risiko tinggi cedera pada ibu yang berhubungan dengan intervensi
pembedahan ,penngunaan obat tokolitik
h. Intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan hipersensitivitas
i. Risiko tinggi kekurangan volume cairan yang berhubungan dengan
penurunan masukan cairan
INTERVENSI KEPERAWATAN
INTERVENSI KEPERAWATAN
a. Diagnosis 1 : Ansietas yang berhubungan dengaan
krisis situasi, ancaman konsep diri, ancaman yang
dirasakan/actual dari kesejahteraan maternal, dan janin
transmisi interpersonal.
Tujuan : Ansietas pada iibu dapat teratasi
Kriteria hasil :
1) Mengungkapkan rasa takut pada keselamatan ibu dan
janin
2) Mendiskusikan perasaan tentang kelahiran caesarea
3) Pasien tampak benar – benar rileks
4) Menggunakan sumber / system pendukung dengan
efektif
 Intervensi :
 a) Kaji respon psikologi pada kejadian dan ketersediaan system pendukung
 Rasional : makin ibu merasakan ancaman, makin besar tingkat ansietas.
 b) Pastikan apakah prosedur direncanakan atau tidak direncanakan.
 Rasional : pada kelahiran caesarea yang tidak direncanakan, ibu dan pasangan
biasanya tidak mempunyai waktu untuk persiapan psikologi dan fisiologi.
 c) Tetap bersama ibu, dan tetap bicara perlahan, tunjukan empati.
 Rasional : membantu transmisi ansietas interpersonal dan mendemonstrakan
perhatian terhadap ibu.
 d) Beri penguatan aspek positif dari ibu dan janin
 Rasional : memfokuskan pada kemungkinan keberhasilan akhir dan
membantu membawa ancaman yang dirasakan/ actual kedalam prespektif.
 e) Anjurkan ibu dan pasangannya mengungkapkan atau mengekspresikan
perasaan
 Rasional : membantu membatasi perasaan dan memberikan kesempatan
untuk mengatasi perasaaan ambivalen atau berduka. Ibu dapat merasakan
ancaman emosional pada harga diri nya karena perasaannya bahwa ia telah
gagal, wanita yang lemah.
 f) Dukung atau arahkan kembali mekanime koping yang diekspresikan
 Rasional : mendukung mekanisme kopin dasar dan otomatis meningkatkan
kepercayaan diri serta penerimaan dan menurunkan ansietas.
 g) Berikan masa privasi terhadap rangsangan lingkungan seperti jumlah
orang yang ada sesuai kenginan ibu.
 Rasional : memungkinkan kesempatan bagi ibu untuk memperoleh informasi,
menyusun sumber – sumber, dan mengatasi cemas dengan efektif.
SEMOGA BERMANFAAT

WASSALAMUALAIKUM


Anda mungkin juga menyukai