Anda di halaman 1dari 46

LAPORAN KASUS

TINEA KOPORIS ET KRURIS

Pembimbing
dr. Fitriyanti, Sp.KK
Di susun oleh:
Vidia Hikmana, S.Ked

#
PENDAHULUAN

• Tinea korporis merupakan istilah untuk menunjukkan


adanya infeksi jamur golongan dermatofita pada
badan, tungkai dan lengan, tetapi tidak termasuk lipat
paha, tangan dan kaki. Sedangkan
• Tinea kruris digunakan untuk infeksi jamur
dermatofita pada daerah kulit paha, daerah pubis,
perineum dan perianal serta gluteus
• Tinea korporis dan dan tinea kruris dapat digolongan
menjadi tinea glaborsa karena keduanya terdapat
pada kulit yang tidak berambut.
#
IDENTITAS PASIEN
• Nama : Ny.R
• Umur : 51 tahun
• Jenis kelamin : Perempuan
• Alamat : Soralangun
• Pekerjaan : Petani sayur
• Status pernikahan: Menikah
• Suku bangsa : Melayu
• Hobi : Berkebun

#
Anamnesis ( tanggal 10 Januari 2018 )
Keluhan Utama:
Bercak kemerahan yang melebar disertai rasa gatal pada
paha kanan dan kiri, punggung, tungkai atas dan perut sejak
kira-kira 1 tahun yang lalu.

Keluhan Tambahan: (-)

#
Riwayat perjalanan penyakit

• Sejak ± 1 tahun yang lalu timbul • ± 6 bulan yang lalu, bercak


bercak kemerahan yang terasa kemerahan pada paha kanan
gatal pada paha kanan dan kiri, dan kiri melebar hingga ke lipat
awalnya kecil kurang lebih paha dan timbul bercak
sebesar koin 500 rupiah, gatal kemerahan baru yang sama
semakin bertambah apabila disertai gatal pada punggung,
pasien berkeringat. Apabila karena terasa gatal maka
terasa gatal, pasien juga sering pasien menggaruknya, rasa
menggaruk dan bercak tersebut gatal makin bertambah apabila
semakin melebar dan pasien berkeringat dan saat
bertambah banyak. Kemudian cuaca panas. Kemudian bercak
pasien berobat ke Puskesmas kemerahan tersebut bertambah
dan diberikan obat salep (pasien luas dan rasa gatal makin
lupa nama obatnya), tetapi tidak bertambah.
ada perubahan #
• ± 3 bulan yang lalu, • ± 1 bulan yang lalu bercak
bercak kemerahan yang merah tidak hanya timbul di
lipat paha, punggung, dan
muncul semakin banyak tungkai atas. Timbul bercak
dan semakin menjalar merah di perut berbentuk
kebagian tubuh lainnya lingkaran yang dirasakan
seperti pada tungkai pasien sangat gatal terutama
atas timbul bercak saat pasien berkeringat
sehingga pasien menggaruk
merah pada awalnya daerah tersebut. Pasien
hanya sedikit dan mengaku bahwa keluhan tidak
kemudian menyebar ada merasakan rasa panas
dan berjumlah lebih ataupun nyeri pada keluhan
banyak. ini. .
#
Riwayat Penyakit Dahulu
• Pasien belum pernah mengalami keluhan seperti ini
sebelumnya
• Riwayat alergi (-)
• Riwayat hipertensi (+)

Riwayat Penyakit Keluarga


• Di dalam keluarga pasien tidak ada menderita
penyakit yang sama dengan pasien

#
• Riwayat sosial ekonomi
Pasien merupakan seorang petani di kebun
sayuran dengan sosial ekonomi menengah ke bawah.
Pasien lebih sering menghabiskan waktu diluar rumah
untuk memetik sayuran di kebun. Pasien memiliki
kebiasaan mengantung pakaian yang sudah dipakai
berkali-kali. Pasien mandi menggunakan air sumur
yang tidak ditutup, mandi menggunakan sabun mandi
dan handuk yang dipakai secara bersama-sama
dengan anggota keluarga lainnya. Dan pasien juga
jarang menjemur alat tidurnya.

#
Pemeriksaan Fisik
• Kesadaran:Composmentis • Kepala : Normochepal
• Vital sign : • Mata : conjungtiva
anemis+/+, sklera
• TD : 100/70 mmHg ikterik-/-
• Nadi : 86x/menit • Telinga :nyeri tekan tragus
(-/-), lesi kulit (-/-)
• RR : 16x/menit
• Hidung :septum deviasi
• Suhu: 36,6oC (-),secret (-)
• Mulut : sianosis (-), pucat
(-)
• Leher : tidak ada
pembesaran KGB

#
Thoraks • Genitalia : tidak ada
• Paru : vesikuler (+/+) kelainan
normal, ronkhi
(-/-), wheezing • Ekstremitas
(-/-)
• Superior : akral hangat,
• Jantung : bunyi jantung edema (-), lesi
I/II reguler, kulit (+)
murmur (+),
• Inferior : akral hangat,
gallop (-)
edema (-), lesi
• Abdomen : datar, hepar kulit (-)
dan lien tidak
teraba, lesi kulit
(+)

#
• Regio femoralis dextra :
• Terdapat plak, ukuran plakat
18 cm x17 cm, tidak teratur,
multiple, polisiklik, eritem,
sirkumskrip dengan tepi aktif
dan penyembuhan sentral
disertai dengan permukaan
yang ditutupi oleh skuama
kutikular

• Regio Thorak posterior


• Terdapat plak, ukuran 23 cm
x 10 cm, tidak teratur,
multiple, polisiklik, eritem,
sirkumskrip dengan tepi aktif
dan penyembuha sentral
disertai permukaan ditutupi
oleh skuama kutikular
#
• Regio Brachialis dextra
• Terdapat plak, ukuran 5 cm x 2
cm, tidak teratur, multiple,
eritem, sirkumskrip dengan tepi
aktif dan permukaan ditutupi
oleh skuama kutikular

• Regio lumbal sinistra


• Terdapat plak dengan ukuran 8
cm x 3 cm, tidak teratur, multiple,
eritem, sirkumskrip dengan tepi
aktif dan penyembuhan sentral
serta permukaan ditutupi oleh
skuama kutikular

#
• PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan KOH 10%

PRINSIP
• Larutan KOH 10% atau 20% akan melisiskan kulit,
kuku, dan rambut sehingga bila mengandung jamur, di
bawah mikroskop akan terlihat hypha dan atau spora

TUJUAN
• Mengamati gambaran mikroskopik jamur untuk
membedakan jenis jamur kulit dan membedakannya
dari bakteri

#
ALAT dan BAHAN LOKASI
• Scalpel • Kulit:
– Bagian tepi kelainan kulit
• Pinset • Kuku:
• Alkohol 70% – Kuku yang mengalami
penebalan
• Kapas • Rambut:
• Kertas atau wadah bersih – Rambut rapuh dan berwarna
agak pucat
– Pada rambut terdapat
benjolan
– Daerah sekitar rambut
menunjukkan kelainan kulit.
Misalnya bersisik, botak, dll

#
Pembuatan Sediaan
ALAT:
Kaca objek
Kaca penutup
Lampu spiritus
pinset

REAGEN:
Larutan KOH 10% untuk kulit dan kuku
Lauran KOH 20% untuk rambut

#
• Cara pengambilan sampel
1. Bersihkan kulit yang akan dikerok dengan
kapas alkohol 70% untuk menghilangkan
lemak, debu, dan kotoran lainnya
2. keroklah bagian yang aktif dengan skalpel
dengan arah dari atas kebawah (cara
memegang skalpel harus miring membentuk
sudut 45 derajat ke atas)
3. letakkan hasil kerokan kulit pada kertas
atau wadah
4. Pembuatan sediaan
#
#
HASIL PEMERIKSAAN:
POSITIF: Bila ditemukan adanya hypha dan atau spora
NEGATIF: Bila tidak ditemukan adanya hypha dan atau spora

#
#
#
LAMPU
WOOD

#
Pemeriksaan dengan Lampu
Wood, yaitu sinar dengan
panjang gelombang 320-400 nm
(365 nm) (berwarna ungu).
Pemeriksaan ini untuk
mengetahui fluoresensi dari
berbagai kuman patogen,
seperti pada infeksi:
Microsporum sp. (kuning
orange), P. ovale (kuning
kehijauan), eritrasma: C.
minutissimun (kuning
kemerahan).

#
PRINSIP:
Sinar Wood diarahkan ke lesi akan dipantulkan berdasarkan perbedaan
berat molekul metabolit organisme penyebab, sehingga menimbulkan
indeks bias berbeda, dan menghasilkan pendaran warna tertentu.

#
ALAT:
Lampu Wood dan ruangan kedap cahaya

CARA:
1) Kulit dan rambut yang akan diperiksa harus dalam keadaan
sealamiah mungkin.
2) Obat topikal, bahan kosmetik, lemak, eksudat harus dibersihkan
terlebih dahulu karena dapat memberikan hasil positif palsu.
3) Pemeriksaan harus dilakukan di dalam ruangan kedap cahaya agar
perbedaan warna lebih kontras.
4) Jarak lampu Wood dengan lesi yang akan diperiksa ±10-15cm
5) Lampu Wood diarahkan ke bagian lesi dengan pendaran paling
besar/jelas

#
#
Bewarna kuning keemasan
#
#
#
• Diagnosa Banding
1. Tinea corporis et cruris
2. Psoriasis Vulgaris
3. Pitriasis Rosea
4. Kandidosis

Diagnosis
Tinea cruris et tinea corporis

#
Tatalaksana
Non Farmakologi Farmakologik
1. Menjelaskan kepada pasien tentang Topikal
penyakit dan penatalaksanaanya
• Salep whitefield
2. Meningkatkan kebersihan badan dan
dioleskan tipis pada
menghindari berkeringat yang
berlebihan tempat lesi 2 x sehari
selama 1-2 minggu.
3. Menghindari pakaian yang tidak
menyerap keringat dan yang ketat Sistemik
4. Menghindari garukan yang • Ketokonazol tablet
berlebihan terutama dengan benda dosis 1 x 200mg,
keras, karena garukan akan dapat diminum pagi hari
menyebabkan infeksi sesudah makan selama
5. Menghindari pemakaian handuk 14 hari
secara bersama-sama dan baju
selesai dipakai untuk dicuci dan
• Cetrizine tablet dosis 1
diseterika x 10 mg
6. Memberi tahu pasien untuk
menggunakn obat secara teratur
#
Prognosis
• Quo Ad vitam : Ad Bonam
• Quo Ad functionam : Ad Bonam
• Quo Ad sanationam : Ad Bonam

Pemeriksaan Anjuran
- Kultur spesies jamur dalam media agar
sabouraud

#
• Pemeriksaan pembiakan diperlukan untuk
menentukan spesies jamur.
• Pemeriksaan ini dilakukan dengan
menanamkan bahan klinis pada media
buatan yaitu media agar dextrose sabouraud.
Pada agar sabouraud dapat ditambahkan
antibiotic atau klorheksimid, yang mana
kedua zat tersebut diperlukan untuk
menghindarkan kontaminasi bacterial
maupun jamur kontaminan
#
TINJAUAN PUSTAKA
Tinea korporis et kruris merupakan merupakan penyakit
yang disebabkan oleh jamur dermatofita pada kulit yang
penyakitnya disebut dermatofitosis. Dermatofitosis
merupakan infeksi jamur superfsial genus dermatofita,
golongan jamur ini mempunyai sifat mencernakan lapisan
epitel yang berkeratin (lapisan tanduk)

#
Penyebab Dermatofitasitosis

#
Manifestasi Klinis
Tepi polisiklis
(karena beberapa
lesi kulit yang
menjadi satu) Tepi aktif
Macula (meninggi, ada
eritematousa papul, vesikel,
berbatas jelas meluas )

Kadang-kadang
Lesi bulat atau terlihat erosi dan
lonjong, EFFLORESENSI krusta akibat
garukan

#
Pemeriksaan Penunjang
• Pemeriksaan penunjang untuk membantu
mendiagnosis tinea corporis yaitu berupa
pemeriksaan mikologi yang terdiri atas
pemeriksaan langsung sediaan basah dan
biakan. Pada pemeriksaan mikologik untuk
jamur dipelukan bahan klinis, yang dapat
berupa kerokan kulit.
• Pada sediaan kulit yang terlihat adalah hifa,
sebagai dua garis sejajar, terbagi oleh sekat,
dan bercabang, maupun spora berderet
(artrospora) #
Diagnosis
Anamnesis Pemeriksaan Fisik Gambar
Banding
Kandidosis Keluhan gatal Bercak eritem sertai
hebat, kadang skuama, lesi satelit (
disertai rasa panas lesi bertumpuk di
seperti terbakar pinggir), lesi biasanya
basah dan berkrusta

Psoriasis vulgaris Keluhan gatal plak eritema berbatas


ringan dan panas tegas yang ditutupi
oleh skuama tebal
berlapis-lapis dan
berwarna putih
mengkilat serta bagian
tepi lesi lebih aktif.
Pitriasis rosea Keluhan gatal Munculnya lesi
ringan dan disertai pertama (herald
dengan malaise, patch)bentuk oval, tepi
demam, nyeri meninggi dengan
kepala dan atralgia skuama halus pada
tepinya. #
Non
Edukasi
Farmakologis

Tatalaksana
Topikal
Farmakologis
Sistemik

#
PEMBAHASAN
TEORI
Tinea korporis infeksi jamur dermatofita yang mengenai kulit
tubuh yang tidak berambut (glabrous skin) di daerah muka,
badan, lengan dan glutea.
Tinea kruris infeksi jamur dermatofita yang mengenai
lipat paha, daerah genitalia dan di sekitar anus yang dapat
meluas ke bokong dan perut bagian bawah

KASUS
Pasien mengaku terdapat bercak kemerahan yang terasa
sangat gatal di lipat paha, punggung, tungkai atas dan
perut.

#
TEORI
Penyebab penyakit ini yaitu jamur
dermatofita, Golongan jamur ini mempunyai sifat
mencernakan keratin.Faktor predisposisinya antara
lain lingkungan yang hangat dan lembab, pakaian
yang ketat, kegemukan

KASUS
Pada kasus ini, kemunginan faktor predisposisinya
yaitu akibat lingkungan yang hangat karena sehubungan
dengan pekerjaan, pekerjaan pasien yang sering berkebun
yang bekerja ditempat yang panas, banyak berkeringat dan
kelembapan kulit yang tinggi dan pola hidup bersih pasien yang
kurang menjaga kebersihan.
#
TEORI
efloresensi yang terdapat pada tinea korporis yaitu lesi
dapat berbentuk makula/ plak atau pacth merah/
hiperpigmentasi, bulat atau lonjong, berbatas tegas
dengan tepi aktif dan penyembuhan sentral

KASUS
Pada kasus ini, terdapat plak, ukuran plakat, tidak
teratur, multiple, polisiklik, eritem sirkumskrip dengan
tepi aktif dan penyembuhan sentral disertai
permukaan ditutupi oleh skuama kutikular.

#
TEORI
Pemeriksaan penunjang untuk membantu
mendiagnosis yaitu berupa pemeriksaan mikologi
pemeriksaan langsung sediaan basah dan biakan. Pada
pemeriksaan mikologik untuk jamur dipelukan bahan
klinis, yang dapat berupa kerokan kulit

KASUS
Pada kasus ini, pasien belum melakukan
pemeriksaan penunjang

#
Tatalaksana
• Salep Whitfield dioleskan tipis pada
tempat lesi 2 x sehari selama 1-2
minggu. Salep Whitfield terdiri dari
asam benzoat 6% dan asam salisilat
3% dengan perbandingan 2 : 1. Asam
benzoat memiliki efek fungistatik,
sedangkan asam salisilat memiliki efek
keratolitik
#
Tatalaksana
• Pemberian obat sistemik yaitu ketokonazol,
merupakan kelompok imidazol yang
mempunyai spektrum luas, bersifat fungistatik
dan efektif untuk dermatofitosis. Ketokonazol
adalah antijamur sistemik, yang
menghasilkan kadar plasma yang cukup
untuk menekan aktivitas berbagai jenis jamur.

#
• Pada pasien juga diberikan, cetrizine
dihydrochloride merupakan antihistamin
H1 untuk mengatasi rasa gatal,
mekanisme kerjanya yaitu inhibisi
selektif dari reseptor H1 perifer

#
#

Anda mungkin juga menyukai