Anda di halaman 1dari 25

Ns. Rinik Eko Kapti M.

Kep
 Hepatitis B adalah suatu penyakit hati yang
disebabkan oleh "Virus Hepatitis B”(HBV)
 Menyebabkan peradangan hati akut atau menahun
yang pada sebagian kecil kasus dapat berlanjut
menjadi sirosi hati atau kanker hati
 Apabila seseorang terinfeksi virus hepatitis B akut
maka tubuh akan memberikan tanggapan kekebalan
(immune response).
 Ada 3 kemungkinan tanggapan kekebalan yang
diberikan oleh tubuh terhadap virus hepatitis B pasca
periode akut.
 Kemungkinan pertama, jika tanggapan kekebalan
tubuh adekuat maka akan terjadi pembersihan virus,
pasien sembuh.
 Kedua, jika tanggapan kekebalan tubuh lemah maka
pasien tersebut akan menjadi carrier inaktif.
 Ke tiga, jika tanggapan tubuh bersifat intermediate
(antara dua hal di atas) maka penyakit terus
berkembang menjadi hepatitis B kronis.
 3-5% penderita dewasa dan 95% neonatus dengan
sistem imunitas imatur serta 30% anak usia kurang
dari 6 tahun masuk ke kemungkinan ke dua dan ke
tiga; akan gagal memberikan tanggapan imun yang
adekuat sehingga terjadi infeksi hepatitis B persisten,
dapat bersifat carrier inaktif atau menjadi hepatitis B
kronis
Etiologi
 Infeksi virus hepatitis B (HBV)
Epidemiologi
 Menurut WHO, sedikitnya 350 juta penderita carrier
hepatitis B terdapat di seluruh dunia, 75%-nya berada
di Asia Pasifik. Diperkirakan setiap tahunnya terdapat
2 juta pasien meninggal karena hepatitis B.
 Hepatitis B mencakup 1/3 kasus pada anak.
 Indonesia termasuk negara endemik hepatitis B
dengan jumlah yang terjangkit antara 2,5% hingga
36,17% dari total jumlah penduduk
Masa inkubasi
 Hepatitis B cencerung relatif lebih ringan pada bayi
dan anak-anak serta mungkin tidak diketahui.
Beberapa penderita infeksi terutama neonatus akan
menjadi karier kronis.
 Masa inkubasi hepatitis B dimulai sejak pemaparan
hingga awitan ikterus selama 2 – 5 bulan.
Penularan
 Kontak dengan penderita melalui parenteral yang berasal
dari produk-produk darah secara intravena, kontak
seksual, dan perinatal secara vertikel (dari ibu ke janin).
 Ada beberapa hal yang dapat menyebabkan virus hepatitis
B ini menular yaitu secara vertikal dan horisontal.
 Secara vertikal, cara penularan vertikal terjadi dari Ibu
yang mengidap virus hepatitis B kepada bayi yang
dilahirkan yaitu pada saat persalinan atau segera setelah
persalinan manakala
 secara horisontal, dapat terjadi akibat penggunaan alat
suntik yang tercemar, tindik telinga, tusuk jarum, transfusi
darah, penggunaan pisau cukur dan sikat gigi secara
bersama-sama serta hubungan seksual dengan penderita.
Definisi dan Kriteria Diagnostik
Pasien dengan Infeksi Hepatitis B
 Diagnosis infeksi hepatitis B kronis didasarkan pada
pemeriksaan serologi, petanda virologi, biokimiawi
dan histologi.
 Secara serologi pemeriksaan yang dianjurkan untuk
diagnosis dan evaluasi infeksi hepatitis B kronis
adalah : HBsAg, HBeAg, anti HBe dan HBV DNA.
 Adanya HBsAg dalam serum merupakan petanda
serologis infeksi hepatitis B.
 Titer HBsAg yang masih positif lebih dari 6 bulan
menunjukkan infeksi hepatitis kronis.
 Munculnya antibodi terhadap HBsAg (anti HBs)
menunjukkan imunitas dan atau penyembuhan proses
infeksi.
 Adanya HBeAg dalam serum mengindikasikan adanya
replikasi aktif virus di dalam hepatosit.
 Salah satu pemeriksaan biokimiawi yang penting
untuk menentukan keputusan terapi adalah kadar
ALT. Peningkatan kadar ALT menggambarkan adanya
aktifitas nekroinflamasi.
 Tujuan pemeriksaan histologi adalah untuk menilai
tingkat kerusakan hati, menyisihkan diagnosis
penyakit hati lain, prognosis dan menentukan
manajemen anti viral.
 Hepatitis B kronis
 1.HBsAg + > 6 bulan
 2.HBV DNA serum > 10 pangkat 5copies/ml
 3.Peningkatan kadar ALT/AST secara berkala/persisten
 4.Biopsi hati menunjukkan hepatitis kronis (skor
nekroinflamasi > 4)
 Carrier HBsAg inaktif
 1.HBsAg + > 6 bulan
 2.HBeAg - , anti HBe +
 3.HBV DNA serum < 10 pangkat 5 copies/ml
 4.Kadar ALT/AST normal
 5.Biopsi hati menunjukkan tidak adanya hepatitis yang
signifikan (skor nekro inflamasi < 4)
Manifestasi Klinis
 Sebelum timbulnya ikterus biasanya didahului oleh
suatu masa prodormal seperti
 malaise, anoreksia, dan sering gejala gastrointestinalis,
disertai nyeri perut atas.
 Pemeriksaan laboratorium menunjukan
 hiperbilirubinemia, kenaikan kadar transaminase
serum. Pada tes serologis didapatkan HBsAg (+), Ig M
Anti HBc (+).
Berdasarkan gejala klinis dan petunjuk serologis,
manifestasi klinis hepatitis B dibagi 2 yaitu :
 1. Hepatitis B akut yaitu manifestasi infeksi virus
hepatitis B terhadap individu yang sistem imunologinya
matur sehingga berakhir dengan hilangnya virus
hepatitis B dari tubuh kropes.
 2. Hepatitis B kronis yaitu manifestasi infeksi virus
hepatitis B terhadap individu dengan sistem imunologi
kurang sempurna sehingga mekanisme, untuk
menghilangkan VHB tidak efektif dan terjadi
koeksistensi dengan VHB.
Pengobatan Hepatitis B Kronis
 Tujuan terapi hepatitis B kronis adalah untuk
mengeliminasi secara bermakna replikasi VHB dan
mencegah progresi penyakit hati menjadi sirosis yang
berpotensial menuju gagal hati, dan mencegah
karsinoma hepatoselular.
Vaksinasi Hepatitis B
 Kini tersedia IG HBV titer tinggi (HBIG).
 Sebaiknya diberikan 0,05 ml/kg HBIG secepatnya pada
individu yang dimasuki darah yang terkontaminasi HBsAG.
 Jenis vaksin untuk hepatitis B yaitu Inaktivated viral
vaccine (IVV): vaksin rekombinan dan plasma derived.
 Diberikan dengan dosis 0,5 cc/dosis secara SC/IM. Bayi
yang lahir dari ibu dengan HBsAg negatif mendapat ½
dosis anak vaksin rekombinan dan 1 dosis anak vaksin
plasma derived.
 Dosis kedua harus diberikan 1 bulan atau lebih setelah
dosis pertama.
 Bayi yang lahir dari ibu dengan HBsAg positif mendapat
0,5 cc HBIG dalam waktu 12 jam setelah lahir dan 1 dosis
anak vaksin rekombinan atau 1 dosis anak vaksin plasma
derived pada tempat suntikan yang berlainan.
 Dosis kedua direkomendasikan pada umur 1 – 2 bulan dan
ketiga 6 – 7 bulan atau bersama dengan vaksin campak
pada umur 9 bulan.
 Boster diberikan 5 tahun kemudian.
 Kontra indikasi pada anak dengan defisiensi imun
(mutlak).
 Efek samping berupa reaksi lokal ringan dan demam
sedang 24 – 48 jam
Askep
 Anamnesis
 Head to toe
 Tumbuh kembang
Diagnosa Keperawatan
 Gangguan rasa nyaman (Nyeri) berhubungan dengan
pembengkakan hepar.
 Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
anoreksia.
 Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan penurunan
kekuatan / ketahanan tubuh.
 Resiko Tinggi terhadap kerusakan integritas kulit
berhubungan dengan Gatal sekunder dengan akumulasi
garam empedu pada jaringan.
 Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan
berhubungan dengan mual – muntah.
 Hipetermi berhubungan dengan infasi agen dalam
sirkulasi darah sekunder terhadap inflamasi hepar
 DX 1 : Gangguan rasa nyaman (Nyeri) berhubungan dengan
pembengkakan hepar.
 Tujuan : Setelah dilakukan proses keperawatan selama 4 x
24 diharapkan pasien nyeri hilang, dengan
 KH :
 - TTV normal :(TD :110/70 – 120/ 90 mmHg, RR : 16-
20 x/mnt, N : 60-100x/mnt, S : 36,5- 37,50.C ).
 - Pasien mengungkapkan rasa nyeri berkurang.
 - Pasien mampu mengendalikan nyeri dengan teknik
relaksasi dan distraksi.
 - Skala nyeri 0-3
 - Wajah pasien rileks
Intervensi Rasional

1) Kolaborasi dengan individu untuk menentukan metode yang dapat 1) nyeri yang berhubungan dengan hepatitis sangat tidak nyaman, oleh karena

digunakan untuk intensitas nyeri terdapat peregangan secara kapsula hati, melalui pendekatan kepada individu

yang mengalami perubahan kenyamanan nyeri diharapkan lebih efektif

mengurangi nyeri.

2) Observasi TTV 2) Untuk mengetahui keadaan umum klien

3) Tunjukkan pada klien penerimaan tentang respon klien terhadap nyeri 3. klienlah yang harus mencoba meyakinkan pemberi pelayanan kesehatan

bahwa ia mengalami nyeri.

4) Berikan informasi akurat dan 4. klien yang disiapkan untuk mengalami nyeri melalui penjelasan nyeri yang

a) Jelaskan penyebab nyeri sesungguhnya akan dirasakan (cenderung lebih tenang dibanding klien yang

b) Tunjukkan berapa lama nyeri akan berakhir, bila diketahui penjelasan kurang/tidak terdapat penjelasan)

5) Bahas dengan dokter penggunaan analgetik yang tak mengandung efek 5) kemungkinan nyeri sudah tak bisa dibatasi dengan teknik untuk

hepatotoksi mengurangi nyeri.


Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai