Anda di halaman 1dari 27

Farmasi Praktis I

Penggolongan Obat
Kelompok 13
• Beba Shiami 1511014019
• Marhani Dwithania 1511014020
• Indah Dwi Hesti 1511014022
• M. Ikbar Busram 1511014023
• Adhiny Disti Helmi 1511014024
defenisi
Menurut Undang-Undang Kesehatan No. 36 tahun 2009
obat adalah bahan atau paduan bahan, termasuk produk biologi yang
digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan
patologi dalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan,
pemulihan, peningkatan kesehatan dan kontrasepsi, untuk manusia.

Selain itu menurut Katzung (1997)


obat dalam pengertian umum adalah suatu substansi yang melaui efek kimianya
membawa perubahan dalam fungsi biologik.
Penggolongan obat
Obat dapat digolongkan berdasarkan beberapa kriteria, yaitu:
• kegunaan obat
• cara penggunaan obat
• cara kerja obat
• undang-undang
• sumber obat
• bentuk sediaan obat
• serta proses fisiologis dan biokimia dalam tubuh
(Syamsuni, 2006)
Penggolongan obat menurut kegunaan obat
1. Untuk menyembuhkan (therapeutic)
2. Untuk mencegah (prophylactic)
3. Untuk dignosi (diagnostic)

(Syamsuni, 2006)
Penggolongan obat menurut cara penggunaan obat
1. Medicamentum ad usum internum (pemakaian dalam) melalui oral
diberi etiket putih.
2. Medicamentum ad usum externum (pemakaian luar) melalui implantasi ,
injeksi, membrane mukosa, rektal, vaginal, nasal, ophthalmic, aurical,
collutio/gargarisme/gargle diberi etiket biru

(Syamsuni, 2006)
Penggolongan obat menurut cara kerja obat
1. Lokal: obat yang bekerja pada jaringan setempat, seperti pemakaian
topical.
2. Sistemik: obat yang didistribusikan ke seluruh tubuh, seperti tablet
analgetik.

(Syamsuni, 2006)
Penggolongan obat menurut
Undang-Undang
Narkotik
Narkotik (obat bius atau daftar O = opium)
merupakan obat yang diperlukan dalam bidang
pengobatan dan IPTEK serta menimbulkan
ketergantungan dan ketagihan (adiksi) yang
sangat merugikan masyarakat dan individu
apabila digunakan tanpa pembatasan dan
pengawasan dokter;misalnya candu/opium,
morfin, petidin, metadon, dan kodein.

(Syamsuni, 2006)
Menurut Undang-Undang No 35 Tahun 2009,
Narkotika dibagi menjadi 3 golongan, yaitu :
a. Narkotika Golongan I
Adalah Narkotika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan pengembangan ilmu
pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta mempunyai potensi sangat
tinggi mengakibatkan ketergantungan.
Merupakan kelompok narkotika yang terdiri atas : tanaman papaver somniferum,
opium mentah, opium masak, erythroxylon cocoae (koka), cannabis satira (ganja),
tetra hydro cannabino.

(UU Narkotika no. 35, 2009)


b. Narkotika Golongan II
Adalah Narkotika berkhasiat pengobatan digunakan sebagai pilihan
terakhir dan dapat digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan
pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi tinggi
mengakibatkan ketergantungan.
Merupakan kelompok narkotika yang terdiri atas : alpha-cethyl-metadol, alpha-
medprodina, alpha-prodine, phetanyl, pethidine,methadone

(UU Narkotika no. 35, 2009)


c. Narkotika Golongan III
Adalah Narkotika berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam
terapi dan/atau untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta
mempunyai potensi ringan mengakibatkan ketergantungan.
Merupakan kelompok narkotika yang terdiri atas : asetildihidrokodeina, kodeina,
etil, morfina.

(UU Narkotika no. 35, 2009)


Psikotropika

Psikotropika (obat berbahaya)


merupakan obat yang memengaruhi
proses mental, merangsang atayu
menenangkan, mengubah
pikiran/perasaan/kelakuaan seseorang;
misalnya golongan ekstasi,diazepam,
dan barbital/luminal.

(Syamsuni, 2006)
Menurut Undang-Undang No. 5/1997 psikotropika dibedakan dalam 4 golongan
sebagai berikut:
a. Psikotropika golongan I :
Psikotropika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan ilmu pengetahuan dan tidak
digunakan dalam terapi, serta mempunyai potensi amat kuat mengakibatkan
sindrom ketergantungan, contoh: MDMA,ekstasi,LSd,ST.

b. Psikotropika golongan II :
Psikotropika yang berkhasiat untuk pengobatan dan dapat digunakan dalam terapi
dan atau tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi kuat mengakibatkan
sindrom ketergantungan, contoh: Amfetamin, fesiklidin,
sekobarbital,metakualon,metilfenidat
c. Psikotropika golongan III :
Psikotropika yang berkhasiat untuk pengobatan dan dapat digunakan dalam terapi
dan atau tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi kuat mengakibatkan
sindrom ketergantungan, contoh: Fenobarbital,flunitrazepam.

d. Psikotropika golongan IV :
Psikotropika yang berkhasiat untuk pengobatan dan dapat sangat luas digunakan
dalam terapi dan atau tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan
mengakibatkan sindrom ketergantungan, contoh: Diazepam, klobazam,
bromazepam,klonazepam, khlordiazepoxide, nitrazepam.(BK, DUM, MG). (UU
Psikotropika no.5, 1997)
Obat Bebas
adalah obat yang dibeli secara bebas dan tidak
membahayakan bagi si pemakai dalam batas dosis
yang dianjurkan, diberi tanda lingkaran bulat bewarna
hijau dengan garis tepi hitam
• Contoh : Parasetamol

(Syamsuni, 2006)
Obat Bebas Terbatas
• Obat bebas terbatas (dulu disebut daftar W).
obat-obatan yang dalam jumlah tertentu masih bisa
dibeli di apotek, tanpa resep dokter, memakai tanda
lingkaran biru bergaris tepi hitam. Contohnya, obat anti
mabuk (Antimo), anti flu (Ultra flu).
• Pada kemasan obat seperti biasanya tertera peringatan
yang bertanda kotak kecil berdasar gelap atau kotak putih
bergaris tepi hitami, dengan tulisan sebagai berikut :

(Syamsuni, 2006)
• P.No. 1: Awas! Obat keras. Bacalah aturan pemakainnya.
• P.No. 2: Awas! Obat keras. Hanya untuk bagian luar dari badan.
• P.No. 3: Awas! Obat keras. Tidak boleh ditelan. P.No. 4: Awas! Obat keras. Hanya untuk dibakar.
• P.No. 5: Awas! Obat keras. Obat wasir,jangan ditelan

(Syamsuni, 2006)
Obat Keras
• Obat keras adalah semua obat yang :
1. Mempunyai takaran /dosis maksimun (DM) atau
yang tercantum dalam daftar obat keras yang
ditetapkan pemerintah
2. Diberi tanda khusus lingkuran bulat berwarna merah
dengan garis tepi hitam dengan huruf K yang
menyentuh garis tepinya.
(Syamsuni, 2006)
Generik dan Paten
Obat Generik Bermerek /Bernama Dagang Berdasarkan peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK.02.02/Menkes/068/I/2010 obat
generik bermerek bernama dagang adalah obat generik dengan nama dagang
yang menggunakan nama milik produsen obat yang bersangkutan (Depkes,
2010).
Dalam pustaka lain, terdapat istilah yang berbeda yaitu obat merek dagang
(trademark). Obat merek dagang (trademark) adalah obat yang dibuat dengan
mendapatkan lisensi dari pabrik lain yang obatnya telah dipatenkan.

(Jas, 2007).
• Obat Generik Berdasarkan peraturan Menteri kesehatan Republik Indonesia
Nomor HK.02.02/Menkes/068/I/2010
obat generik adalah obat dengan nama resmi International Non
Propietary Names (INN) yang ditetapkan dalam Farmakope Indonesia atau
buku standar lainnya untuk zat khasiat yang dikandungnya. Dalam pustaka lain,
obat generik (generic name) adalah obat dengan nama umum tanpa melanggar
hak paten obat bersangkutan

(Jas, 2007).
Peraturan pemerintah yang mengatur tentang obat generik antara lain adalah : 1.
Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
HK.02.02/Menkes/068/I/2010 tentang Kewajiban Obat Generik di Fasilitas
Pelayanan Kesehatan Pemerintah Menimbang:
• bahwa ketersediaan obat generik dalam jumlah dan jenis yang cukup, terjangkau
oleh masyarakat serta terjamin mutu keamanannya, perlu digerakkan dan didorong
penggunaannya di fasilitas pelayanan kesehatan pemerintah.
• bahwa agar dapat berjalan efektif perlu mengatur kembali ketentuan Kewajiban
Menuliskan resep dan/atau Menggunakan Obat Generik di Fasilitas Pelayanan
Kesehatan Pemerintah dengan Peraturan Menteri Kesehatan. 2. Surat Keputusan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK.03.01/Menkes/146/I/2010
tentang Harga Obat Generik
• Menimbang:
• bahwa dalam rangka menjamin ketersediaan dan pemerataan obat untuk
memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan, perlu dilakukan penilaian kembali
harga obat generik yang telah ditetapkan dalam Keputusan Menteri Kesehatan
Nomor 302/Menkes/SK/III/2008
• bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaiman dimaksud dalam huruf a, perlu
menetapkan kembali harga obat generik dengan Keputusan Menteri
Kesehatan.
3. Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
HK.03.01/Menkes/159/I/2010 tentang Pedoman Pembinaan dan Pengawasan
Penggunaan Obat Generik di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Pemerintah
Menimbang:
a. bahwa dalam rangka penggunaan obat generik di fasilitas pelayanan kesehatan
pemerintah, telah ditetapkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
HK.02.02/Menkes/068/I/2010 tentang Kewajiban Obat Generik di Fasilitas
Pelayanan Kesehatan Pemerintah
b. bahwa agar penggunaan obat generik di fasilitas pelayanan kesehatan pemerintah
dapat berjalan dengan efektif, perlu dilakukan pembinaan dan pengawasan
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana yang dimaksud pada huruf a dan
huruf b, perlu disusun Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Penggunaan Obat
Generik di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Pemerintah yang ditetapkan dengan
Keputusan Menteri Kesehatan.
Menurut sumber obat
Obat yang kita gunakan dapat bersumber dari:
• tumbuhan (flora, nabati) misalnya digitalis, kina, minyak jarak
• Hewan (fauna, hayati) misalnya minyak ikan, adeps lana, cera
• Mineral (pertambangan) misalnya iodkali, Nacl, parafin, vaselin
• Sintetis (tiruan, buatan) misalnya kamfer sintetis, vit. C
• Mikroba/fungi/ jamur, misalnya antibiotik (penicilin).
(Syamsuni, 2006)
Menurut bentuk sediaan obat ( bentuk sediaan farmasi )
• Bentuk padat : serbuk, tablet, pil, kapsul, supositoria
• Bentuk setengan padat : salep/ unguetum, krim, pasta, cerata, gel/jelly,
occulenta (salep mata)
• Bentuk cair/ larutan : potio, sirup, eliksir, obat tetes, gargarisma, clysma,
epithema, injeksi, infus intravena, douche, lotio & mixturae
• Bentuk gas : inhalasi/spray/aerosol

(Syamsuni, 2006)
Menurut proses fisiologi & biokimia dalam tubuh
• Obat farmakodinamis : obat yang bekerja terhadap tuan rumah denga jalan
mempercepat atau memperlambat proses fisiologgi atau fungsi biokimia dalam
tubuh, misalnya hormon, diuretik, hipnotik, dan obat otonom
• Obat kemoterapetik : obat yang dapat membunuh parasit dan kuman di dalam
tubuh tuan rumah. Hendaknya obat ini memiliki kegiatan farmakodinamika yang
sekecil-kecilnya terhadap organisme tuan rumah dan berkhasiat untuk
melawansebanyak mungkin parasit ( cacing protozoa) dan mikroorganisme
(bakteri&virus). Contoh nya obat- obat neoplasma (onkolitika, sitostatika, obat
kangker)
• Obat diagnostik : obat pembantu yang melakukan diagnosis (pengenalan
peyakit), misalnya dari saluran lamung-usus ( barium sulfat), dan saluran
empedu ( natrium iopanoat dan asam iod organik lainnya).
(Syamsuni, 2006)
Daftar Pustaka
• Syamsuni. 2006. Farmasetika Dasar dan Hitungan Farmasi. Jakarta: EGC
• Syamsuni, A. 2006. Ilmu Resep. Jakarta : ECG
• Undang-Undang Kesehatan No. 36 tahun 2009
• Undang-Undang Narkotika no. 35, 2009
• Undang-Undang No 35 Tahun 2009

Anda mungkin juga menyukai