Anda di halaman 1dari 193

Pemicu 2

Kevin Tumbel
405130216
LO 1

Pemeriksaan sebelum dan selama


kehamilan
LO 2

Menjelaskan gangguan kehamilan


Hipertensi
Hipertensi dalam Kehamilan
1. Hipertensi Kronik
 Timbul sebelum usia kehamilan 20mg
 Pertama di diagnosis setelah umur kehamilan 20mg dan
menetap sampai 12mg pasca persalinan

2. Preeklampsia-Eklampsia
 Preeklampsia : hipertensi yg timbul setelah 20mg
kehamilan disertai proteinuria
 Eklampsia : preeklampsia yg disertai kejang dan/ koma
Hipertensi dalam Kehamilan
3. Hipertensi Kronik dengan superimposed preeklampsia
 Hipertensi kronik yg disertai tanda2 preeklampsia /
hipertensi kronik disertai proteinuria

4. Hipertensi Gestasional (transient hypertension)


 Hipertensi yang timbul padakehamilan tanpa disertai
proteinuria dan menghilang setelah 3bln pasca
persalinan
 Kehamilan dg tanda2 preeklamsia tetapi tanpa
proteinuria
Faktor Resiko
Hipertensi pada Kehamilan

• Primigravida, primipaternitas
• Hiperplasentosis
• Umur yang ekstrim
• Riwayat keluarga pernah preeklampsia /
eklampsia
• Penyakit ginjal dan hipertensi yg sudah ada
sebelum hamil
• Obesitas
Patofisiologi
Hipertensi dalam Kehamilan

1. Teori kelainan vaskularisasi plasenta


2. Teori iskemia plasenta, radikal bebas dan
disfungsi endotel
3. Teori intoleransi imunologik ibu dan janin
4. Teori adaptasi kardiovaskular
5. Teori defisiensi gizi
6. Teori inflamasi
Edema
gejala Hipertensi
Proteinuria
Nyeri kepala
Gangguan visus
Perubahan pada Nyeri epigastrium
Preeklampsia organ

Preeklampsia ringan

Preeklampsia berat

komplikasi

pencegahan

eklampsia
Perubahan Sistem Organ pd Preeklampsia
PREEKLAMPSIA
Volume Hipovolemia & vasokonstriksi  hipertensi
plasma
Hipertensi Pe↑ reaktivitas vaskular pd mg ke-20, hipertensi pd Trimester
II
TD : > 140/90 mmHg
TD normal 2-3mg pasca persalinan
Fungsi -Hipovolemia  RBF ↓  oligouria / anuria
Ginjal -Kerusakan sel golerulus  ↑permeabilitas membran basalis
proteinuria
-Sel endotel glomerus bengkak disertai deposit fibrin
Glomerular capillary endotheliosis
-Nekrosis tubular ginjal  GGA  ireversibel
-Vasospasme p.d.  kerusakan intrinsik jar. Ginjal
-Hipovolemia  RBF ↓  filtrasi glomerulus ↓ ↑ as urat
serum( >5 mg/cc) & kreatinin ( >1mg/cc)
Perubahan Sistem Organ pd Preeklampsia
Tekanan osmotik > Menurun karena kebocoran protein & peningkatan
dan koloid permeabilitas vaskuler
Koagulasi -Trombositopenia
-↑ FDP
-↓ antitrombin III
-↑ fibronektin
Viskositas darah Viskositas darah ↑  resistensi perifer↑  aliran darah ke
organ ↓
Hematokrit Hipovolemia  Hematokrit ↑
(menggambarkan beratnya preeklampsia)
Edema Hipoalbuminemia / kerusakan endotel kapiler  edema
60%  pd kehamilan dg hipertensi
80%  pd kehamilan dg hipertensi & proteinuria
Patologis jika :
-Edema pd muka & tangan / Edema generalisata
-Disertai kenaikan BB yg cepat
Perubahan Sistem Organ pd Preeklampsia
Paru Edema paru e.c. payah jantung, kerusakan endotel
kapiler paru & menurunnya diuresis
Hematologik -Peningkatan hematokrit & viskositas darah
-Trombositopenia
-Gejala hemolisis mikroangiopatik
Hepar Vasospasme & iskemia  nekrosis sel hepar
Perdarahan  subkapsular hematoma
Neurologik -Hiperperfusi otak  nyeri kepala
-Spasme & edema retina  gangguan visus
-Hiperrefleksi
-Kejang ( e.c. edema, vasospasme dan iskemia serebri)
-Perdarahan intrakranial
Kardiovaskular ↑ cardiac afterload e.c. hipertensi
↓ cardiac preload e.c. hipovolemia
Janin  -Intrauterin Growth Restriction & Oligohidramnion
↑ morbiditas dan -Prematuritas
mortalitas -Solusio plasenta
Preeklampsia Ringan
suatu sindroma spesifik kehamilan dg
menurunnya perfusi organ yg menyebabkan
vasospasme p.d dan aktivasi endotel

Tujuan umum
Diagnosissetela perawatan: Manajemen
h kehamilan 20mg •Mencegah umum:
•Hipertensi  TD : > perdarahan Terhadap
140/90 mmHg intrakranial & penyakit :
•Proteinuria  > kejang medikamentosa /
300mg/24 jam atau •Mencegah obat2an
tes dipstick >+1 gangguan fungsi •Terhadap
•Edema : lengan, organ vital kehamilan :
muka, perut dan •Melahirkan bayi diteruskan /
generalisata sehat terminasi
Manajemen terhadap Manajemen terhadap
Penyakit Kehamilannya
Rawat jalan
Preterm (<37 mg)
•Banyak istirahat
Bila normotensif, persalinan
•Tidur miring  < tekanan pd V.cava ditunggu sampai aterm
Inferior
•Cukup protein, rendah KH, lemak & Aterm (>37 mg)
garam (2g/hari ) secukupnya Persalinan ditunggu sampai
•Tidak diberikan obat2an diuretik, onset persalinan
atihipertensi dan sedatif Dipertimbangkan untuk
•Pemeriksaan rutin Hb, Ht, faal hati & melakukan induksi pada
ginjal, urinalisa taksiran tanggal persalinan
Persalinan spontan /
memperpendek kala II
Rawat inap
•Bila ≠perbaikan TD & peoteinuria selama
2mg dan adanya 1/> tanda preeklampsia
berat
•Anamnesis, pemeriksaan fisik dan
laboratorium
•Pemeriksaan janin : pertumbuhan dan
jumlah cairan amnion
preeklampsia dengan TD sistol
>160mmHg dan diastol >110
Preeklampsia Berat mmHg disertai proteinuria > 5g/24
jam

Diagnosis  bila ditemukan 1/> gejala


berikut :
Klasifikasi : •TD sistol >160mmHg & diastol >110
•Preeklampsia berat dengan mmHg(tdk menurun wlpun sudah dirawat
impending eclampsia Jika di RS dan tirah baring)
disertai gejala2 subjektif : nyeri •proteinuria > 5g/hr atau 4+ pada
pemeriksaan kualitatif
kepala hebat, gangguan visus, •Oligouria  <500cc/hr
muntah2, nyeri epigastrium dan •Kreatinin plasma ↑
kenaikan progresif TD •Gangguan visus & serebral : nyeri kepala,
•Preeklampsia berat tanpa penurunan kesadaran, pandangan kabur
impending eclampsia •Nyeri epigastrium
•Edema paru & sianosis
•Hemolisis mikroangiopati
•Trombositopenia berat  < 100.000 sel/
mm3
•Gangguan faal hepar  ↑ alanin dan AST
•Pertumbuhan janin terhambat
•Sindrom HELLP
Manajemen penyakit

Rawat inap dan tirah baring miring


Pengelolaan cairan
•Infus 5%ringer dekstrose / dektrose 5%
•Foley catheter : pantau pengeluaran urin
Pemberian obat anti kejangMgSO4, Diasepam, Fenitoin
Pemberian diuretik (furosemida)bila ada edema paru, gagal
jantung kongestif & edema anasarca
Pemberian antihipertensi
Lini 1 : nifedipin
Lini 2 : sodium nitopruside, diazokside
Pemberian glukokortikoid  pematangan paru janin pada
kehamilan 32-34mg & sindroma HELLP
Manajemen terhadap
kehamilan
Perawatan Aktif : kehamilan Perawatan konservatif :
diterminasi bersamaan dengan kehamilan tetap
pemberian pengobatan dipertahankan bersamaan
medikamentosa dengan pemberian
pengobatan medikamentosa

Umur kehamilan > 37mg


-Tanda2 impending eclampsia Indikasi :
-Kegagalan terapi konservatif -Kehamilan < 37mg tanpa
-Diduga adanya solusio tanda2 impending eclampsia
dan keadaan janin baik
plasenta Penatalaksanaan :
-Timbul onset persalinan, -Diberi pengobatan
ketuban pecah / perdarahan medikamentosa thp penyakit
-Adanya tanda fetal distres & -Pemberian MgSO4 
IUGR hentikan bila mencapai tanda
-Oligohidramnion preeklampsia ringan (DOC)
-NST nonreaktif dg profil -Observasi dan evaluasi
biofisik abnormal -Boleh pulang bila kembali ke
-Tanda2 sindroma HELLP gejala2 preeklampsia ringan
Komplikasi Ibu Komplikasi Janin
•SSP •Intrauterin fetal growth
•Hepar restriction
•Ginjal •Solusio plasenta
•Hematologi •Prematuritas
•Kardiopulmonar •Sindrom distres nafas
•Lainnya •Kematian janin intrauterine
•Kematian neonatal
•NEC
•Sepsis
•Serbral palsy
Pencegahan Preeklampsia
Pencegahan Non Medikal Pencegahan Medikal
(tidak memberikan obat) (dengan memberikan obat)

• Melakukan tirah baring • Obat anti trombotik


• Suplementasi omega 3  Aspirin <100mg/hari
PUFA • Zinc : 200mg/hari
• Suplementasi antioksidan • Magnesium: 365mg/hari
• Kalsium : 1500-2000mg/hari
Eklampsia
kasus akut penderita preeklampsia yang
disertai kejang menyeluruh dan koma
-Selama kejang : TD dan suhu↑,
inkontinensia disertai oligouria
Setelah 1 menit kejang melemah
 berhenti  penderita masuk
ke keadaan koma dan frekuensi
Gambaran klinik pernafasan↑ (50x/menit)
Bila tidak diberi OAE, akan
segera disusul dengan periode
Diagnosis kejang yg berikutnya
Banding -Kejang tonik(15-30s)
-Kejang klonik(1 menit)

Perdarahan otak
Hipertensi
Lesi otak
Kelainan metabolik
Meningitis
Epilepsi iatrogenik
Penatalaksanaan

Perawatan dasar : OAE : magnesium sulfat,


stabilisasi ABC diazepam
Mengatasi & mencegah kejang Perawatan saat kejang
Mengatasi hipoksemia Baringkan di tempat tidur
Mencegah trauma pd pasien saat Hindari hentakan pada
kejang benda2 keras
Mengendalikan TD Masukkan sudap lidah ke
Melahirkan janin pd waktu & cara yg mulut
tepat Fiksasi badan pada
Perawatan tempat tidur
medikamentosa : Setelah selesai kejang,
Mencegah & menghentikan kejang segera beri oksigen
Mencegah & menghentikan Penyulit Perawatan koma
Mencapai stabilisasi ibu  Usahakan jalan nafas
melahirkan janin pd saat &cara yg tetap terbuka
tepat Pengisapan intermiten di
mulut & tenggorokan
Monitoring kesadaran
dengan glasgow coma
scale
Pasang NGT bila perlu
Eklamsia
Definisi
• Adalah preeklampsia yang disertai dengan
kejang-kejang atau koma
Gambaran Klinik
• Nyeri kepala hebat pada bagian depan atau belakang
kepala dan peningkatan tekanan darah yang abnormal
• Gangguan penglihatan : melihat kilatan-kilatan cahaya,
pandangan kabur, dan terkadang bisa terjadi kebutaan
sementara
• Iritabel : merasa gelisah dan tidak bisa bertoleransi
dengan suara berisik atau gangguan lainnya
• Nyeri perut : bagian ulu hati yang kadang disertai
dengan muntah
• Tanda-tanda umum pre eklampsia (hipertensi, edema,
dan proteinuria)
• Kejang-kejang dan atau koma
Diagnosis Banding
• Pendarahan otak
• Hipertensi
• Lesi otak
• Kelainan metabolik
• Meningitis
• Epilepsis iatrogenik
Penatalaksanaan
• Airway – Breathing – Circulation
• Mengatasi dan mengobati kejang
– Magnesium sulfat, triopental, diazepam
• Perawatan pada waktu kejang :
– Dirawat yang cukup terang, dibaringkan di tempat
tidur yang lebar dan rail tempat tidur dipasang
kuat, masukkan sudap lidah, kepala dirandahkan
dan daerah orofaring dihisap, bila penderita
selesai kejang segera beri oksigen
Penatalaksanaan
• Perawatan koma :
– Diusahakan jalan napas agar tetap terbuka
– Semua benda yang ada di dalam rongga mulut dan
tenggorakan, baik berupa lendir maupun sisa
makanan harus diisap secara intermiten
– Melakukan pencegahan dekubitus
– Pemberian makanan dapat melalui NGT
• Perawatan edema paru :
– Dirawat di ICU karena membutuhkan animasi dengan
respirator
Penatalaksanaan
• Pengobatan obstetrik
– Semua kehamilan dengan eklampsia harus
diakhiri
– Persalinan diakhiri bila sudah mencapai
stabilisasi hemodinamika dan metabolisme
ibu
Prognosis
• Bila tidak telambat dalam pengobatan, maka
gejala perbaikan akan tampak jelas setelah
kehamilan diakhiri
• Diuresis akan terjadi 12 jam setelah persalinan
• Tekanan darah kembali normal dalam beberapa
jam kemudian
• Eklampsia tidak mempengaruhi kehamilan
berikutnya, kecuali pada ibu yang sudah
mempunyai hipertensi kronik
• Prognosis janin buruk
Sindroma HELLP
• Definisi : preeklampsia-eklampsia disertai
timbulnya hemolisis, peningkatan enzim hepar,
disfungsi hepar dan trombositopenia

• HELLP : Hemolysis Elevated Liver Enzyme Low


Platelets count
Klasifikasi Sindroma HELLP
Klas I Klas II Klas III

Trombosit < 50.000/ml > 50.000/ml > 100.000/ml


< 100.000/ml < 150.000/ml
LDH > 600 IU/L > 600 IU/L > 600 IU/L

AST / ALT > 40 IU/L > 40 IU/L > 40 IU/L


Diagnosis
• Didahului tanda & gejala tidak khas : malaise,
lemah, sakit kepala, mual dan muntah
• Adanya tanda dan gejala preeklampsia
• Tanda2 hemolisis intravaskular : ↑LDH, AST,
bilirubin indirek
• Tanda kerusakan hepatosit hepar : ↑ALT, AST,
LDH
• Trombositopenia < 150.000/ml
• Keluhan nyeri RUQ abdomen
Terapi medikamentosa
• Terapi preeklampsia-eklampsia dengan
monitoring kadar trombosit tiap 12 jam
• Trombosit < 50.000/ml  pemeriksaan PT, TT,
APTT dan fibrinogen
• Pemberian dexamethasone antepartum
• Trombosit < 100.000/ml atau 100.000-
150.000/ml disertai tanda2 eklampsia,
hipertensi berat, nyeri epigastrium  IV
dexametason 10mg tiap 12 jam
abortus
Perdarahan
trimester I
Kehamilan ektopik

Mola hidatidosa

Inkompetensi servix
Perdarahan selama Perdarahan Solusio plasenta
kehamilan trimester II
Partus prematurus

Plasenta previa
Perdarahan
Ruptur uteri
trimester III
Solusio plasenta

DM
Kelainan Plasenta
Plasenta Previa
• plasenta yang letaknya abnormal yaitu pada
segmen bawah rahim sehingga menutupi
sebagian atau seluruh pembukaan jalan lahir
(ostium uteri internum)
• Klasifikasi
– Plasenta previa totalis
– Plasenta previa parsialis
– Plasenta previa marginalis
– Plasenta previa letak rendah
Plasenta previa Plasenta menutupi seluruh ostium uteri
totalis internum

Plasenta Plasenta previa Plasenta menutupi sebagian ostium uteri


previa parietalis internum

Plasenta previa Pinggir bawah plasenta berada tepat di


marginalis pinggir ostium uteri internum
Faktor predisposisi
• Multiparitas dan umur lanjut (> 35 tahun)
• Defek vaskularisasi desicua oleh peradangan dan atrofi
• Cacat/jaringan parut pads endometrium oleh bekas-
bekas pembedahan (SC, kuret, dan lain-lain)
• Khorion leve persistens
• Korpus luteum bereaksi terlambat
• Konsepsi dan nidasi terlambat
• Plasenta besar pads hamil ganda dan eritropblastosis
atau hidrops fetalis
Plasenta Previa

Plasenta Previa Totalis (A), Parsialis (B), dan Marginalis (C)


Tanda dan gejala
• Perdarahan tanpa sebab, tanpa rasa nyeri dan biasanya
berulang (painless, causeless, recurrent bleeding), darahnya
berwarna merah segar.
• Bagian terdepan janin tinggi (floating), sering dijumpai
kelainan letak janin.
• Perdarahan pertama (first bleeding) biasanya tidak
banyak dan tidak fatal, kecuali bila dilakukan periksa
dalam sebelumnya, sehingga pasien sempat dikirim ke
rumah sakit. Tetapi perdarahan berikutnya (recurrent
bleeding) biasanya lebih banyak.
• Janin biasanya masih baik
Penanganan
 Konservatif bila : Penanganan aktif berupa:
◦ Kehamilan kurang 37 Persalinan per vaginam.
minggu Persalinan per abdominal.
◦ Perdarahan tidak ada atau Indikasi melakukan seksio sesar
tidak banyak (Hb masih
dalam batas normal) :
◦ Tempat tinggal pasien dekat Plasenta previa totalis
dengan rumah sakit (dapat Perdarahan banyak tanpa
menempuh perjalanan henti
selama 15 menit) Presentase abnormal
 Penanganan aktif bila : Panggul sempit
◦ Perdarahan banyak tanpa Keadaan serviks tidak
memandang usia kehamilan
◦ Umur kehamilan 37 minggu menguntungkan (belum
atau lebih matang)
◦ Anak mati Gawat janin
• Perawatan konservatif berupa :
– Istirahat
– Memberikan hematinik dan spasmolitik
untuk mengatasi anemia
– Memberikan antibiotik bila ada indikasi.
– Pemeriksaan USG, Hb, dan hematokrit.
• 3 hari tidak terjadi perdarahan setelah
melakukan perawatan konservatif  mobilisasi
bertahap. Pasien dipulangkan bila tetap tidak
ada perdarahan. Bila timbul perdarahan segera
bawa ke rumah sakit dan tidak boleh
melakukan senggama.
Komplikasi
• Perdarahan dan syok
• Infeksi
• Laserasi serviks
• Plasenta akreta
Solusio Plasenta
• terlepasnya sebagian atau seluruh plasenta
pada implantasi normal sebelum janin lahir
• Plasenta dapat terlepas hanya pada pinggirnya
saja (ruptura sinus marginalis), terlepas lebih
luas (soluio plasenta parsialis), seluruh
permukaan maternal (solusio plasenta totalis)
Solusio Plasenta

Solusio Plasenta dengan Perdarahan (A) dan Perdarahan Tersembunyi (B)


Solusio plasenta totalis
Menurut derajat Solusio plasenta parietalis
pelepasan plasenta
Solusio plasenta marginalis

Solusio plasenta dg perdarahan keluar

Menurut bentuk Solusio plasenta dg perdarahan tersembunyi


Solusio plasenta
perdarahan
Solusio plasenta dg perdarahan masuk ke
kantong amnion

Solusio plasenta ringan


Menurut tingkat
Solusio plasenta sedang
gejala klinis
Solusio plasenta berat
Klasifikasi:
• Solusio plasenta ringan
– Luas plasenta yg lepas <25% atau <1/6bagian
– Darah yg keluar <250mL
• Solusio plasenta sedang
– Luas plasenta yg terlepas >25% tetapi belum mencapai setengahnya
– Jumlah darah >250mL tetapi <1000mL
– Gejala tanda sudah jelas: nyeri pada perut yang terus menerus, DJJ
cepat, hipotensi, takikardi
• Solusio plasenta berat
– Luas plasenta yang terlepas >50%
– Darah yang keluar >1000mL
– Keadaan umum penderita buruk disertai syok, kebanyakan janin telah
meninggal
– Komplikasi koagulopati dan gagal ginjal biasanya telah ada
• Ciri-ciri solusio plasenta :
1. Perdarahan dengan nyeri
2. Perdarahan tidak berulang
3. Warna perdarahan merah coklat
4. Adanya anemia dan renjatan yang tidak sesuai dengan
keluarnya darah
5. Timbulnya tiba-tiba
6. Waktu terjadinya saat hamil inpartu
7. His ada
8. Rasa tegang saat palpasi
9. Denyut jantung janin biasanya tidak ada
10. Teraba ketuban yang tegang pada periksa dalam vagina
11. Penurunan kepala dapat masuk pintu atas panggul
12. Tidak berhubungan dengan presentasi
• Faktor risiko
– Pernah solusio plasenta
– Ketuban pecah preterm/korioamnionitis
– Sindroma pre-eklampsia
– Hipertensi kronik
– Merokok/nikotin
– Merokok+hipertensi kronik atau pre-eklampsia
– Pecandu kokain
– Mioma di belakang plasenta
– Gangguan sistem pembekuan darah
– Acquired antiphospholipid autoantibodies
– Trauma abdomen dalam kehamilan
– Plasenta sirkumvalata
Gambaran klinik
• Perdarahan berwarna tua keluar melalui vagina
• Rasa nyeri perut
• Uterus tegang terus menerus mirip his partus
prematurus
• Kadang tdk ada gejala, gejala mirip tanda
persalinan prematur
Komplikasi
• Anemia
• Syok hipovolemik
• Insufisiensi fungsi plasenta
• Gangguan pembekuan darah
• Gagal ginjal mendadak
• Uterus Couvelaire
• Syok lama iskemia dan nekrosis adenohipofisis 
Sindroma Sheehan
• Kematian janin
• Kelahiran prematur
• Kematian perinatal
Ruptura Uteri
• Komplit: robekan pada rahim di mana telah
terjadi hubungan langsung antara rongga
amnion dan rongga peritoneum
• Inkomplit: hubungan kedua rongga tsb masih
dibatasi oleh peritoneum viseral
Klasifikasi berdasarkan penyebab
• Kerusakan atau anomali uterus yang telah ada sebelum hamil:
– Pembedahan pada miometrium
– Trauma uterus koinsidental
– Kelainan bawaan
• Kerusakan atau anomali yang terjadi selama kehamilan
– Sebelum kelahiran anak: his spontan yang kuat dan terus
menerus, pemakaian oksitosin atau prostagladin, trauma
luar dll
– Dalam periode intrapartum: versi-ekstraksi, ekstraksi
bokong, anomali janin dll
– Cacat rahim yang didapat: plasenta inkreta, adenomiosis dll
• Secara klasik, ruptura uteri ditandai dengan nyeri abdomen akut dan
perdarahan pervaginam berwarna merah segar serta keadaan janin yang
memburuk.
• Gejala ruptura uteri ‘iminen’ :
– Lingkaran retraksi patologis Bandl
– Hiperventilasi
– Gelisah - cemas
– Takikardia
• Setelah terjadi ruptura uteri, nyeri abdomen hilang untuk sementara waktu
dan setelah itu penderita mengeluh adanya rasa nyeri yang merata dan
disertai dengan gejala dan tanda:
– Abnormalitas detik jantung janin (gawat janin sampai mati)
– Pasien jatuh kedalam syok
– Bagian terendah janin mudah didorong keatas
– Bagian janin mudah diraba melalui palpasi abdomen
– Contour janin dapat dilihat melalui inspeksi abdomen
KPD
Ketuban Pecah Dini
(preterm rupture of the membrane)
• Ketuban Pecah Dini (PROM) :pecahnya selaput
chorioamniotik sebelum terjadi proses persalinan.
• Diagnosa KPD :seorang ibu hamil mengalami pecah
selaput ketuban dan dalam waktu 1 jam kemudian
tidak terdapat tanda awal persalinan.
• Bila terjadi pada kehamilan < 37 minggu disebut KPD
Preterm
Fungsi Selaput Amnion
• Kantung amnion merupakan tempat yg baik
untuk gerak dan perkembangan
muskuloskeletal janin
• Gerak pernapasan yg disertai aliran cairan
amnion ke dalam sal pernapasan janin penting
bagi perkembangan saccus alveolaris paru
• Selaput ketuban penghalang masuknya
polimikrobial flora vagina ke dalam kantung
amnion
Arti Klinis KPD
• Bila bagian terendah janin belum masuk 
prolapsus atau kompresi talipusat akibat
berkurangnya cairan amnion.
• KPD sering diikuti dengan adanya tanda
persalinan.
• Peristiwa KPD > 24 jam seringkali disertai
infeksi intrauterine.
Angka Kejadian
• Merupakan komplikasi pada 10% kehamilan
aterm dan 4% kehamilan preterm

• KPD preterm menyebabkan 1/3 kehamilan


preterm dan merupakan penyebab utama
morbiditas dan mortalitas perinatal
Etiologi
• Inkompetensi serviks
• Polihidramnion (cairan ketuban berlebih)
• Riwayat KPD sebelumya
• Kelainan atau kerusakan selaput ketuban
• Kehamilan kembar
• Trauma
• Serviks yang pendek (<25mm) pada usia
kehamilan 23 minggu
• Infeksi pada kehamilan seperti bakterial vaginosis
Inkompetensi serviks
Faktor Resiko
• Golongan sosio ekonomi rendah
• Ibu hamil tidak menikah
• Kehamilan remaja
• Merokok
• PMS
• Vaginosis bakterial
• Riwayat KPD
• Perdarahan antenatal
Patofisiologi
• Kolagen terdapat pada lapisan kompakta
amnion,fibroblas,jaringan retikuler korion. sintesis
atau degenerasi kolagen diatur interleukin 1 dan
prostaglandin
• Bila infeksiaktivitas iL 1 dan prostaglandin
meningkatkolagenase jaringandepolimerisasi
kolagen pada selaput korion/amnionketuban tipis
mudah pecah.
Tanda dan gejala
• keluarnya cairan ketuban merembes melalui
vagina.
• Aroma air ketuban berbau amis berasa manis dan
tidak seperti bau amoniak
• Demam
• bercak vagina yang banyak
• nyeri perut
• denyut jantung janin bertambah cepat tanda
infeksi
Komplikasi
• KPD preterm seringkali menyebabkan :
1.Persalinan preterm
2.Chorioamnionitis
3.Endometritis
4.Gawat janin atau asfiksia intrauterin
• Asfiksia intrauterin terjadi akibat kompresi
talipusat akibat kurangnya cairan amnion.
Pemeriksaan Diagnostik
• Tujuan umum diagnostik awal :
- Konfirmasi diagnosa selaput ketuban sudah
pecah.
- Menilai keadaan janin.
- Menentukan apakah pasien dalam keadaan
inpartu aktif.
- Menyingkirkan infeksi.
Pemeriksaan penunjang
• Kertas nitrazine,
– pH normal vagina (4-4,7)
– pH cairan ketuban (7,1-7,3)
– False positif jika terdapat keterlibatan trikomonas,
darah, semen, lendir leher rahim, dan air seni.
• USG
– digunakan untuk mengkonfirmasi jumlah air
ketuban yang terdapat di dalam rahim
Pentalaksanaan
Penanganan khusus
Penanganan Umum
Konfirmasi diagnosis :
• Bau cairan ketuban yang khas.
• Konfirmasi usia kehamilan • Jika keluarnya cairan ketuban sedikit-
• Lakukan pemeriksaan inspekulo sedikit, tampung cairan yang keluar
dan nilai 1 jam kemudian.
untuk menilai cairan yang kurang • Dengan speculum DTT, lakukan
(jumlah, warna dan bau) dan pemeriksaan inspekulo. Nilai apakah
membedakannya dengan urin. cairan keluar melalui ostium uteri atau
terkumpul di forniks posterior.
• Pemeriksaan dalam secara digital.
Penaganan konservatif :
• Tentukan ada tidaknya infeksi. • Rawat di rumah sakit
• Tentukan tanda-tanda inpartu. • Berikan antibiotic (ampisilin 4 x 500
ganti eritromisin bila tak tahan
ampisilin) dan metronidazol 2 x 500 mg
selama 7 hari.
• Jika umur kehamilan < 32 – 34 minggu,
dirawat selama air ketuban masih
keluar atau sampai air ketuban tidak
keluar lagi.
Penatalaksanaan
Kehamilan yang disertai Amnionitis
• Bila KPD disertai adanya tanda infeksi
chorioamnionitis harus dilakukan terminasi
kehamilan tanpa memperhatikan usia
kehamilan.
• Sebelum terminasi kehamilan diberikan
antibiotika spektrum luas untuk terapi
amnionitis.
Infeksi mikroorganisme
Infeksi Virus
• Parvovirus
– Dampak pada janin => abortus, hidrop nonimun
• Varisela-Zoster
– Trimester I => korioretinitis, atrofi korteks serebri,
hidronefrosis, kelainan tulang dan kulit
• Virus Hepatitis
– Abortus, perdarahan pasca persalinan
• Demam Dengue
– Kematian janin intrauterin, pada saat persalinan
terjadi trombositopenia
Infeksi Bakterial
• Grup A streptokokus
• Grup B streptokokus
– Pada maternal => kehamilan prematur, KPD,
korioamnionitis, fetal dan neonatal infeksi
• Demam tifoid
– Keguguran, persalinan prematur, dan kematian
janin intrauterin
Infeksi Bakterial
Malaria

Ibu Hamil

Janin
Parasitemia Bayi Baru Lahir
Morbiditas :
Anemia Abotus
Malaria serebral Lahir mati
Hipoglikemia Infeksi Berat lahir
Sepsis peurperal kongenital rendah
Mortalitas : Prematuritas
Penyakit berat IUGR
Perdarahan Penyakit malaria
Moortalitas
NAMA Toxoplasma Rubella CMV HERPES
SIMPLEK II
penyebab Toxoplasma gondi. Virus rubella virus Virus Herpes
Cytomegalovirus Simpleks tipe II
golongan virus (HSV II).
keluarga Herpes.

Gejala mirip gejala demam akut, lepuh pada kulit,


influenza, rasa ruam pada kulit
lelah, malaise, dan pembesaran
demam, tidak kelenjar getah
menimbulkan bening.
masalah

Kelainan mata dan telinga, Mata pembesaran hati, fatal


retardasi mental, kuning, ekapuran
kejang-kejang dn otak, ketulian,
ensefalitis. retardasi mental

Diagnosis Anti-Toxoplasma pemeriksaan Anti CMV IgG Anti-HSV II IgG


IgG, IgM dan IgA, laboratoriu dan IgM, serta dan Igm
serta Aviditas pemeriksaan Aviditas Anti-
Anti-Toxoplasma Anti-Rubella IgG CMV IgG
IgG dana IgM
Abortus
Definisi
• Berakhirnya suatu kehamilan sebelum janin
mampu hidup diluar rahim (< 500 gram atau <
20-22 minggu)
• Gangguan pada kehamilan trimester I atau <
20 minggu yang ditandai dengan keluarnya
darah atau hasil konsepsi
Klasifikasi
• Abortus iminens: perdarahan per vaginam pada kehamilan < 20
minggu, tanpa ada tanda-tanda dilatasi serviks yang meningkat
• Abortus insipiens: bila perdarahan diikuti dengan dilatasi serviks
• Abortus inkomplit: bila sudah sebagian jaringan janin dikeluarkan
dari uterus. Bila disertai infeksi genitalia disebut abortus infeksiosa
• Abortus komplit: bila seluruh jaringan janin sudah keluar dari
uterus
• Missed abortion: kematian janin sebelum 20 minggu, tetapi tidak
dikeluarkan selama 8 minggu atau lebih
• Abortus habitualis : abortus berulang selama tiga kali berturut-
turut
Etiologi
• Faktor janin
Dimana terjadi gangguan pertumbuhan pada zigot, embrio
atau plasenta, contohnya :
- Abnormal dari pembentukan plasenta
- Kelainan kromosom (monosomi, trisomi)
• Faktor maternal
Terjadi infeksi(virus, bakteri) pada awal trimester 1 dan
trimester 2. Contohnya:
- Infeksi karena rubella, CMV, herpes simplex, varicella
zoster, vaccinia, campak, hepatitis, polio, ensefalomyelitis,
Salmonella typhi, Brucelosis, Leptospirosis, dll
- Toxoplasma gondii, Plasmodium
Etiologi
– Penyakit vaskuler (pembuluh darah) contoh : hipertensi
vaskuler, kelainan endokrin contohnya pada defisiensi
insulin atau disfungsi dari kelenjar tyroid
- Penyakit imunitas inkomptabilitas HLA (Human Leukocyte
Antigen)
- Trauma
- Kelainan uterus
- Psikosomatik
• Faktor eksternal :
– dapat disebabkan oleh radiasi, obat-obatan, dan bahan
kimia Abortus
Patogenesis
• Awal abortus  perdarahan desidua basalis & nekrosis
jaringan sekitar  hasil konsepsi terlepas  dianggap
benda asing oleh uterus  uterus berkontraksi untuk
mengeluarkan
• Kehamilan 8 minggu  vili koriolis belum menembus
desidua secara dalam  hasil konsepsi dapat dikeluarkan
seluruhnya
• Kehamilan 8 – 14 minggu  penembusan sudah lebih
dalam  plasenta tidak dilepaskan sempurna  banyak
perdarahan
• Kehamilan 14 minggu  janin dikeluarkan terlebih dahulu
daripada plasenta
– Terkadang plasenta tertinggal  kontraksi uterus dan perdarahan
Manifestasi Klinis
Diagnosis Perdarahan Serviks Besar uterus Gejala lain
Abortus Sedikit hingga Tertutup Sesuai umur Plano tes(+)
iminiens sedang kehamilan Kram
Uterus lunak
Abortus Sedang hingga Terbuka Sesuai atau > Kram uterus
insipiens banyak kecil lunak
Abortus Sedikit hingga Terbuka Lebih kecil dari Kram
inkomplit banyak umur Keluar jaringan
kehamilan Uterus lunak
Abortus Sedikit atau Lunak (terbuka Lebih kecil dari Sedikit/kram (-)
komplit tidak ada atau tertututp) umur Uterus kenyal
kehamilan
Missed Sedikit dan Agak kenyal dan Lebih kecil dari Gejala
abortion warna tertutup umur kehamilan
kehitaman kehamilan menghilang
Uterus tak
membesar
ABORTUS
KOMPLETUS

ABORTUS
INKOMPLETUS
Diagnosa
1. Nyeri suprapubik, kejang uterus dan atau
nyeri punggung bagian bawah
2. Perdarahan pervaginam
3. Dilatasi servik dan teraba jaringan keluar dari
kanalis servikalis
4. Gejala dan tanda kehamilan menghilang
5. Tes kehamilan negatif atau kadar β hcg
meningkat pesat
6. Pemeriksaan ultrasonografi yang tidak
normal
Diagnosa Banding
• Kehamilan ektopik
• Perdarahan servik akibat epitel servik yang
mengalami eversi atau erosi
• Polip endoservik
• Mola hidatidosa
• Karsinoma servik uteri
Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium
• Darah lengkap
– Kadar haemoglobih rendah akibat anemia
haemorrhagik.
– LED dan jumlah leukosit meningkat tanpa adanya
infeksi.
• Tes kehamilan
– Penurunan atau level plasma yang rendah dari β-hCG
adalah prediktif bagi terjadinya kehamilan abnormal
(blighted ovum, abortus spontan atau kehamilan
ektopik).
Pemeriksaan Penunjang
• Ultrasonografi
– USG transvaginal dapat digunakan untuk
deteksi kehamilan 4 – 5 minggu
– Detak jantung janin terlihat pada kehamilan
dengan CRL > 5 mm (usia kehamilan 5 – 6
minggu)
– Dapat digunakan untuk menentukan
apakah kehamilan viabel atau non-viabel
Atas :
Kantung kehamilan dengan
mudigah

Kiri :
Blighted Ovum , kantung
kehamilan tanpa mudigah
Penatalaksanaan
Jenis abortus Penatalaksanaan

Abortus Iminiens Istirahat baring


Pertimbangkan infeksi􀃆 antibiotika, AKDR􀃆 ekstraksi
AKDR, defisiensi hormonal􀃆 ( didrogesteron, alilestenol )
Abortus insipiens, Kelanjutan abortus imminens yang diupayakan terapi
inkomplit dan missed gagaldilakukan evakuasi massa kehamilan/sisa konsepsi
abortion dg kuretase atau AVM
Abortus habitualis (3 Umumnya disebabkan anomali kromosominvestigasi
kali atau lebih) genetis
Defisiensi hormonal
Inkopetensi serviks Shirodkar/Mc Donald sebelum usia 12-
14 minggu
Abortus terapetik Terminasi suatu kehamilan atas indikasi ibu. Jika pengakhiran
kehamilan tdk segera mengancam keselamatan ibu atau
kecacatan yg berat pada janin
Komplikasi
– Perdarahan yang menyebabkan
haemorrhagic shock
– Infeksi
– Sepsis pasca abortus provokatus
– Infertilitas
– Perforasi, cedera vesika urinaria atau usus
akibat tindakan kuretase
Pengaruh Riwayat Abortus Terhadap Kehamilan
Berikutnya
• Cedera dalam alat kandungan ataupun jalan lahir dapat
ditimbulkan oleh proses kehamilan terdahulu dan
memberi akibat buruk pada kehamilan yang berikutnya.
• Pernah mengalami abortus; sengaja ataupun tidak dengan
ataupun tanpa tindak pengerokan (curretugo) terlebih lagi
bila mengalami ulangan abortus akan semakin besar
kemungkinannya mengalami lagi pada kehamilan
berikutnya dan juga kemungkinan kejadian perdarahan.
• Bisa jadi ibu mengalami anemia yang berdampak buruk
pada ibu dan janinnya.
Pengaruh Riwayat Abortus Terhadap
Kehamilan Berikutnya
• Inkompetensi serviks menyebabkan keguguran
pada kehamilan berikutnya.
• Perforasi rahim dan plasenta previa dengan
implikasi serius terhadap kesehatan ibu dan
anaknya dalam kehamilan berikutnya, dan
• Kehamilan ektopik yang jika tidak terdiagnosis
dan tidak diobati, dapat mengakibatkan
seorang wanita mati.
Malposisi Janin
Malpresentasi dan Malposisi
• Malpresentasi adalah semua presentasi janin
selain presentasi belakang kepala
• Malposisi adalah posisi abnormal ubun-ubun
kecil relatif terhadap panggul ibu
Presentasi Dahi
• Terjadi manakala kepala janin dalam sikap
ekstensi sedang
• Bila menetap, bayi tidak dapat dilahirkan
karena besarnya diameter oksipitomental
• Diagnosis :
– Pada pemeriksaan vagina teraba pangkal hidung,
tepi atas orbita, sutura frontalis, dan ubun-ubun
besar, tetapi tidak dapat meraba dagu atau mulut
janin
– Pada palpasi abdomen teraba oksiput dan dagu
janin di atas simfisis dengan mudah
Presentasi Dahi
Presentasi Muka
• Terjadi apabila sikap janin ekstensi maksimal
sehingga oksiput mendekat ke arah punggung
janin dan dagu menjadi bagian presentasinya
• Janin masih dapat dilahirkan vaginal apabila
posisi dagunya di anterior
• Diagnosis :
– Pada pemeriksaan vagina dapat diraba mulut,
hidung, tepi orbita, dan dagu
Presentasi Muka
Presentasi Majemuk
• Adalah terjadinya prolaps satu atau lebih
ekstremitas pada presentasi kepala ataupun
bokong
• Diagnosis :
– Pada pemeriksaan vagina teraba kepala,
tangan/lengan dan/atau kaki
– Pada presentasi bokong teraba juga lengan/tangan
Presentasi Majemuk
Presentasi Bokong
• Adalah janin letak memanjang dengan bagian
terendahnya bokong, kaki, atau kombinasi
keduanya
• Diagnosis :
– Pemeriksaan palpasi abdomen
– Pemeriksaan dalam vagina
– Pemeriksaan USG
Presentasi Bokong
Persalinan Buatan
• Vakum
• C-sectio
Ekstrasi Vakum
• Definisi : suatu persalinan dimana janin
dilahirkan dengan ekstrasi tenaga negatif
(vakum) pada kepalanya.

• Alat : ekstraktor vakum / ventouse


Bagian2 Ekstraktor Vakum
1. Mangkok
- Dipakai untuk membuat kaput suksedanum artifisialis (untuk ekstrasi kepala)
- Diameter mangkok : 3-6 cm
- Pada dinding belakang mangkok terdapat tonjolan untuk letak denominator
2. Botol
- Tempat membuat tenaga –
- Pada tutupnya terdapat manometer saluran menuju pompa penghisap &
saluran menuju ke mangkuk yg disertai dengan pentil
3. Karet penghubung
4. Rantai penghubung antara mangkok dg pemegang
5. Pemegang (extraction handle)
6. Pompa penghisap (vacum pump)
Bagian2 Ekstraktor Vakum
Indikasi dan Kontraindikasi
Indikasi Kontra Indikasi
IBU IBU
• Ruptura uteri
• Untuk memperpendek kala II
• Penyakit dimana ibu tdk boleh
pada : mengejan ( payah jantung,
– Penyakit jantung preeklampsia berat)
kompensata
– Penyakit paru fibrotik
• Waktu : kala II yg memanjang
JANIN
• Letak muka
JANIN • After coming head
• Gawat janin • Janin preterm
(masih kontroversi)
Syarat Vakum
• Pembukaan > 7cm (pada multigravida)
• Penurunan kepala janin boleh pada hodge II
• Harus ada kontraksi uterus
• Harus ada tenaga mengejan
Prosedur Vakum
• Ibu dalam posisi litotomi
• Beri anestesi bila ibu nyeri saat dipasang mangkuk, pada
dasarnya tidak dibutuhkan narkosis umum
• Pilih mangkuk yg sesuai dg pembukaan (pada pembukaan
lengkap => no 5)
• Pasang mangkuk ke dalam vagina dengan posisi miring di
bagian terendah kepala menjauhi ubun2 besar
• Pasang denominator sesuai tonjolan mangkuk
• Dilakukan penghisapan dengan pompa dengan tenaga
0,2kg/cm2 dengan interval 2 menit
( tekanan yg diperlukan 0,7-0,8 kg/cm2 dg waktu 6-8menit)
• Dengan adanya tekanan -, terbentuk kaput suksedanum
artifisialis pada mangkuk
• Sebelum melakukan traksi, priksa ulang apakah ada bagian
jalan lahir yg ikut terjepit
• Bersamaan dg his, suruh ibu mengejan dan manguk ditarik
searah sumbu panggul
• Ibu jari dan telunjuk tangan kiri menahan mangkuk dan
tangan kanan melakukan tarikan dengan memegang pada
pemegang
• Lakukan traksi selama ad his dan mengikuti putaran paksi
dalam. Bila his berhenti, hentikan traksi
• Kepala janin dilahirkan dg menarik mangkuk ke arah atas
sehingga kepala janin lahir sebagaimana lazimnya
• Saat kepala mengadakan defleksi, tangan penolong menahan
perineum
• Setelah kepala lahir pentil dilepas => udara masuk ke botol =>
tekanan – hilang => mangkok dilepas
• Bila perlu melakukan episiotomi maka dilakukan sebelum
pemasangan mangkuk / pd waktu kepala membuka vulva
Kriteria Ekstrasi Vakum Gagal
• Waktu dilakukan traksi, mangkuk terlepas sebanyak 3 x
– Tenaga vakum terlalu rendah
– Tekanan – dibuat terlalu cepat => ≠ kaput suksedanum
sempurna yg mengisi seluruh mangkuk
– Selaput ketuban melekat antara kulit kepala dg mangkuk
– Bagian jalan lahir ada yg terjepit
– Tangan kiri & kanan penolong tidak bekeja sama dengan
baik
– Defect pada alat , ex: kebocoran karet selubung
– Adanya disporposi sefalo-pelvik
• Dalam waktu ½ jam setelah traksi janin tidak lahir
Komplikasi Vakum
IBU
• Pendarahan
• Trauma jalan lahir
• Infeksi
JANIN
• Ekskoriasi kulit kepala
• Sefalohematoma
• Subgaleal hematoma => dpt cepat diabsorbsi,
bisa menimbulkan ikterus neonatorum
• Nekrosis kulit kepala => alopesia
Keunggulan & Kerugian Vakum dibanding
Cunam
Keunggulan Kerugian
• Pemasangan mudah : • Persalinan memerlukan
mengurangi bahaya trauma & waktu yg lebih lama
infeksi
• Tenaga traksi tidak sekuat
• Tidak diperlukan narkosis umum cunam
• Mangkuk tidk menambah besar • Pemeliharaannya lebih
ukuran kepala yg harus melalui sukar, karena bagiannya
jalan lahir banyak terbuat dari karet
• Dapat digunakan pada kepala yg dan harus selalu kedap
masih tinggi dan pembukaan udara
serviks yg belu lengkap
• Trauma kepala janin >ringan
Sectio Sesarea
• Definisi :
persalinan buatan dimana janin dilahirkan melalui suatu
insisi pada dinding perut dan dinding rahim dengan
syarat rahim dalam keadaan utuh dan BB janin > 500gr

• Jenis :
– Seksio secara klasik : pembedahan secara sanger
– Seksio secara transperitoneal profunda
(lower segmen caesarean section)
– Caesarean hysteroctomy
– Seksio sesaria ektraperitoneal
– Seksio sesarea vaginal
Cesarean Sectio

(A) Classic (B) low vertical (C) transverse incisions


Indikasi C-section
Indikasi Ibu Indikasi Janin
• Panggul sempit absolut • Kelainan letak
• Tumor jalan lahir • Gawat janin
• Stenosis serviks / vagina
• Plasenta previa TIDAK Dilakukan Pada :
• Disporposi sefalopelvik • Janin mati
• Ruptura uteri • Syok, anemia berat sebelum
diatasi
• Kelainan kongenital berat
Teknik C-section Klasik
• Desinfeksi dinding perut dan lapangan operasi
dipersempit dengan duk steril
• Pada dinding perut dibuat insisi mediana mulai dari atas
simfisis sepanjang 12 cm sampai dibawah umbilikus lapis
demi lapis sampai kavum peritoneal
• Dalam rongga perut di sekitar rahim dilingkarai dengan
kasa laparotomi
• Dibuat insisi secara tajam dengan pisau pd SAR dan
diperlebar secara sagital dengan gunting
• Setelah kavum uteri terbuka, selput ketuban dipecahkan
• Janin dilahirkan dengan meluksir kepala dan mendorong
fundus uteri
Teknik C-section Klasik
• Pemotongan servix di korpus uteri-horisontal
• Setelah janin dilahirkan seluruhnya, tali pusat dijepit dan
dipotong diantara kedua penjepit
• Plasenta dilahirkan secara manual, disuntikan 10 U
oksitosisn ke dalam rahim secara intra mural
• Luka insisi SAR dijahit kembali
– Lap I : endometrium & miometrium dijahit jelujur
– Lap II : miometrium saja dijahit simpul
– Lap III : perimetrium saja dijahit simpul
• Setelah dinding rahim selesai dijahit, kedua adneksa di
eksplorasi
• Rongga perut dibersihkan dari sisa2 darah
• Menjahit luka dinding perut
lower segmen
caesarean section
Indikasi C-section Klasik
• Bila terjadi kesukaran dalam memisahkan
blader untuk mencapai segmen bawah rahim
misalnya karena perlekatan akibat
pembedahan c-section yg lalu / adanya tumor
di segmen bawah rahim
• Janin besar dalam letak lintang
• Plasenta previa dengan insersi plasenta di
dinding depan segman bawah rahim
Komplikasi
a) infeksi puerperalis/nifas bisa terjadi dari
– infeksi ringan yaitu kenaikan suhu beberapa hari saja,
– sedang yaitu kenikan suhu lebih tinggi disertai dehidrasi
dan perut sedikit kembung,
– berat yaitu dengan peritonitis dan ileus paralitik.

b) Perdarahan akibat atonia uteri (uteri ga punya tonus


sehingga ga bisa kontraksi) atau banyak pembuluh
darah yang terputus dan terluka pada saat operasi.

c) Trauma kandung kemih akibat kandung kemih yang


terpotong saat melakukan seksio sesaria.
d) Resiko ruptura uteri pada kehamilan berikutnya
karena jika pernah mengalami pembedahan pada
dinding rahim insisi yang dibuat menciptakan
garis kelemahan yang sangat beresiko untuk
ruptur pada persalinan berikutnya.

e) Endometritis yaitu infeksi atau peradangan pada


endometrium
Anemia pada Kehamilan
Faktor Resiko Lain
 Ibu < 18 tahun atau> 35 tahun
 Ibu yang kurus atau kelebihan berat badan untuk tinggi
 Status ibu menderita anemia (rendah jumlah sel darah merah) dan
status gizi buruk
 Status sosial ekonomi rendah
 Sebelumnya melahirkan lebih dari empat kali
 Lahir prematur sebelumnya (lahir sebelum 37 minggu kehamilan)
 Sebelumnya kelahiran bayi yang sangat besar atau sangat kecil
 Riwayat keluarga penyakit genetika atau bayi sebelumnya dengan
cacat lahir
 Penggunaan narkoba (rokok, alkohol, obat-obatan)
 Pra-kondisi medis yang ada termasuk diabetes, tekanan darah tinggi,
dan penyakit jantung
 Infertilitas obat atau perawatan (lebih mungkin menghasilkan
beberapa Kelahiran)
Anemia pada Kehamilan
• Adalah kondisi ibu dengan kadar hemoglobin
dibawah 11g% pada trimester 1 dan 3 atau
kadarnya < 10.5g% pada trimester 2
• Kekurangan gizi dan perhatian yang kurang
terhadap ibu hamil merupakan predisposisi
anemia defisiensi besi ibu hamil
Epidemiologi
• Frekuensi ibu hamil dengan anemia di
Indonesia relatif tinggi yaitu 63,5%.
• Menurut WHO, 40% kematian ibu di negara
berkembang berkaitan dengan anemia dalam
kehamilan
Etiologi
• Defisiensi besi
• Infeksi
• Kekurangan asam folat
• Kelainan hemoglobin
• Perdarahan
Derajat Anemia pada Ibu Hamil
1. Hb 11 gr% : Tidak anemia
2. Hb 9-10 gr% : Anemia ringan
3. Hb 7 – 8 gr% : Anemia sedang
4. Hb < 7 gr% : Anemia berat
Klasifikasi
• Anemia Defisiensi Besi
– terjadi akibat kekurangan zat besi dalam darah
• Anemia Megaloblastik
– disebabkan oleh karena kekurangan asam folik
• Anemia Hipoplastik
– disebabkan oleh hipofungsi sumsum tulang, membentuk sel darah
merah baru
• Anemia Hemolitik
– disebabkan penghancuran atau pemecahan sel darah merah yang lebih
cepat dari pembuatannya. Gejala utama adalah anemia dengan kelainan-
kelainan gambaran darah, kelelahan, kelemahan, serta gejala komplikasi
bila terjadi kelainan pada organ-organ vital
Gejala dan Tanda
• Lemah
• Pucat
• Mudah pingsan
• Cepat lelah
• Sering pusing
• Mata berkunang-kunang
• Malaise
• Lidah luka
• Nafsu makan turun (anoreksia)
• Konsentrasi hilang
• Nafas pendek (pada anemia parah)
• Keluhan mual muntah lebih hebat pada hamil muda
Kebutuhan Fe selama kehamilan
• 300 gr  janin dan plasenta
• 500 gr  penambahan eritrosit ibu
• Kebutuhan total 800 gr

 Membutuhkan tambahan ± 2-3 mg besi/hari


Akibat Anemia Kehamilan
Trimester I Trimester II
• Abortus • Persalinan prematus
• Missed Abortus • Perdarahan antepartum
• Kelainan kongenital • Gangguan pertumbuhan
janin dalam rahim
• Asfiksia intrauterin sampai
kematian
• BBL rendah
• Gestosis dan mudah terkena
infeksi
• IQ rendah
• Dekompensasio kodis –
kematian ibu
Akibat Anemia Kehamilan
Saat inpartu Pascapartus
• Gangguan his • Atonia uteri 
• Janin lahir dengan anemia perdarahan
• Ibu cepat lelah • Retensio plasenta
• Gangguan perjalanan • Perlukaan sukar sembuh
persalinan perlu tindakan • Mudah terjadi frbris
operatif puerperalis
• Gangguan involusi uteri
• Kematian ibu tinggi
Diagnosa
• Pemeriksaan kadar Hb
• Pemeriksaan sel darah tepi
Pengaruh Rokok
• Bayi yang terkena asap rokok sementara di rahim
cenderung menerima sedikit makanan dan oksigen
• Hal ini terjadi karena ketika Anda merokok bayi dan
plasenta adalah kekurangan oksigen dan nutrisi
• Plasenta kemudian menyebar lebih lanjut ke seluruh
rahim, mencoba mencari luas permukaan lebih rahim
dari yang untuk menarik oksigen dan nutrisi
Akibat Merokok pada Kehamilan
• BBL rendah
• Fungsi paru bayi yang rendah
• Ketuban Pecah Dini
• Menigkatkan resiko kehamilan ektopik,
abruption plasenta, plasenta previa
Pengaruh Alkohol
• Janin berkembang memiliki toleransi sangat
sedikit untuk alkohol  masalah yg serius
• Mengganggu kemampuan untuk mendapatkan
oksigen yang cukup dan nutrisi untuk
perkembangan sel normal di otak dan organ
tubuh lainnya
Fetal Alcohol Syndrome (FAS)
• Adalah pola cacat mental dan fisik yang
berkembang pada beberapa bayi yang belum
lahir ketika ibu minum alkohol berlebihan
selama kehamilan
• FAS  cacat yang serius
Akibat Alkohol pada Kehamilan
• kecil ukuran tubuh dan berat badan rendah
• pertumbuhan terlambat
• cacat tulang rusuk dan tulang dada
• tulang belakang melengkung dan dislokasi hip
• membungkuk, menyatu, berselaput, atau hilang jari tangan atau
kaki
• gerakan sendi terbatas
• kepala kecil
• abnormalitas wajah
• kelopak mata terkulai
• rabun
• strabismus
Gangguan Janin Tumbuh Lambat
Hipertiroid
• Insiden : 1/2000 kehamilan
• Susah terdeteksi jika stadium ringan
• Gejala :
– Takikardi, nadi rata-rata waktu tidur meningkat,
tiromegali, eksoftalmus, BB tidak bertambah
meskipun cukup makan
• Gambaran lab
– Kadar serum T4 bebas meningkat, tiroptropin
menurun
Etiologi
• Penyakit graves (tersering)
• Proses autoimun

Terapi
• Tirotoksisitas selama kehamilan dapat di
kontrol dengan obat jenis thiomide
• PTU
• Tiroidektomi
Hasil Akhir Kehamilan
• Bergantung pada tercapai atau tidaknya
penontrolan metabolik
• Tiroksin yg berlebihan mengakibatkan
keguguran spontan
• Meningkatkan resiko untuk preeklampsia,
gagal jantung, keadaan perinatal yang buruk
Efek pada Janin dan Neonatus
• Janin bisa dalam keadaan eutiroid, hiper atau
hipotiriod
• Terlihatnya gambaran goiter tirotoksikosis pada
janin atau bayi baru lahir, biasa dalam keadaan
nonimmune hydrops atau meninggal
• Dapat terjadi goiter hipotiroid pada janin dengan
ibu pengkonsumsi obat thiomide
• Bisa terjadi hipotiroidism tanpa adanya goiter
karena masuknya tirotropin-receptor blocking
antibodies ibu melalui plasenta
Hipotiroid
• Diagnosis ditegakkan bila kadar tiroksin bebas
rendah dan kadar tirotropin tinggi
• Keadaan hipotiroid dihubungkan dengan
infertilitas
• Defisiensi kelenjar tiroid klinik Ditemukan
pada 1,3/1000 orang, sedangkan subklinis
23/1000 orang
Hipotiroid Subklinis
• Pada wanita 18-45 tahun sekitar 5% dan
sekitar 2-3% menjadi kegagalan tiroid secara
klinis
• Keturunan merupakan faktor resiko
• DM tipe 1 dan antibodi anti mikosomal
merupakan faktor resiko lainnya
Efek Hipotiroid Subklinis pada Hasil
Kehamilan
• Tergantung asupan iodin
• Hipotiroid dengan gambaran klinis yang jelas
berhubungan dengan keadaan perinatal yang
buruk
• Anak2 yang dilahirkan oleh ibu yang kadar T4 <
10 persentil beresiko mengalami ketidak
seimbangan perkembangan psikomotor
• Hipotiroid subklinis meningkatkan persalinan
prematur, solutio plasenta, perawatan bayi di
NICU
Defisiensi Iodin
• Iodin dibutuhkan pada saat konsepsi untuk
perkembangan neurologik janin (220 g/ hari)
• Defisiensi iodin mempengaruhi gagguan
neurologik janin
• Berefek sedang pada fungsi intelektual dan
psikomotor
• Kretinisme endemik bila kasus berat
• Pemberian tambahan iodin sebelum kehamilan
bisa mencegah kerusakan neurologik yang berat
Hipotiroid Kongenital
• 1/ 4000-7000 bayi
• 75% bayi hipotiroid memiliki kondisi agenesis
kelenjar tiroid atau dishormogenesis, 10%
lainnya hipotiroid transiedn
• Pemberian terapi pengganti tiroksin secara
dini dan agresif sangat penting untuk bayi-bayi
ini, kecuali pada yang menderita hipotiroid
kongenital yang bera
Kehamilan Ektopik
Kehamilan ektopik
• Suatu kehamilan yang pertumbuhan sel telur
yang telah dibuahi tidak menempel di
endometrium kavum uteri
• Tempat nidasi tidak menyesuaikan diri dengan
besarnya buah kehamilan ruptur 
kehamilan ektopik terganggu
• Di Indonesia 5 – 6 / 1000 kehamilan
Berdasarkan lokasi:
• Kehamilan tuba, >95%
Pars ampularis 55%, pars ismika 25%, pars
fimbriae 17%, pars interstisialis 2%
• Kehamilan ektopik lain, <5%
Di serviks uteri, ovarium atau abdominal
• Kehamilan intraligamenter
• Kehamilan heterotopik
• Kehamilan ektopik bilateral
Etiologi Gambaran klinik
kelompok yang bergejala jelas dan kelompok yang
• Faktor tuba bergejala samar.
• Faktor abnormalitas kelompok yang bergejala jelas:
• mula-mula gejala klasik kehamilan muda seperti
dari zigot rasa mual dan pembesaran disertai rasa agak sakit
• Faktor ovarium pada payudara yang didahului dengan
keterlambatan haid.
• Faktor hormonal • perasaan tidak enak pada perut di bagian bawah,
keluar bercak darah melalui kemaluan, merasa
• Faktor lain: pemakai amat lemah, dan berakhir dengan rasa amat nyeri
ketika tuba robek atau pada waktu tuba sedang
IUD, sudah tua, perokok terancam robek
• sinkop dan boleh jadi disertai rasa nyeri pada bahu
bila darah dalam rongga peritoneum cukup banyak
yang mengalir ke dalam ruangan antara hati
dengan diafragma dan merangsang nervus
phrenicus lalu terjadilah nyeri yang memancar
pada bahu
65% pada kehamilan di fimbrie dan ampulla
Abortus tuba
Perdarahan kecil berulang  lepas  mati

Kehamilan ektopik
berakhir (6-10 mgg)

35% pada kehamilan pars isthmica


Ruptura pars ampullaris mgg ke 6-10
Ruptur tuba
Ruptur pada sisi mesenteric tuba 
hematoma ligamentum latum
Diagnosis
 Anamnesis
 Pemeriksaan umum
 Pemeriksaan ginekologi
Nyeri pada pergerakan serviks
positif, uterus terasa sedikit
membesar dan kadang teraba massa
di samping uterus dengan batas
yang sukar ditentukan.
 Pemeriksaan penunjang
(kuldosentesis, USG, laparoskopi)
 Pemeriksaan laboratorium: Tes
urine HCG
 Diagnosa pasti: laparatomi
Komplikasi
• Komplikasi yang utama adalah akibat yang
ditimbulkan oleh perdarahan yaitu anemia,
syok, dan kematian. Perdarahan intraabdominal
yang berlangsung cepat dan dalam jumlah yang
banyak bisa menyebabkan syok bahkan
kematian dengan segera.
Terapi
• Laparotomi
– eksisi tuba yang berisi kantung kehamilan (salfingo-
ovarektomi) atau insisi longitudinal pada tuba dan
dilanjutkan dengan pemencetan agar kantung
kehamilan keluar dari luka insisi dan kemudian luka
insisi dijahit kembali.
• Laparoskop
– untuk mengamati tuba falopii dan bila mungkin
lakukan insisi pada tepi superior dan kantung
kehamilan dihisap keluar tuba.
Mola Hidatidosa
Kehamilan yang berkembang tidak Makroskopik: gelembung2 putih,
wajar di mana tidak ditemukan janin tembus pandang, berisi cairan
dan hampir seluruh vili korialis jernih, ukuran bervariasi dari
mengalami perubahan berupa beberapa milimeter sampai 1-2 cm
degenerasi hidropik

Histopatologik: khas, edema stroma vili,


MOLA HIDATIDOSA tidak ada pembuluh darah pada
vili/degenerasi hidropik dan proliferasi
sel2 trofoblas
DIAGNOSIS
• Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan
hasil pemeriksaan fisik.
• Pada pemeriksaan kehamilan normal tetapi
ukuran rahim abnormal dan terjadi TANDA&GEJALA
perdarahan.  Perdarahan dari vagina pada wanita hamil
• Tinggi fundus rahim tidak sesuai dengan umur (trimester I)
kehamilan dan tidak terdengar denyut jantung  Mual dan muntah berat
bayi.  Pembesaran perut melebihi usia kehamilan
• Pemeriksaan serum HCG  Gejala-gejala hipertiroidisme denyut
• USG panggul jantung yang cepat
• Rontgen dada  Gejala-gejala pre-eklamsi tekanan darah
• CT scan/MRI perut. tinggi, pembengkakan kaki-pergelangan kaki-
tungkai, proteinuria).
DM Gestasional
Klasifikasi
• Kebanyakan ibu mengetahui mereka diabetes gestational
setelah di test antara minggu ke 24 – 28 masa kehamilan
• Klas I : Diabetes gestasional  timbul pada waktu hamil dan
menghilang setelah melahirkan
• Klas II : PreGestasional diabetes  diabetes mulai sejak
sebelum hamil dan berlanjut setelah hamil
• Klas III : Pregestasional diabetes dengan komplikasi
penyakit pembuluh darah seperti retinopati, nefropati,
penyakit pemburuh darah panggul dan pembuluh darah
perifer
Faktor Risiko
1. Hamil Umur > 30 tahun 8.Riwayat bayi lahir mati
2. Obesitas dengan indeks 9. Riwayat keguguran
massa tubuh 30 kg/m2 10. Riwayat infertilitas
3. Riwayat DM pada keluarga 11. Hipertensi
(ibu atau ayah)
12. Mengidap Syndrome
4. Pernah menderita DM Polycystic ovarium
gestasional sebelumnya
13. Memakai Kortikostreoid
5. Pernah melahirkan anak
besar > 4.000 gram
6. Adanya glukosuria
7. Riwayat bayi cacat bawaan
Patofisiologi
Ibu Perubahan hormonal /Fungsi insulin tidak
hamil (HPL, progesteron, optimal  perubahan
kortisol, prolaktin   kinetika insulin dan
puncak T III) resistensi insulin

Komposisi sumber energi dalam plasma ibu  (kadar gula darah


tinggi, kadar insulin tetap tinggi)

Difusi terfasilitasi Hiperinsulinemia  janin 


membran plasenta, gangguan metabolik
dimana sirkulasi janin juga (hipoglikemia, hipomagnesemia,
ikut terjadi komposisi hipokalsemia, hiperbilirubinemia,
sumber energi abnormal dan sebagainya)
• Human Placental Lactogen (HPL)
– Produced by syncytiotrophoblasts of placenta
– Acts to promote lipolysis  increased FFA and to decrease
maternal glucose uptake and gluconeogenesis. “Anti-insulin”
• Estrogen and Progesterone
– Interfere with insulin-glucose relationship
• Insulinase
– Placental product that may play a minor role
Pengaruh Pengaruh diabetes terhadap
kehamilan,persalinan, dan kehamilan
nifas terhadap Diabetes
• Abortus dan partus
• Kehamilan dapat prematurus
menyebabkan status pre
• Hidroamnion
diabetik  manifes (diabetik)
• Pre-eklamsia
• Kehamilan  diabetes mejadi
> berat • Kesalahan letak janin
• Persalinan  tenaga kerja ibu • Insufisiensi plasenta
dan kerja rahim akan
memerlukan glukosa  Pengaruh diabetes terhadap
hipoglikemia / koma nifas
• Laktasi  keperluan insulin  • Resiko perdarahan & infeksi
puerperal 
• Luka jalan lahir sulit/ lambat
sembuh
Pengaruh diabetes terhadap Pengaruh diabetes terhadap
persalinan janin/ bayi
• Inersia uteri & antonia uteri
• Resiko abortus 
• Distosia karena janin (anak
besar, bahu lebar) • Kematian janin dalam
• Kelahiran mati kandungan setelah 36
minggu
• Persalinan sering ditolong
oleh tindakan operatif • Cacat bawaan
• Resiko perdarahan & infeksi  • Dismaturitas
• Morbiditas & mortilitas ibu • Janin besar (bayi kingkong/
tinggi makrosomia)
• Kematian neonatal 
• Kelainan neurologik dan
psikologik
Diagnosis American Diabetes Association
Wanita hamil

Glukosa 50 gr

<140mg% >140mg%

TTGO 3/2 jam 100 (75) gr glukosa


N

N DMG
Penatalaksanaan
• Mempertahankan kadar glukosa darah puasa < 105 mg/dl
• Mempertahankan kadar glukosa darah 2 jam pp < 120 mg/dl
• Mempertahankan kadar Hb glikosilat (Hb Alc) < 6%
• Mencegah episode hipoglikemia
• Mencegah ketonuria/ketoasidosis deiabetik
• Mengusahakan tumbuh kembang janin yang optimal dan
normal
• Perencanaan makan
• Insulin
• Obat hipoglikemik oral tidak dipakai saat hamil & menyusui 
efek teratogenik & dikeluarkan melalui ASI
Penanganan Obstetrik
• Penyakit tidak berat dan pengobatan/ diet dapat mengontrol
baik  persalinan normal
• Diabetes agal berat dan memerlukan insulin  induksi
persalinan dini minggu ke 36-38
• Diabetes agak berat, riwayat kematian janin dalam kandungan
 Seksio sesarea  minggu ke 37
• Diabetes berat dengan komplikasi, riwayat persalinan buruk
 induksi persalinan dini / seksio sesarea
• Pengawasan persalinan : monitor janin dengan baik (DJJ,
elektro toko kardio gram, USG)
• Tubektomi  ibu yang sudah mempunyai anak dan pada
setiap kehamilan dan persalinan mengancam nyawa ibu dan
bayi
Prognosis
• Bila penyakit ditangani oleh ahli penyakit dalam serta kehamilan
& persalinan diawasi & ditolong oleh ahli kebidanan 
prognosis baik
• Diabetes berat, lama, komplikasi  prognosis buruk
• Prognosis bayi jelek; Faktor resiko morbiditas & mortilitas bayi
– Berat & lamanya sakit, adanya asetonuri
– Insufisiensi plasenta
– Komplikasi & disatosia persalinan
– Respiratory stress syndrome
– Prematuritas & cacat bawaan
– Angka kematian perinatal  10 – 15 %
Pencegahan
• Kontrol berat badan normal atau mendekati level
normal dengan makan yang sehat, rendah lemak, tinggi
serat
• Olahraga teratur
• Tidak mengkonsumsi alkohol
• Tidak merokok
• Modifikasi gaya hidup dan / atau obat-obatan tertentu
dapat digunakan pada orang dengan pradiabetes untuk
mencegah perkembangan diabetes
Hiperemesis Gravidarum
Definisi
• Mual dan muntah berlebihan sehingga pekerjaan sehari-
hari terganggu dan keadaan umum menjadi buruk.

• kehamilan trimester I, kurang lebih 6 minggu setelah


haid terakhir selama 10 minggu.

• Sekitar 60%-80% primigravida dan 40%-60%


multigravida
Faktor risiko
– Kehamilan sebelumnya dengan hyperemesis
gravidarum

– Berat badan berlebih

– Multiple gestations

– Penyakit Trophoblastic

– Nulipara
Penyebab (Aetiology) Hyperemesis
Gravidarum

• Hormonal
• Reflex
• Ketosis
• Hydatidiform mole
Patofisiologi
Manifestasi Klinis
• Menurut berat ringannya gejala, hiperemesis gravidarum
dibagi dalam 3 tingkatan, yaitu :

– Tingkat I, Muntah terus-menerus yang mempengaruhi


keadaan umum, menimbulkan rasa lemah, nafsu makan tidak
ada, BB menurun, dan nyeri epigastrum.
Frekuensi nadi pasien naik sekitar 100X/mnt, TD sistollik turun,
turgor kulit berkurang, lidah kering, dan mata cekung.

– Tingkat II, Pasien tampak lemah dan apatis, lidah kotor, nadi
kecil dan cepat, suhu kadang naik, dan mata sedikit ikterik. BB
pasien turun, timbul hipotensi, hemokonsentrasi, oliguria,
konstipasi, dan nafas berbau aseton.

– Tingkat III, Kesadaran pasien menurun dari somnolen sampai


koma, muntah berhenti, nadi kecil dan cepat, suhu meningkat,
dan TD makin turun
Pemeriksaan Penunjang
• Dilakukan pemeriksaan elektrolit darah dan
urine.
Diagnosis
• Anamnesaamenorhe, tanda kehamilan muda, dan muntah
terus menerus.

• Pemeriksan fisikpasien lemah apatis sampai koma, nadi


meningkat sampai 100x/mnt, suhu meningkat, TD turun, atau
ada tanda dehidrasi lain.

• Pemeriksaan elektrolit darahkadar natrium dan klorida


turun.

• Pemeriksaan urin kadar klorida turun dan dapat ditemukan


keton.
Penatalaksanaan
• Terapi penyebab obstetric mola hydatidosa (hamil
anggur) dan kehamilan ganda
• Terapi penyakit lain penyerta infeksi saluran kemih,
hernia hiatus eosofagus
• Terapi cairan dan elektrolit (iv).
• Obat anti muntaholongan antidopaminergik
• Antasida, golongan H2 blocker
• Thiamine (vit. B1) untuk mencegah ensefalopati Wernicke
• Kortikosteroid
• Terapi psikologi
Pencegahan
• Prinsip pencegahan mengobati emesis agar tidak terjadi
hiperemesis.

• Penerangan bahwa kehamilan dan persalinan merupakan fisiologis.

• Makan sedikit-sedikit, tetapi sering.

• Berikan makanan selingan seperti biskuit, roti kering dengan teh


hangat saat bangun pagi dan sebelum tidur.

• Hindari makanan berminyak dan berbau.

• Makanan sebaiknya dalam keadaan panas atau hangat.


Defekasi teratur
Diagnosis Banding
• Muntah karena gastritis,
• Ulkus peptikum ,
• Hepatitis ,
• Kolesistitis ,
• Pielonefritis
Komplikasi
• Ensefalopati wernicke dengan gejala nistagmus,
diplopia dan perubahan mental serta payah
hati dengan gejala timbulnya ikterus.
• Prognosis
Dengan penanganan yang baik, prognosis
sangat memuaskan. Namun, pada tingkat yang
berat dapat menyebabkan kematian ibu dan
janin

Anda mungkin juga menyukai