Anda di halaman 1dari 17

Epidural

FAIZAL R. MALAWAT
VERTEBRA
Anestesi Epidural

 Blokade saraf dengan menempatkan obat di ruang epidural.


Ruang ini berada diantara ligamentum flavum dan
duramater. Kedalaman ruang ini rata-rata 5mm dan dibagian
posterior kedalaman maksimal pada daerah lumbal.

 Obat anestetik di lokal diruang epidural bekerja langsung


pada akar saraf spinal yang terletak dilateral. Awal kerja
anestesi epidural lebih lambat dibanding anestesi spinal,
sedangkan kualitas blockade sensorik-motorik juga lebih
lemah.
Indikasi:
 Pembedahan dan penanggulangan nyeri pasca bedah
 Tatalaksana nyeri saat persalinan
 Penurunan tekanan darah saat pembedahan supaya tidak banyak
perdarahan
 Tambahan pada anestesi umum ringan karena penyakit tertentu
pasien.
Indikasi spesifik :
 Pembedahan panggul dan lutut
 Revaskularisasi ekstremitas bawah
 Proses persalinan
 Manajemen postoperasi

Penyebaran anestesia epidural tergantung


pada :
 Volume obat yang disuntikan
 Usia pasien
 Kecepatan suntikan
 Besarnya dosis
 Ketinggian tempat suntikan
 Posisi pasien
 Panjang kolumna vertebralis, spuit 10-15 ml akan menyebar ke kedua sisi sebanyak 5
segmen
Kontra Indikasi
Mutlak
 Penolakan pasien
 Koagulopaty
 Therapeutic anticoagulant
 Infeksi pada kulit tempat injeksi
 Peningkatan tekana intracranial
 Hypovolemi
Relative
 Pasien tidak koperatif
 Sebelumnya mempunyai gangguan neurology
 Status cardiac output
 Abnormalitas anatomi tulang vertebra
 Profilaksis heparin dosis rendah
Teknik Anestetik Epidural
• Posisi pasien saat tusukan seperti pada analgesia spinal.
• Tusukan jarum epidural biasanya dilakukan pada ketinggian L3-4.
• Jarum yang digunakan ada 2 macam, yaitu:
 jarum ujung tajam (Crawford)
 jarum ujung khusus (Touhy)
 Teknik hilangnya resistensi
Teknik ini menggunakan semprit kaca atau semprit plastik rendah resistensi yang
diisi oleh udara atau NaCl sebanyak ± 3ml. Setelah diberikan anestetik lokal pada
tempat suntikan, jarum epidural ditusuk sedalam 1-2 cm. Kemudian udara atau
NaCl disuntikkan perlahan dan terputus-putus. Sembari mendorong jarum epidural
sampai terasa menembus jaringan keras (ligamentum flavum) yang disusul
hilangnya resistensi. Setelah yakin ujung jarum berada dalam ruang epidural,
lakukan uji dosis.
Uji Dosis
 Uji dosis anestetik lokal untuk epidural dosis tunggal dilakukan
setelah ujung jarum diyakini berada dalam ruang epidural dan
untuk dosis berulang (kontinyu) melalui kateter. Masukkan anestetik
lokal 3 ml yang sudah bercampur adrenalin 1: 200.000.
perhatikan beberapa hal berikut ini :
 Tak ada efek setelah beberapa menit, kemungkinan besar letak
jarum sudah benar.
 Terjadi blokade spinal, menunjukkan obat sudah masuk ke ruang
subarakhnoid karena terlalu dalam.
 Terjadi peningkatan laju nadi sampai 20-30%, kemungkinan obat
masuk vena epidural.
Cara Penyuntikan
 Setelah diyakini posisi jarum atau kateter benar, suntikan anestesi
lokal secara bertahap setiap 3-5 menit sebanyak 3-5 ml sampai
tercapai dosis total. Suntikan terlalu cepat menyebabkan tekanan
dalam ruang epidural mendadak tinggi, sehingga menimbulkan
peninggian tekanan intrakranial, nyeri kepala, dan gangguan
sirkulasi pembuluh darah epidural.
Lapisan

kulit  subkutis  ligamentum supraspinosum  ligamentum intraspinosum 


ligamentum flavum  ruang epidural  durameter  ruang subarachnoid
Dosis Maksimal
 Dosis maksimal dewasa muda sehat 1,6 ml/segmen yang tentunya
bergantung pada konsentrasi obat. Pada manula dan neonatus
dosis dikurangi sampai 50% dan pada waniti hamil dikurangi 30%
akibat pengaruh hormon dan mengecilnya ruang epidural akibat
ramainya vaskularisasi darah dalam ruang epidural.
Uji Keberhasilan Epidural
Keberhasilan anelgesia epidural bergantung pada :
 Tentang blok simpatis diketahui dari perubahan suhu.
 Tentang blok sensorik dari uji tusuk jarum.
 Tentang blok motorik dari skala Bromage.
 Anestesi Lokal yang Dipergunakan untuk Epidural

Konsentrasi Onset Blok Sensorik Blok Motorik

Lidokain ≤1% Sedang Analgesik Minimal

1,5% Sedang Berat Ringan-sedang

2% Sedang Berat Berat

Kloroprokain 2% Cepat Analgesik Ringan-sedang

3% Cepat Berat Berat

Mepivakain 1% Sedang Analgesik Minimal

2% Sedang Berat Berat


Prilokain 2% Sedang Berat Minimal

3% Sedang Berat Berat

Bupivakain ≤0,25% Lambat Analgesik Minimal

0,375 – 0,5% Lambat Berat Ringan-sedang

0,75% Lambat Berat Sedang-berat

Ropivakain ≤0,2% Lambat Analgesik Minimal

0,3 – 0,5% Lambat Berat Ringan-sedang

0,6 – 1% Lambat Berat Sedang-berat


Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai