Kegawatdaruratan THT
Kegawatdaruratan THT
THT
Chen
Melaporkan 6% kasus Bell’s palsy yang mengalami
rekurensi. Hal ini disebabkan oleh terserang virus
kembali atau aktifnya virus yang indolen dalam saraf.
Tujuan pengobatan:
Mengeradikasi infeksi
Mencegah komplikasi
Memperbaiki pendengaran
EPISTAKSIS
Epistaksis = mimisan = perdarahan hidung
Penyebab dapat
• Lokal
• Sistemik
Penyebab Lokal
• Idiopatik (85%)
• Trauma
• Iritasi
• Lingkungan (daerah tinggi)
• Benda Asing dan rinolit
• Infeksi
• Tumor
• Iatrogenik (pembedahan)
Penyebab Sistemik :
• Penyakit Kardiovaskuler Hipertensi
• Kelainan Darah Lekemia
• Infeksi DHF
• Hormonal kehamilan
• Kelainan Kongenital
Sumber Perdarahan
Anterior, dari :
• Plexus Kiesselbach’s
• A. ethmoid Ant
Biasa ringan & dapat berhenti spontan
Posterior, dari :
• A. Spenopalatina
• A. Etmoid post
Biasanya hebat dan sebagian besar
mengalir ke nasofaring dan jarang
berhenti spontan
Penatalaksanaan
Tujuan Penatalaksanaan :
• Menghentikan perdarahan
• Mencegah komplikasi
• Mencari etiologi
Tergantung Keadaan dan penyebab
Atasi keadaan akut : syok dan perdarahan hebat segera
pasang infus
Pemeriksaan dilakukan pasien dalam posisi duduk jika
memungkinkan
Penatalaksanaan
• Pencet cuping hidung
• Kaustik kimia (AgNO3 20-30%)
atau listrik
• Tampon Anterior
• Tampon Posterior (Bellocg)
• Balon kateter Foley
• Ligasi Arteri
• Setiap pemasangan tampon, harus
diberikan Antibiotika
Kaustik
Tampon anterior
Tampon bellocq
Hematom Septum
Normal Inferior Turbinate/Konka
Orbital Cellulitis
Rx : Systemic antibiotics
Decongestants
Analgesia
Trauma Leher
1.Trauma tajam
2.Trauma tumpul
Etiologi
I.Trauma Mekanik
1. Eksterna
Kecelakaan mobil, trauma tumpul leher, komplikasi
trakeostomi, krikotirotomi.
2. Interna.
Tindakan endoskopi, intubasi endotrakea, pemasangan pipa
nasogaster.
II. Luka Bakar
1.Termis
menelan, makanan cairan, makanan panas, inhalasi udara,
gas panas
2.Kimiawi ( zat korosif )
cairan alkali, amoniak dll.
III.Trauma penyinaran
IV. Trauma autogen.
Diagnosis
Ditegakkan : - anamnesis,
- riwayat trauma laring.
Trauma leher kerusakan laring difikirkan
gejala-gejala :
• Sumbatan nafas makin lama makin
• Berat
• Disfoni atau afoni
• Batuk
• Batuk darah atau muntah darah
• Rasa sakit pada leher
• Disfagi atau odinofagi
Gejala-gejala disertai:
• Deformitas leher,
• Emfisema
• Nyeri pada palpasi
• Krepitasi tulang
Pemeriksaan Penunjang
•Ro kepalafraktur tuIang tengkorak, fraktur tulang
kepala lainnya.
•Ro soft tissue leher AP / lat fraktur kartilago tiroid,
hioid, deviasi trakea, emfisema
• Ro toraks fraktur tulang iga, emfisema, pneumotoraks
Tatalaksana :
- trakeostomi
- Iaringoskopi langsung
- esofangoskopi
- eksplorasi/perbaikan
- tidak perlu bidai
III. Kelompok III
Gejala: aliran udara membahayakan
Tanda:
- edema mukosa masif
- robekan mukosa
- tulang rawan terlihat
-pita suara kaku
Tatalaksana:
- trakeostomi
- laringoskopi langsung
- esofagoskopi
- eksplorasi/perbaikan
- tidak perlu bidai
IV. Kelompok IV
Gejala:
- aliran udara membahayakan
Tanda :
- edema masif
- robekan mukosa
- tulang rawan terlihat
-pita suara kaku
Tatalaksana:
- trakeostomi
- Laringoskopi langsung
- esofagoskopi
- eksplorasi/perbaikan
- pasang bidai
Komplikasi
1. Jaringan granulasi
2. Stenosis laring dan trakea
3. Stenosis subglotis
4. Kelumpuhan pita suara
5. Fiksasi aritenoid
TERIMAKASIH
Pemeriksaan fungsi motorik
Hause Brackmann Facial Nerve
Grading System
6 Paralisis total Tidak ada gerakan ; tonus hilang ; asimetri ; tidak ada
sinkenesis, kontraktur, atau spasme hemifasial.