Anda di halaman 1dari 27

 Claudias eka saputri 1311020122

 Tria Pamungkas Siwi 1311020121


 Dina Noviana 1311020123
 Bunga Fitriana 1311020141
 Umi Fulanah 1311020142
 Sindrom steven-jhonson adalah sindrom kelainan kulit
berupa eritema, vesikel/bula, dapat disertai purpura yang
mengenai kulit, selaput lender orifisium dan mata dengan
keadaan umum bervariasi dari baik sampai buruk.

 Sindrom Steven Johnson adalah penyakit kulit akut dan


berat yang terdiri dari erupsi kulit, kelainan dimukosa dan
konjungtifitis
Kulit adalah suatu organ pembungkus seluruh permukaan luar tubuh,
merupakan organ terberat dan terbesar dari tubuh. Seluruh kulit beratnya
sekitar 16 % berat tubuh, pada orang dewasa sekitar 2,7 – 3,6 kg dan
luasnya sekitar 1,5 – 1,9 meter persegi. Tebalnya kulit bervariasi mulai 0,5
mm sampai 6 mm tergantung dari letak, umur dan jenis kelamin. Kulit
tipis terletak pada kelopak mata, penis, labium minus dan kulit bagian
medial lengan atas. Sedangkan kulit tebal terdapat pada telapak tangan,
telapak kaki, punggung, bahu dan pantat.
Etiologi SSJ yang pasti belum diketahui,
Beberapa penyebab timbulnya SSJ diantaranya :
 infeksi (virus, jamur, bakteri, parasit)
 obat (salisilat, sulfa, penisilin, etambutol,
tegretol, tetrasiklin, antipiretik/analgetik
(misalnya: derivate salisil/pirazolon,
metamizon, metampiron, dan
paracetamol,klorpromazin, karbamazepin,
kinin, aspirin, jamu, digitalis, kontraseptif)
 fisik (udara dingin, sinar matahari, sinar X).
1. Alergi Obat Secara Sistemik :

a. penisilin, analgetik, arti piuretik

b. Penisilline dan semisentetiknya

c. Sthreptomicine

d. Sulfonamida

e. Tetrasiklin

f. Anti piretik atau analgesik (derifat, salisil/pirazolon, metamizol, metampiron dan


paracetamol)

g. Kloepromazin

h. Karbamazepin

i. Kirin Antipirin
2. Infeksi mikroorganisme (bakteri, virus, jamur dan parasit)

3. Neoplasma dan faktor endokrin

4. Faktor fisik (sinar matahari, radiasi, sinar-X)

5. Makanan
Gejala berkisar 1-14 hari berupa demam,lesu,batuk,filek,nyeri dada,sakit menelan,

pegal sendi dan otot dan atralgia yang sangat bervariasi .Setelah itu akan timbul lesi

pada :

a) Kelainan Kulit

Kelainan kulit terdiri atas eritema, papul, vesikel, dan bula. Vesikel dan bula kemudian

memecah sehingga terjadi erosi yang luas. Dapat juga disertai purpura.

b) Kelainan Selaput lender di orifisium

Kelainan di selaput lendir yang sering ialah pada mukosa mulut, sedangkan dilubang

hidung dan anus jarang ditemukan. Kelainan berupa vesikal dan bula yang cepat

memecah hingga menjadi erosi dan ekskoriasi serta krusta kehitaman. Di bibir yang

sering tampak adalah krusta berwarna hitam yang tebal. Kelainan di mukosa dapat juga

terdapat di faring, traktus respiratorius bagian atas dan esophagus..


Kelainan Mata
Kelainan pada mata pada pasien SSJ antara lain : konjungtivitas
kataralis, blefarokonjungtivitis, iritis, iridosiklitis, kelopak mata edema dan
sulit dibuka, pada kasus berat terjadi erosi dan perforasi kornea yang dapat
menyebabkan kebutaan. Cedera mukosa okuler merupakan faktor pencetus
yang menyebabkan terjadinya ocular cicatricial pemphigoid, merupakan
inflamasi kronik dari mukosa okuler yang menyebabkan kebutaan. Waktu
yang diperlukan mulai onset sampai terjadinya ocular cicatricial
pemphigoid bervariasi mulai dari beberapa bulan sampai 31 tahun.
Kelainan mata yang sering ialah konjungtivitis, perdarahan, simblefarop,
ulkus kornea, iritis dan iridosiklitis..
Pathogenesis SSJ sampai saat ini sukar di ketahui dengan pasti
karna penyebabnya berbagai factor walaupun pada umumnya sering
dihubungkan dengan reaksi hipersensitif tipe III dan IV.Reaksi tipe III
terjadi akibat terbentuknya komplek antigen antibodi yang membentuk
mikro-presitipasi sehingga terjadi aktifitas system komplemen. Akibatnya
terjadi akumulasi neutrofil yang kemudian melepaskan lisozim dan
menyebabkan kerusakan jaringan pada organ sasaran (target organ).
Reaksi hipersentifitas tipe IV terjadi akibat limfosit T yang tersintesisasi
berkontak kembali dengan antigen yang sama kemudian limfokin
dilepaskan sehingga terjadi reaksi radang (Djuanda, 2000:147)
Reaksi Hipersensittif Tipe III

Hal ini terjadi sewaktu komplek antigen antibodi yang


bersirkulasi dalam darah mengendap didalam pembuluh
darah atau jaringan sebelah hilir. Antibodi tidak ditujukan
kepada jaringan tersebut, tetapi terperangkap dalam
jaringan kapilernya. Pada beberapa kasus antigen asing
dapat melekat ke jaringan menyebabkan terbentuknya
kompleks antigen antibodi ditempat tersebut.
Reaksi Hipersensitif Tipe IV

Pada reaksi ini diperantarai oleh sel T, terjadi pengaktifan


sel T penghasil Limfokin atau sitotoksik oleh suatu
antigen sehingga terjadi penghancuran sel-sel yang
bersangkutan. Reaksi yang diperantarai oleh sel ini
bersifat lambat (delayed) memerlukan waktu 14 jam
sampai 27 jam untuk terbentuknya.
Steven Johnson syndrome sering menimbulkan komplikasi pada
mata beruupa simblefaron dan ulkus kornea .komplikasi lain adalah
timbulnya sembab,demam atau malahan hippotermia.
Berikut komplikasi yang sering pada steven Johnson syndrome :
Bronkopneumonia (80%)
Sepsis
Kehilangan cairan/darah
Gangguan keseimbangan elektrolit
Syok
Kebutaan gangguan lakrimasi
1. Pemeriksaan Laboratorium :

 Tidak ada pemeriksaan labor (selain biopsi) yang dapat membantu dokter dalam menegakkan
diagnosa.

 Pemeriksaan darah lengkap (CBC) dapat menunjukkan kadar sel darah putih yang normal
atau leukositosis nonspesifik. Penurunan tajam kadar sel darah putih dapat mengindikasikan
kemungkinan infeksi bakterial berat.

 Pemeriksaan elektrolit

 Kultur darah, urine, dan luka diindikasikan ketika infeksi dicurigai terjadi

 Pemeriksaan bronchoscopy, esophagogastro duodenoscopy (EGD), dan kolonoskopi dapat


dilakukan

2. Imaging Studies
Chest radiography untuk mengindikasikan adanya pneumonitis

3. histopatologi dan imonohistokimia dapat mendukung ditegakkannya diagnosa.


Penatalaksanaan yang utama adalah menghenntikan obat
yang di curigai sebagai penyebab dari SSJ ,sementara itu
kemungkinan infeksi virus herves simplex dan micoplasma
pneumonia harus di singkirkan,selanjutnya perawatan lebih kepada
pengobatan siimtomatik:
a. Kortikosteroid
b. Antibiotik
c. Infus dan tranfusi darah
d. Topikal
I. Pengkajian
a. Data subjektif

Klien mengeluh demam tinggi, malaise, nyeri kepala, batuk, pilek, dan nyeri

tenggorokan / sulit menelan.

b. Data Obyektif

 Kulit eritema, papul, vesikel, bula yang mudah pecah sehingga terjadi erosi yang

luas, sering didapatkan purpura.

 Krusta hitam dan tebal pada bibir atau selaput lendir, stomatitis dan

pseudomembran di faring

 Konjungtiva, perdarahan sembefalon ulkus kornea, iritis dan iridosiklitis.


Data Penunjang

 Laboratorium : leukositosis atau esosinefilia

 Histopatologi : infiltrat sel mononuklear, oedema dan


ekstravasasi sel darah merah, degenerasi lapisan basalis,
nekrosis sel epidermal, spongiosis dan edema intrasel di
epidermis.

 Imunologi : deposis IgM dan C3 serta terdapat komplek


imun yang mengandung IgG, IgM, IgA.
a. Gangguan integritas kulit b.d. inflamasi dermal dan
epidermal
b. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d.
kesulitan menelan
c. Gangguan rasa nyaman, nyeri b.d. inflamasi pada kulit
d. Gangguan intoleransi aktivitas b.d. kelemahan fisik
e. Gangguan Persepsi sensori: kurang penglihatan b.d
konjungtifitis
1. Gangguan integritas kulit b.d. inflamasi dermal dan epidermal
Kriteria Hasil : Menunjukkan kulit dan jaringan kulit yang utuh.
Intervensi :

a. Observasi kulit setiap hari catat turgor sirkulasi dan sensori serta perubahan lainnya yang
terjadi.
Rasional :Menentukan garis dasar dimana perubahan pada status dapat dibandingkan dan
melakukan intervensi yang tepat

b. Gunakan pakaian tipis dan alat tenun yang lembut.


Rasional :Menurunkan iritasi garis jahitan dan tekanan dari baju, membiarkan insisi terbuka
terhadap udara meningkat proses penyembuhan dan menurunkan resiko infeksi

c. Jaga kebersihan alat tenun.


Rasional : Untuk mencegah infeksi

d. Kolaborasi dengan tim medis.


Rasional : Untuk mencegah infeksi lebih lanjut
2. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d. kesulitan menelan.
Kriteria Hasil : Menunjukkan berat badan stabil/peningkatan berat badan.

Intervensi :

a. Kaji kebiasaan makanan yang disukai/tidak disukai.


Rasional : memberikan pasien/orang terdekat rasa kontrol, meningkatkan
partisipasi dalam perawatan dan dapat memperbaiki pemasukan.

b. Berikan makanan dalam porsi sedikit tapi sering.


Rasional : membantu mencegah distensi gaster/ketidaknyamanan

c. Hidangkan makanan dalam keadaan hangat.


Rasional : meningkatkan nafsu makan.

d. Kerjasama dengan ahli gizi.


Rasional : kalori protein dan vitamin untuk memenuhi peningkatan kebutuhan
metabolik, mempertahankan berat badan dan mendorong regenerasi jaringan.
3. Gangguan rasa nyaman, nyeri b.d. inflamasi pada kulit.

Kriteria Hasil :

· Melaporkan nyeri berkurang

· Menunjukkan ekspresi wajah/postur tubuh rileks.

Intervensi :

a. Kaji keluhan nyeri, perhatikan lokasi dan intensitasnya.

Rasional : nyeri hampir selalu ada pada beberapa derajat beratnya keterlibatan jaringan.

b. Berikan tindakan kenyamanan dasar ex: pijatan pada area yang sakit.

Rasional : meningkatkan relaksasi, menurunkan tegangan otot dan kelelahan umum

c. Pantau TTV.

Rasional : metode IV sering digunakan pada awal untuk memaksimalkan efek obat

d. Berikan analgetik sesuai indikasi.

Rasional : menghilangkan rasa nyeri.


4. Gangguan intoleransi aktivitas b.d. kelemahan fisik.
Kriteria Hasil : Klien melaporkan peningkatan toleransi aktivitas
Intervensi :

a. Kaji respon individu terhadap aktivitas.


Rasional : mengetahui tingkat kemampuan individu dalam pemenuhan
aktivitas sehari-hari.

b. Bantu klien dalam memenuhi aktivitas sehari-hari dengan tingkat


keterbatasan yang dimiliki klien.
Rasional : energi yang dikeluarkan lebih optimal.

c. Jelaskan pentingnya pembatasan energi.


Rasional : energi penting untuk membantu proses metabolisme tubuh.

d. Libatkan keluarga dalam pemenuhan aktivitas klien.


Rasional : klien mendapat dukungan psikologi dari keluarga.
5. Gangguan Persepsi sensori: kurang penglihatan b.d konjungtifitis.
Kriteria Hasil :

· Kooperatif dalam tindakan

· Menyadari hilangnya pengelihatan secara permanen.


Intervensi :

a. Kaji dan catat ketajaman pengelihatan


Rasional : Menetukan kemampuan visual

b. Kaji deskripsi fungsional apa yang dapat dilihat/tidak.


Rasional : Memberikan keakuratan thd pengelihatan dan perawatan.

c. Sesuaikan lingkungan dengan kemampuan pengelihatan.


Rasional : Meningkatkan self care dan mengurangi ketergantungan.

d. Kaji jumlah dan tipe rangsangan yang dapat diterima klien.


Rasional :Meningkatkan rangsangan pada waktu kemampuan pengelihatan
menurun.
Pelaksanaan keperawatan adalah tindakan

keperawatan secara nyata berupa serangkaian kegiatan

yang sistematis berdasarkan perencanaan untuk mencapai

hasil yang optimal. Adapun pelaksanaan yang dilakukan

pada pasien yang sindrom steven jhonson adalah

disesuaikan dengan rencana keperawatan yang telah

dibuat berdasarkan prioritas yang timbul.


Misalnya:
 Mengobservasi kulit setiap hari catat turgor sirkulasi
dan sensori serta perubahan lainnya yang terjadi.
 Mengkaji kebiasaan makanan yang disukai/tidak
disukai.
 Mengkaji keluhan nyeri, perhatikan lokasi dan
intensitasnya.
 Mengkaji respon aktivitas klien
 Mengkaji medan penglihatan klien
Dalam konteks keperawatan evaluasi adalah penilaian fase proses
keperawatan, mempertimbangkan efektifitas tindakan keperawatan
dan menunjukan perkembangan pasien terhadap pencapaian tujuan.
Dari masalah yang timbul pada pasien dengan sindrom steven
jhonson, maka hasil yang diharapkan pasien akan :
1. Menunjukkan keadaan kulit normal
2. Menunjukkan berat badan stabil
3. Menunjukka keadaan nyeri berkurang
4. Menunjukkan toleransi aktivitas.
5. Menunjukkan gangguan sensori teratasi.
Sindrom Steven-Johnson (SSJ) merupakan suatu
kumpulan gejala klinis erupsi mukokutaneus yang
ditandai oleh trias kelainan pada kulit vesikulobulosa,
mukosa orifisium serta mata disertai gejala umum berat
Sindrom Steven Johnson adalah penyakit kulit akut dan
berat yang terdiri dari erupsi kulit, kelainan dimukosa
dan konjungtifitis.

Anda mungkin juga menyukai