Anda di halaman 1dari 50

PRESENTASI KASUS

O D KO N J U N G T I V I T I S
BA K T E R I A L

PEMBIMBING
dr. YB. Hari Trilunggono, Sp. M

OLEH
Yuliawitri (1620221205)
IDENTITAS PASIEN

 Nama : Taftazani A

 Umur : 15 tahun

 Jenis kelamin : Laki-laki

 Alamt : Mungkid

 Pekerjaan : Pelajar

 Tanggal periksa : 17 Oktober 2017


ANAMNESIS

 Keluhan Utama :
Mata kanan merah, lengket, pegal, ngeganjel dan keluar
cairan kental (belekan)
RIWAYAT PENYAKIT
SEKARANG

5 hari SMRS
4 hari SMRS
Mata kanan terasa panas dan
berwarna sedikit merah 3 hari SMRS
Mata kanan pegal, ngeganjel
dan berair.
Di pagi harinya, pasien merasa
mata lengket saat bangun tidur
dan sulit untuk membuka mata.
Pasien juga mengeluhkan
matanya terasa silau dan
menjadi semakin merah.
Keluhan juga disertai keluar
cairan warna kekuningan dari
mata.
RIWAYAT PENYAKIT
SEKARANG

 Pasien menyangkal mata terasa gatal dan riwayat mengucek-ngucek


mata juga disangkal. Pasien juga menyangkal adanya benda asing yang
masuk ke mata, menyangkal pernah terjadi trauma pada matanya dan
menyangkal adanya riwayat alergi makanan, debu ataupun cuaca. Pasien
juga menyangkal keluhan yang serupa pada mata kirinya.
Adanya demam sebelum ataupun bersamaan dengan keluhan mata kanan
tersebut (-).
 Untuk mengobati keluhan tersebut, pasien berobat ke klinik dekat
pesantrennya dan diberikan obat tetes mata, namun tidak ada perubahan.
 Pasien mengaku tetap beraktivitas di luar ruangan, dimana
lapangan pesantren tempat pasien mondok banyak debu dan debu
tersebut mudah masuk terbawa angin ke dalam kamar, pasien juga
mengaku jarang untuk membersihkan kamarnya.
 Teman pasien di pesantren 1 minggu lalu menderita penyakit yg
serupa namun sudah sembuh setelah diberikan obat tetes mata yang
sama seperti yang diberikan olh klinik dekat pesantren.
 Pasien menyangkal sebelumnya pernah menggunakan kacamata
minus.
RIWAYAT PENYAKIT
DAHULU
 Riwayat gejala serupa sebelumnya : pernah ada dan mengenai kedua
mata

 Riwayat terpapar debu dan angin : diakui

 Riwayat trauma : disangkal

 Riwayat kemasukan benda asing : disangkal

 Riwayat alergi : disangkal

 Riwayat Asma : disangkal


 Riwayat DM : disangkal

 Riwayat Hipertensi : disangkal

 Riwayat operasi mata : disangkal

 Riwayat mengkonsumsi obat-obatan tertentu

seperti kortikosteroid dalam waktu lama : disangkal


RIWAYAT PENYAKIT
KELUARGA

 Riwayat keluhan serupa : disangkal

 Riwayat DM : disangkal

 Riwayat Hipertensi : disangkal


 RIWAYAT PENGOBATAN
• Pasien telah berobat ke klinik dan diberikan obat tetes mata yang
diteteskan 2 kali sehari satu tetes namun tidak ada perubahan dan pasien
lupa nama obatnya.

 RIWAYAT SOSIAL DAN EKONOMI :


• Teman satu pesantren pasien juga mengalami keluhan yang serupa 1
minggu yang lalu.
• Pasien merupakan pasien umum, kesan ekonomi cukup.
PEMERIKSAAN FISIK

 Status Umum
• Kesadaran : compos mentis
• Aktifitas : normoaktif
• Kooperatif : kooperatif
• Status gizi : baik
 Vital sign
• Tekanan darah : 110/80 mmHg
• Nadi : 89x/menit
• RR : 22x/menit
• Suhu : 36,5ᵒ C
STATUS OPHTHALMICUS
 Skema Ilustrasi

oculus Dexter oculus Sinister


STATUS OPHTHALMICUS
• Edema + tidak ditemukan
PEMERIKSAAN
PENUNJANG

Dilakukan pemeriksaan mikrobiologi


seperti kultur dan analisis sekret untuk
mengetahui penyebabnya
DIAGNOSIS BANDING

a. OD konjungtivitis bakterial
Dipertahankan karena dari pemeriksaan pada pasien ini ditemukan tanda – tanda
konjungtivitis bakterial yaitu eksudat mukopurulent dengan palpebra saling
melengket saat bangun tidur, hiperemis infiltratif dan blefarospasme serta edema
pada palpebra superior.

b. OD konjungtivitis viral
Disingkirkan karena pada konjungtivitis viral ditemukan adanya sekret yang cair,
tidak ada blefarospasme, dan hiperemi yang tidak begitu infiltratif, sedangkan pada
pasien ini ditemukan eksudat mukopurulent, hiperemis infiltratif dan
blefarospasme serta edema pada palpebra.
c. OD Konjungtivitis klamidial
Disingkirkan karena pada konjungtivitis klamidial ditemukan banyak folikel pada
bagian tarsal superior, trikiasis atau entropion (bulu mata terbalik ke dalam),
sedangkan pada pasien ini tak ada folikel, trikiasis maupun entropion.

d. OD Konjungtivitis alergika
Disingkirkan karena pada konjungtivitis alergikal ditemukan adanya riwayat alergi
terhadap alergen tertentu, papil-papil besar / cobble stone appearance, sekret mukoid
sedangkan pada pasien ini ditemukan eksudat mukopurulent, hiperemis infiltratif
dan blefarospasme serta edema pada palpebra.
DIAGNOSIS KERJA

 OD Konjungtivitis Bakterial
PENATALAKSANAAN

Medikamentosa

 Topikal
• 𝑅/𝐶ℎ𝑙𝑜𝑟𝑎𝑚𝑝ℎ𝑒𝑛𝑖𝑘𝑜𝑙 1% 𝐸𝐷 𝑓𝑙 𝑁𝑜.𝐼

S 3 dd gtt I O.D
• 𝑅/𝑁𝑎𝑡𝑟𝑖𝑢𝑚 𝑑𝑖𝑘𝑙𝑜𝑓𝑒𝑛𝑎𝑘 𝐸𝐷 𝑓𝑙 𝑁𝑜.𝐼
s 3 dd gtt I O.D
 Oral
• Tidak diberikan

 Parenteral
• Tidak diberikan

 Operatif
• Tidak dilakukan

Non medikamentosa
Tidak ada
KOMPLIKASI

 OS Konjungtivitis Bakterialis

 OD Keratokonjungtivitis

 OD Blefarokonjungtifitis
PROGNOSIS
RUJUKAN

Dalam kasus ini tidak dilakukan rujukan ke Disiplin Ilmu


Kedokteran lainnya karena dari pemeriksaan klinis tidak
ditemukan kelainan yang berkaitan dengan Disiplin Ilmu
Kedokteran lainnya.
EDUKASI

 Memberitahu pada pasien bahwa mata sebelahnya akan rentan terkena juga,
karena letaknya dekat dengan mata yang sakit.

 Jangan mengucek mata karena dapat menyebabkan pembuluh darah pecah


sehingga mata menjadi lebih merah, serta mengucek mata dapat menyebabkan
infeksinya bertambah parah.

 Memberitahu pasien bahwa konjungtivitis bakterial mudah menular, karena


itu sebelum dan sesudah membersihkan atau mengoleskan obat, pasien harus
mencuci tangannya dengan bersih.
 Jangan menggunakan handuk atau lap bersama-sama dengan
penghuni pesantren lainnya.

 Menjaga kebersihan/higienitas kamar.

 Menjelaskan kepada pasien agar menggunakan kacamata saat


beraktifitas diluar ruangan untuk menjaga mata terpapar debu
mengingat di pesantren tersebut berdebu.

 Menyampaikan kepada pasien bahwa pagi hari untuk mengurangi


rasa tidak nyaman karena matanya lengket, pasien bisa mengompres
dengan handuk hangat.
TINJAUAN PUSTAKA
KONJUNGTIVITIS
ANATOMI KONJUNGTIVA
1. Konjungtiva Palpebra : bagian dalam palpebra.Permukaan licin
+ sedikit papillae

2. Konjungtiva Forniks : Peralihan dari conjungtiva bulbi dengan


conjungtiva palpebra

3. Konjungtiva Bulbi: Bagian yang menutupi bulbus oculi.


DEFINISI

 Konjungtivitis merupakan peradangan pada konjungtiva


(lapisan luar mata dan lapisan dalam kelopak mata) yang
disebabkan oleh mikro-organisme (virus, bakteri, jamur,
chlamidia), alergi, iritasi bahan-bahan kimia.
ETIOLOGI

 Bakteri :
• N. Gonorrhoea, Pneumococcus, H. Influenzae, S. Aureus.
 Klamidia :
• Trakoma (Chlamidia trakomatis serotipe A-C).
• Trakoma okulogenitalis
 Viral :
• Adenovirus, Virus herpes simpleks, Varicella.
 Imonologik (Alergika) :
• Reaksi hipersensitivitas segera (konjungtivitis hay fever) maupun
reaksi hipersensitivitas lambat (fliktenularis).
GAMBARAN KLINIS
Subjektif :

 Seperti ada benda asing, berpasir, pedih, panas, gatal, kadang kabur,
lengket waktu pagi

 Mata berair

 Mata terasa nyeri

 Mata terasa gatal

 Pandangan kabur

 Peka terhadap cahaya

 Terbentuk keropeng pada kelopak mata ketika bangun pada pagi hari
Objektif :

 Injeksi Konjungtiva

 Epiphora

 Folikel

 Papil raksasa (Coble-stone)

 Flikten

 Sekret

 Pseudoptosis

 Kemosis
DIAGNOSIS BANDING
DIAGNOSIS BANDING;
KONJUNGTIVITIS
KLASIFIKASI
KONJUNGTIVITIS VIRUS

 Demam Faringokonjungtival

 Keratokonjungtivitis Epidemika

 Konjungtivitis Virus Herpes Simpleks

 Konjungtivitis Hemoragika Akut


DEMAM
FARINGOKONJUNGTIVAL

 Tanda dan gejala


Demam Faringokonjungtival ditandai oleh demam 38,3-40 ⁰C, sakit
tenggorokan, dan konjungtivitis folikuler pada satu atau dua mata.
Folikuler sering sangat mencolok pada kedua konjungtiva dan pada
mukosa faring. Mata merah dan berair mata sering terjadi, dan kadang-
kadang sedikit kekeruhan daerah subepitel. Yang khas adalah
limfadenopati preaurikuler (tidak nyeri tekan).
 Laboratorium
Demam faringokonjungtival umumnya disebabkan oleh
adenovirus tipe 3 dan kadang – kadang oleh tipe 4 dan 7. Virus itu
dapat dibiakkan dalam sel HeLa dan ditetapkan oleh tes netralisasi.
Dengan berkembangnya penyakit, virus ini dapat juga didiagnosis
secara serologic dengan meningkatnya titer antibody penetral virus.
Diagnosis klinis adalah hal mudah dan jelas lebih praktis.
Kerokan konjungtiva terutama mengandung sel mononuclear, dan tak
ada bakteri yang tumbuh pada biakan. Keadaan ini lebih sering pada
anak-anak daripada orang dewasa dan sukar menular di kolam renang
berchlor.
 Terapi
Tidak ada pengobatan spesifik. Konjungtivitisnya sembuh
sendiri, umumnya dalam sekitar 10 hari.
K E R AT O KO N J U N G T I V I T I S
EPIDEMIKA
 Tanda dan gejala
Keratokonjungtivitis epidemika umumnya bilateral. Awalnya sering
pada satu mata saja, dan biasanya mata pertama lebih parah. Pada awalnya
pasien merasa ada infeksi dengan nyeri sedang dan berair mata, kemudian
diikuti dalam 5-14 hari oleh fotofobia, keratitis epitel, dan kekeruhan subepitel
bulat. Sensai kornea normal. Nodus preaurikuler yang nyeri tekan adalah khas.
Edema palpebra, kemosis, dan hyperemia konjungtiva menandai fase akut.
Folikel dan perdarahan konjungtiva sering muncul dalam 48 jam. Dapat
membentuk pseudomembran dan mungkin diikuti parut datar atau
pembentukan symblepharon.
Konjungtivitis berlangsung paling lama 3-4 minggu. Kekeruhan
subepitel terutama terdapat di pusat kornea, bukan di tepian, dan menetap
berbulan-bulan namun menyembuh tanpa meninggalkan parut.
Keratokonjungtiva epidemika pada orang dewasa terbatas pada bagian luar
mata. Namun, pada anak-anak mungkin terdapat gejala sistemik infeksi virus
seperti demam, sakit tenggorokan, otitis media, dan diare.


 Laboratorium
Keratokonjungtiva epidemika disebabkan oleh adenovirus tipe 8, 19, 29,
dan 37 (subgroub D dari adenovirus manusia). Virus-virus ini dapat diisolasi
dalam biakan sel dan diidentifikasi dengan tes netralisasi. Kerokan konjungtiva
menampakkan reaksi radang mononuclear primer; bila terbentuk
pseudomembran, juga terdapat banyak neutrofil.

 Terapi
Sekarang ini belum ada terapi spesifik, namun kompres dingin akan
mengurangi beberapa gejala. kortikosteroid selama konjungtivitis akut dapat
memperpanjang keterlibatan kornea sehingga harus dihindari. Agen antibakteri
harus diberikan jika terjadi superinfeksi bacterial.
KONJUNGTIVITIS VIRUS HERPES SIMPLEKS

 Tanda dan gejala


Konjungtivitis virus herpes simplex biasanya merupakan penyakit anak
kecil, adalah keadaan yang luar biasa yang ditandai pelebaran pembuluh darah
unilateral, iritasi, bertahi mata mukoid, sakit, dan fotofobia ringan. Pada kornea
tampak lesi-lesi epithelial tersendiri yang umumnya menyatu membentuk satu
ulkus atau ulkus-ulkus epithelial yang bercabang banyak (dendritik).
Konjungtivitisnya folikuler. Vesikel herpes kadang-kadang muncul di palpebra
dan tepian palpebra, disertai edema hebat pada palpebra. Khas terdapat sebuah
nodus preaurikuler yang terasa nyeri jika ditekan.
 Laboratorium
Tidak ditemukan bakteri di dalam kerokan atau dalam
biakan. Jika konjungtivitisnya folikuler, reaksi radangnya terutama
mononuclear, namun jika pseudomembran, reaksinya terutama
polimorfonuklear akibat kemotaksis dari tempat nekrosis. Inklusi
intranuklear tampak dalam sel konjungtiva dan kornea, jika
dipakai fiksasi Bouin dan pulasan Papanicolaou, tetapi tidak
terlihat dengan pulasan Giemsa. Ditemukannya sel – sel epithelial
raksasa multinuclear mempunyai nilai diagnostic.
Virus mudah diisolasi dengan mengusapkan sebuah
aplikator berujung kain kering di atas konjungtiva dan
memindahkan sel-sel terinfeksi ke jaringan biakan.
 Terapi
Jika konjungtivitis terdapat pada anak di atas 1 tahun atau pada
orang dewasa, umunya sembuh sendiri dan mungkin tidak perlu terapi.
Namun, antivirus local maupun sistemik harus diberikan untuk mencegah
terkenanya kornea. Untuk ulkus kornea mungkin diperlukan debridemen
kornea dengan hati-hati yakni dengan mengusap ulkus dengan kain
kering, meneteskan obat antivirus, dan menutupkan mata selama 24 jam.
Antivirus topical sendiri harus diberikan 7 – 10 hari: trifluridine setiap 2
jam sewaktu bangun atau salep vida rabine lima kali sehari, atau
idoxuridine 0,1 %, 1 tetes setiap jam sewaktu bangun dan 1 tetes setiap 2
jam di waktu malam. Keratitis herpes dapat pula diobati dengan salep
acyclovir 3% lima kali sehari selama 10 hari atau dengan acyclovir oral,
400 mg lima kali sehari selama 7 hari.
KO N J U N G T I V I T I S H E M O R AG I K A A K U T

 Epidemiologi
Semua benua dan kebanyakan pulau di dunia pernah mengalami epidemic
besar konjungtivitis konjungtivitis hemoregika akut ini. Pertama kali diketahui di
Ghana dalam tahun 1969. Konjungtivitis ini disebabkan oleh coxackie virus A24.
Masa inkubasi virus ini pendek (8-48 jam) dan berlangsung singkat (5-7 hari). 5

 Tanda dan Gejala


Mata terasa sakit, fotofobia, sensasi benda asing, banyak mengeluarkan air
mata, merah, edema palpebra, dan hemoragi subkonjungtival. Kadang-kadang
terjadi kemosis. Hemoragi subkonjungtiva umumnya difus, namun dapat berupa
bintik-bintik pada awalnya, dimulai di konjungtiva bulbi superior dan menyebar
ke bawah. Kebanyaka pasien mengalami limfadenopati preaurikuler, folikel
konjungtiva, dan keratitis epithelial. Uveitis anterior pernah dilaporkan, demam,
malaise, mialgia, umum pada 25% kasus. 1,5
 Penyebaran
Virus ini ditularkan melalui kontak erat dari orang ke orang
dan oleh fomite seperti sprei, alat-alat optic yang terkontaminasi,
dan air. Penyembuhan terjadi dalam 5-7 hari.
PENATALAKSANAAN

Sesuai etiologi

- Bakteri: antibiotik topikal

- Virus : biasanya sembuh sendiri, herpes -> acyclovir

- Alergi : antihistamin, kromium glikat


TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai