Anda di halaman 1dari 28

Referat Geriatri

STW Karya Bakti - Cibubur


Claudia Susanto
406148133
Perubahan yg terjadi pada lansia
1. Perubahan farmakokinetik
• Absorpsi
• Proses absorpsi pada pasien lanjut usia menurun atau
menjadi lebih lambat karena melambatnya waktu
pengosongan lambung (delayed gastric emptying).4

• Distribusi
• Dibandingkan dengan orang muda, lansia memiliki lean
body mass yang lebih rendah, penuruan kadar air dalam
tubuh, penambahan lemak tubuh sehingga dapat
mengubah distribusi obat, dan berkurangnya absorpsi aktif.
Selain itu juga terjadi penurunan kadar albumin plasma
sehingga dapat meningkatkan kadar obat bebas.4
Perubahan yg terjadi pada lansia
• Metabolisme
• Perubahan metabolisme terjadi karena menurunnya enzim-
enzim hepar pada lansia, penurunan massa hepar atau
aliran darah ke hepar. Selain itu juga terjadi perubahan
pada waktu paruh obat (T1/2), dimana T1/2 menjadi lebih
panjang.5

• Ekskresi
• Penurunan fungsi ginjal berperan besar dalam
terganggunya proses ekskresi obat pada lansia. Filtrasi
glomerulus berkurang ±30% pada usia 65 tahun.2 Hal ini
menyebabkan menurunnya ekskresi obat dari ginjal,seperti:
penisilin.5
Perubahan yg terjadi pada lansia
2. Perubahan farmakodinamik
• Pada lansia terjadi peningkatan sensitivitas reseptor
terutama reseptor di otak (terhadap obat-obat kerja
sentral). Perubahan mekanisme homeostatik yang terjadi
pada lansia juga berpengaruh pada farmakodinamik obat,
misalnya homeostatik kardiovaskular (terhadap obat-obat
antihipertensi), regulasi suhu.4

• Akibat dari berbagai perubahan yang terjadi pada usia


lanjut, menyebabkan terjadinya respon yang berlebihan
atau efek toksik bila para usia lanjut mendapat dosis biasa
yang diberi pada pasien dewasa muda.2
Antibiotik
• Antibiotik ialah zat yang dihasilkan oleh suatu
mikroba, terutama fungi, yang dapat
menghambat atau dapat membasmi mikroba
jenis lain.2
Perkembangan antibiotik
Aktivitas antibiotik
• Berdasarkan sifat toksisitas selektif, terdapat 2
aktivitas antibiotik, yaitu:
– yang bersifat menghambat pertumbuhan mikroba
(aktivitas bakteriostatik)
– yang bersifat membunuh mikroba (aktivitas
bakterisid).
Aktivitas antibiotik
• Efek bakteriostatik merupakan hasil dari
gangguan metabolism dan sintesis protein sel
mikroba.
• Efek bakterisid merupakan hasil dari gangguan
membran sel mikroba, dinding sel mikroba,
dan gangguan sintesis DNA mikroba.7
Spektrum antibiotik
Spketrum antibiotik juga dibagi 2, yaitu2 :
• Spektrum sempit (hanya aktif terhadap
bakteri gram negatif atau gram positif) .
Contoh : penisilin, aminoglikosida,dll.
• Spektrum luas (aktif aktif terhadap bakteri
gram positif dan negatif). Contoh : tetrasiklin,
sulfonamide, trimetropim, kotrimoksazol,
kloramfenikol,dll.
Klasifikasi antibiotik
berdasarkan mekanisme kerja
1. Antimikroba yang menghambat metabolisme sel
mikroba
• Obat yang termasuk dalam kelompok ini adalah
• Sulfonamid
• Sulfon : DDS/ dapson
• Penghambat Dihidrofolat reduktase :
trimetropim, pirimetamin, trimetrexat
• Kotrimoksazol (trimetropim + sulfametoksazol)
Klasifikasi antibiotik
berdasarkan mekanisme kerja
• Obat yang termasuk dalam kelompok ini
adalah:
- Golongan beta laktam : penisilin; sefalosporin;
monobaktam: astreonam; karbapenem :
imipenem, meropenem; penghambat beta
laktamase : as. Klavulanat, sulbaktam;
- Glikopeptida : vankomisin, teikoplamin;
- Bacitrasin, sikloserin.
Klasifikasi antibiotik
berdasarkan mekanisme kerja
3. Antimikroba yang mengganggu keutuhan
membrane sel mikroba
Obat yang termasuk dalam kelompok ini adalah
polimiksin (Polimiksin B, Polimiksin E), antibiotika
polien, serta berbagai antimikroba
kemoterapeutik.
Kerusakan membrane sel menyebabkan keluarnya
berbagai komponen penting dari dalam sel
mikroba yaitu protein, asam nukleat, nukleotida,
dan lain-lain.
Klasifikasi antibiotik
berdasarkan mekanisme kerja
4. Antimikroba yang menghambat sintesis protein
sel mikroba
• Aminoglikosida : streptomisin, gentamisin,
amikasin, tobramisin, kanamisin, neomisin
• Makrolid : eritromsin, klaitromisin,
azitromizin,teritromisin Linkomisin, klindamisin
• Streptogramin
• Tetrasiklin, kloramfenikol
• Oksazolidinone
Klasifikasi antibiotik
berdasarkan mekanisme kerja
5. Antimikroba yang menghambat sintesis asam
nukleat sel mikroba
• Yang menghambat DNA: kuinolon,
metronidazol
• Yang menghambat RNA: rifampisin
Prinsip penggunaan antibiotik bijak
(DEPKES)
1. Penggunaan antibiotik bijak yaitu penggunaan antibiotik
dengan spektrum sempit, pada indikasi yang ketat dengan
dosis yang adekuat, interval dan lama pemberian yang
tepat.
2. Kebijakan penggunaan antibiotik (antibiotic policy) ditandai
dengan pembatasan penggunaan antibiotik dan
mengutamakan penggunaan antibiotik lini pertama.
3. Pembatasan penggunaan antibiotik dapat dilakukan dengan
menerapkan pedoman penggunaan antibiotik, penerapan
penggunaan antibiotik secara terbatas (restricted), dan
penerapan kewenangan dalam penggunaan antibiotik
tertentu (reserved antibiotics).
Prinsip penggunaan antibiotik bijak
(DEPKES)
4. Indikasi ketat penggunaan antibiotik dimulai dengan
menegakkan diagnosis penyakit infeksi,
menggunakan informasi klinis dan hasil pemeriksaan
laboratorium seperti mikrobiologi, serologi, dan
penunjang lainnya. Antibiotik tidak diberikan pada
penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus atau
penyakit yang dapat sembuh sendiri (self-limited).
Prinsip penggunaan antibiotik bijak
(DEPKES)
5. Pemilihan jenis antibiotik harus berdasar pada:
a. Informasi tentang spektrum kuman penyebab infeksi
dan pola kepekaan kuman terhadap antibiotik.
b. Hasil pemeriksaan mikrobiologi atau perkiraan kuman
penyebab infeksi.
c. Profil farmakokinetik dan farmakodinamik antibiotik.
d. Melakukan de-eskalasi setelah mempertimbangkan
hasil mikrobiologi dan keadaan klinis pasien serta
ketersediaan obat.
e. Cost effective: obat dipilih atas dasar yang paling cost
effective dan aman.
Prinsip penggunaan antibiotik pada
lansia (DEPKES)
• Hal yang harus diperhatikan pada pemberian antibiotik
pada usia lanjut: 1
a. Pada penderita usia lanjut (>65 tahun) sudah dianggap
mempunyai mild renal impairement (gangguan fungsi
ginjal ringan) sehingga penggunaan antibiotik untuk
dosis pemeliharaan perlu diturunkan atau
diperpanjang interval pemberiannya.
b. Komorbiditas pada usia lanjut yang sering
menggunakan berbagai jenis obat memerlukan
pertimbangan terjadinya interaksi dengan antibiotik.
Prinsip penggunaan antibiotik pada
lansia (DEPKES)
c. Terapi antibiotik empiris pada pasien usia lanjut
perlu segera dikonfirmasi dengan pemeriksaan
mikrobiologi dan penunjang yang lain.
d. Pada gangguan fungsi ginjal dosis antibiotik
disesuaikan dengan bersihan kreatinin (creatinine
clearance). Dosis obat penting untuk obat dengan
rasio toksik-terapetik yang sempit, atau yang
sedang menderita penyakit ginjal.
Prinsip penggunaan antibiotik pada
lansia (DEPKES)
e. Pada umumnya dengan bersihan kreatinin 40-
60ml/menit dosis pemeliharaan diturunkan
dengan 50%.
Bila bersihan kreatinin 10-40 ml/menit selain
turun 50% perlu juga memperpanjang jarak
pemberian dua kali lipat.
Usahakan menghindari obat yang bersifat
nefrotoksis.
Prinsip penggunaan antibiotik pada
lansia (DEPKES)
f. Pada gangguan fungsi hati kesulitan yang
dijumpai adalah bahwa tidak tersedia
pengukuran tepat untuk evaluasi fungsi hati.
Dalam praktik sehari-hari penilaian klinik akan
menentukan.
Prinsip penggunaan antibiotik pada
lansia (DEPKES)
• Gangguan hati yang ringan atau sedang tidak
perlu penyesuaian antibiotik.
• Gangguan hati yang berat membutuhkan
penyesuaian dan pada umumnya sebesar 50%
dari dosis biasa atau dipilih antibiotik dengan
eliminasi nonhepatik dan tidak hepatotoksik.
Prinsip penggunaan antibiotik pada
lansia (DEPKES)
Prinsip penggunaan antibiotik pada
lansia (DEPKES)
DAFTAR PUSTAKA

1. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman umum


penggunaan Antibiotik. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik
Indonesia. 2011
2. Setiabudy R. Pengantar antimikroba. Dalam: Gunawan SG, Setiabudy
R,Nafrialdi. Farmakologi dan terapi. Edisi 5. Jakarta: Fakultas
KedokteranUniversitas Indonesia; 2007.p.585-7.
3.Centers for Disease Control and Prevention. Antibiotik. [Internet].
Diunduh 13 Juli 2015. Tersedia dari:
http://www.cdc.gov/drugresistance/index.html
4. Katzung,BG. Special Aspects of Geriatric Pharmacology. In: Katzung
BG, Masters SB, Trevor AJ. Basic and clinical
pharmacology.12edition. San Fransisco: McGraw-Hill Companies;
2012.p.1052-3.
DAFTAR PUSTAKA

5. McCarthy J. Drug metabolism and disposition in pediatric and


gerontological stages of life. In: Craig CR, Stitzel RE. Modern
pharmacology with clinical applications. 6th edition. Philadelphia:
Lippincot Williams and Wilkins; 2004.p.59-61.
6. Saga T, Yamaguchi K. History of antimicrobial agent and resistant
bacteria. Japan Medical Association Journal. March/April 2009;
52(2): 103-5
7. Belknap SM. Introduction to chemotherapy. In: Craig CR, Stitzel
RE.Modern pharmacology with clinical applications. 6th edition.
Philadelphia: Lippincot Williams and Wilkins; 2004.p. 512.
8. Deck DH, Winston LG. Chemotherapeutic drugs. In: Katzung BG,
Masters SB, Trevor AJ. Basic and clinical pharmacology.12edition.
San Fransisco: McGraw-Hill Companies; 2012.p.790-831

Anda mungkin juga menyukai