Anda di halaman 1dari 47

INDONESIA

KAJIAN SISTEM PEMBIAYAAN KESEHATAN

BELANJA
LEBIH BANYAK
LEBIH TEPAT
LEBIH BAIK

PANDU HARIMURTI
DIES NATALIS FAK. KESEHATAN
MASYARAKAT – UNIVERSITAS SRIWIJAYA
22 NOVEMBER 2016
Susunan presentasi
Latar Belakang
Kependudukan dan Status Kesehatan
Konteks Fiskal Makro
Capaian Kesehatan Penduduk

Pembiayaan Kesehatan
Pembiayaan Kesehatan Keseluruhan
Anggaran
Asuransi Kesehatan Sosial
Out-of-Pocket (OOP)

Pembiayaan Eksternal

Ringkasan dan Opsi Kebijakan


KEPENDUDUKAN &
STATUS KESEHATAN
Bangsa Indonesia makin sehat
dalam beberapa dekade terakhir
CAPAIAN UTAMA KESEHATAN PENDUDUK DI INDONESIA

Kenaikan umur/angka harapan


hidup dari 45 tahun pada tahun
1960 menjadi 69 tahun pada tahun
2014

Angka kematian balita turun dari


222 pada tahun 1960 menjadi 27
per 1.000 kelahiran hidup pada
tahun 2015

Angka kematian bayi turun enam


kali lipat sejak tahun 1960, menjadi
23 per 1.000 kelahiran hidup pada
tahun 2015
Tantangan masih dihadapi bersamaan dengan
transisi epidemiologi yang cepat

TANTANGAN YANG MASIH


BEBAN PENYAKIT MENURUT SUMBERNYA DI INDONESIA, 1990-2013
DIHADAPI
Angka Kematian Ibu (MMR
126/100.000), target tujuan
pembangunan berkelanjutan (SDG) 7% 9% 9% 8%
kurang dari 70/100.000 kelahiran hidup
pada tahun 2030
27%

Stunting (Pendek) 36%, target SDGs


37%
turun 40% pada tahun 2025 56%
49% 58% 66%
33%
43%
TANTANGAN BARU
Transisi Epidemiologi: Munculnya gizi
lebih; penyakit tidak menular (NCD) Injuries Noncommunicable Communicable

Tantangan yang berkaitan dengan


kondisi social kependudukan dan gaya
hidup, termasuk penuaan
…ditambah dengan kesenjangan daerah
dan tingkat penghasilan
Angka kematian bayi (AKB AKB rumah tangga kuintil Nilai rata-rata indeks kesehatan masyarakat
=IMR) di Papua Barat 2-3 termiskin 2 kali terkaya gabungan Kemenkes lebih tinggi bagi
kali di provinsi lain kabupaten-kabupaten yang lebih kaya

ANGKA KEMATIAN BAYI BERDASARKAN PROVINSI ANGKA KEMATIAN BAYI BERDASARKAN KUINTIL PENGHASILAN
KONTEKS
MAKROFISKAL
Indonesia telah membuat kemajuan signifikan …
BERPENGHASILAN MENENGAH
BAWAH DENGAN GNI PER KAPITA:
TREN PDB PER KAPITA DAN KEMISKINAN DI INDONESIA, 1995-2015
US$3.238 (2015)
DENGAN PROSPEK EKONOMI
MAKRO, INDONESIA DIPREDIKSI
AKAN MENCAPAI STATUS
BERPENGHASILAN MENENGAH
ATAS DALAM DUA TAHUN
MENDATANG

SECARA KESELURUHAN ANGKA


KEMISKINAN MENURUN, TETAPI
KESENJANGAN PENGHASILAN
MENINGKAT

Dengan proyeksi pertumbuhan


ekonomi yang cukup besar
5-6% per tahun
Pendapatan Pemerintah rendah …

PENDAPATAN DAN BELANJA PEMERINTAH SEBAGAI PERSENTASE DARI PDB, 2015


PENDAPATAN NASIONAL RENDAH:

17% dari PDB 2015


LEBIH RENDAH DIBANDINGKAN
DENGAN DAERAH DAN KELOMPOK
PENGHASILAN

Pengumpulan pendapatan terpusat:


90% DIKUMPULKAN DI TINGKAT
PUSAT TAHUN 2013, TETAPI
BELANJA SANGAT
TERDESENTRALISASI
Transfer antar fiskal yang kompleks

PENDAPATAN PEMERINTAH DAERAH, 2013

BELANJA
KATEGORI Rp triliun Persen dari total Rp triliun Persen dari total
TERDESENTRALISASI:
PEMBIAYAAN (%) (%)
KETIMPANGAN
DAERAH Kab/kota Provinsi
ANTARA
PENGUMPULAN DAU 284 54% 31 15%
PENDAPATAN DAN DAK 30 6% 2 1%
BELANJA
DBH 68 13% 32 15%
Pendapatan asli
58 11% 102 49%
~40% belanja di daerah
tingkat daerah Lain-lain 88 17% 40 19%
(Kabupaten/Kota) Total 527 100% 206 100%
Sektor kesehatan mendapatkan perhatian lebih besar
seiring dengan meningkatnya nilai belanja
pemerintah di tingkat pusat …
BELANJA PEMERINTAH PUSAT MENURUT FUNGSI, 2013-2015

2013 2014 2015


Kategori belanja Rp Persen (%) Rp triliun Persen Rp triliun Persen (%)
triliun (%)
Pelayanan publik umum 706 62% 798 66% 695 53%
Subsidi BBM 210 18% 240 20% 65 5%
Subsidi listrik 100 9% 102 8% 73 6%
Subsidi non-energi 45 4% 50 4% 74 6%
Pembayaran bunga 113 10% 133 11% 156 12%
Premi bagi rakyat miskin/hampir miskin 8 1% 20 2% 20 2%
Bidang ekonomi 108 10% 97 8% 216 16%
Pertahanan 88 8% 86 7% 102 8%
Pendidikan 115 10% 123 10% 156 12%
Kesehatan 18 2% 11 1% 24 2%
Perlindungan sosial 17 2% 13 1% 23 2%
Lain-lain 86 8% 76 6% 103 8%
Total 1,137 100% 1,204 100% 1,320 100%
CAKUPAN KESEHATAN
SEMESTA (UHC)
Apa itu UHC?
Bagaimana kita bisa mengukur kemajuan dalam
pencapaiannya?

Definisi UHC yang baru diperbaharui/dijabarkan: “… memastikan agar semua


orang dapat menggunakan layanan kesehatan promotif, preventif, kuratif,
rehabilitatif dan paliatif yang mereka butuhkan, dan layanan cukup berkualitas
sehingga efektif, dengan tetap memastikan agar pengguna layanan tidak
mengalami kesulitan keuangan akibat memanfaatkan layanan kesehatan.”
Cakupan Kesehatan Semesta (UHC)

1.Cakupan Penduduk (“breadth”).


Total health expenditure

2.Cakupan Pelayanan (“scope”).

Prepaid/pooled health expenditure

3.Perlindungan Pembiayaan
(“depth”).

14
Kinerja Indonesia Beragam
Kerangka pemantauan UHC WHO-WB untuk Indikator Preventif
UHC
Persalinan
Bebas
Keluarga dengan
Negara ANC DPT3 penggunaan Air Bersih Sanitasi
berencana bantuan tenaga
tembakau
terlatih
Brasil 80% 96% 99% 93% 83% 98% 81%
Kamboja 51% 89% 71% 97% 76% 71% 37%
Cina 85% 95% 100% 99% 75% 92% 65%
India 55% 75% 67% 83% 87% 93% 36%
Indonesia 62% 96% 83% 78% 62% 85% 59%
Lao PDR 50% 53% 40% 88% 65% 72% 65%
Malaysia 49% 97% 99% 97% 77% 100% 96%
Filipina 49% 95% 73% 79% 73% 92% 74%
Rusia 68% 100% 100% 97% 59% 97% 70%
Afrika Selatan 60% 97% 94% 70% 80% 95% 74%
Sri Lanka 68% 99% 99% 99% 85% 94% 92%
Thailand 79% 98% 100% 99% 78% 96% 93%
Vietnam 78% 96% 94% 95% 76% 95% 75%
Asia Timur & Pasifik 48% 90% 83% 86% 71% 87% 67%
Penghasilan menengah bawah 46% 86% 74% 86% 78% 83% 59%
Indikator Pengobatan dan Perlindungan Keuangan
UHC
Persentase
Tidak terdesak
prabayar/ OOP<
maupun semakin
Negara ARV TB Negara penghimpunan konsumsi
terdesak dalam
dana dari total 25%
kemiskinan
belanja kesehatan
Brasil 46% 59% Brasil 70% 97% 97%
Kamboja 71% 59% Kamboja 40% 97% 83%
Cina 52% 85% Cina 66% 87% 90%
India 36% 50% India 42% 99% 72%
Indonesia 8% 28% Indonesia 54% 99% 82%
Lao PDR 30% 28% Lao PDR 60% 100% 93%
Malaysia Malaysia 64% 100% 99%
21% 62%
Filipina 43% 100% 78%
Filipina 24% 73%
Rusia 52% 100% 100%
Rusia 29% 56% Afrika Selatan 93% 100% 93%
Afrika Selatan 45% 53% Sri Lanka 53% 100% 99%
Sri Lanka 19% 59% Thailand 89% 100% 100%
Thailand 61% 45% Vietnam 51% 95% 75%
Vietnam 37% 68% Asia Timur & Pasifik 76% 98% 87%
Asia Timu & Pasifik 38% 60% Penghasilan menengah 60% 97% 84%
Penghasilan menengah bawah 29% 56% bawah
UHC adalah salah satu Tujuan Pembangunan
Berkelanjutan (SDG)

SDG 3.8:
“Mewujudkan jaminan kesehatan semesta, yang meliputi
perlindungan terhadap risiko keuangan, akses ke layanan
kesehatan dasar yang berkualitas dan akses ke obat dan vaksin
esensial yang aman, efektif, berkualitas dan terjangkau bagi
semua orang”.
PEMBERIAN
PELAYANAN
Pemanfaatan layanan rawat jalan dan rawat inap
Pemanfaatan layanan rawat jalan dan inap meningkat,
khususnya oleh kelompok 40% termiskin, dan di sarana
kesehatan swasta (RS) Variasi tingkat pemanfaatan berdasarkan geografis masih tinggi
Kesiapan Faskes untuk Memberikan Layanan Kesehatan
2007 Rural
Training 2014 Training
Urban

Adult Scale Adult Scale

BP apparatus BP apparatus

Measurement tape Measurement tape

Stethoscope Stethoscope

Blood glucose test Blood glucose test

Urine test Urine test

Medicine (eg. metformin) Medicine (eg. metformin)

0 20 40 60 80 100 0 20 40 60 80 100
Percentage (%) Percentage (%)
Source: IFLS 2007 & 2014 Source: IFLS 2014

Hanya 70% Puskesmas melaporkan memiliki kemampuan uji gula darah, dan hanya sekitar 65% melaporkan memiliki obat
kontrol dula darah seperti metformin (“implicit rationing” – penjatahan tersembunyi).
PEMBIAYAAN KESEHATAN

21
Komposisi belanja kesehatan – perbandingan global
Persentase
Total belanja kesehatan Persentase Persentase Persentase Persentase
asuransi
per kapita dari PDB publik OOP eksernal
kesehatan sosial
Brasil US$ 947 8.3% 46.0% 0.0% 25.5% 0.0%
Kamboja US $61 5.7% 22.0% 0.0% 74.2% 16.3%
Cina US$ 420 5.5% 55.8% 37.7% 32.0% 0.0%
India US $75 4.7% 30.0% 1.7% 62.4% 1.0%
Indonesia US$ 126 3.6% 41.4% 13 % 45.3% 0.8%
Lao PDR US$ 33 1.9% 50.5% 1.6% 39.0% 31.8%
Malaysia US$ 456 4.2% 55.2% 0.6% 35.3% 0.0%
Filipina US$ 135 4.7% 34.3% 14.0% 53.7% 1.4%
Rusia US$ 893 7.1% 52.2% 27.7% 45.8% 0.0%
Afrika Selatan US$ 570 8.8% 48.2% 1.2% 6.5% 1.8%
Sri Lanka US$ 127 3.5% 56.1% 0.0% 42.1% 1.3%
Thailand US$ 360 6.5% 86.0% 5.1% 7.9% 0.0%
Vietnam US$ 142 7.1% 54.1% 24.1% 36.8% 2.7%
Asia Timur & Pasifik US$ 217 4.9% 49.9% 12.1% 40.5% 6.6%
Penghasilan menengah
US$ 106 4.2% 44.4% 8.6% 46.5% 6.5%
bawah
Pembiayaan kesehatan terendah di dunia, dibandingkan dengan tingkat
pendapatan seperti Indonesia dan bila dibandingkan dengan negara-
negara setingkat di kawasan regional
Total belanja kesehatan (THE) per kapita adalah Belanja kesehatan memang terus meningkat tetapi
US$126 pada tahun 2014 atau 3,6% dari PDB – (LMIC jumlahnya masih yang terendah….
5,9%, sedangkan EAP 6,6%)

TOTAL BELANJA PUBLIK UNTUK KESEHATAN TOTAL BELANJA PUBLIK UNTUK KESEHATAN
SEBAGAI PERSENTASE DARI PDB VS SEBAGAI PERSENTASE DARI PDB DI
PENGHASILAN, 2014 INDONESIA, 1995-2014
PEMBIAYAAN
KESEHATAN

Belanja dari Anggaran


Pemerintah
Data menunjukkan bahwa kesehatan menempati
prioritas rendah di Indonesia ….

Filipina, Cina, Afrika Selatan dan Thailand


mengalokasikan persentase yang jauh
lebih besar dari anggarannya untuk
kesehatan

Dengan 6,2%, belanja anggaran pusat


Indonesia untuk kesehatan masih rendah
dibandingkan dengan belanja untuk
sektor pemerintahan umum (~20%),
subsidi (~20%), pendidikan (~20%), dan
infrastruktur (~10%).

Persentase belanja kesehatan dari PDB


adalah yang terendah di dunia.
PERSENTASE ANGGARAN PUSAT UNTUK KESEHATAN, 2014
Belanja kesehatan di tingkat Kabupaten makin dominan pasca
desentralisasi…
TREN BELANJA KESEHATAN PEMERINTAH BERDASARKAN TINGKAT
PEMERINTAHAN
Lebih dari separuh belanja kesehatan
pemerintah dilakukan di tingkat kabupaten,
naik dari rata-rata di bawah 10% sebelum
desentralisasi

Persentase belanja kesehatan pemerintah


di tingkat provinsi juga turun: dari rata-rata
di atas 30% sebelum desentralisasi
menjadi sekitar 15% pasca desentralisasi.

Tingkat desentralisasi tercermin pada


belanja kesehatan pemerintah. Pada tahun
2013, 57% belanja terjadi di tingkat
kabupaten, 36% di tingkat pusat dan 7% di
tingkat provinsi.

Kesehatan mencapai sekitar 10% dari


belanja daerah. Setidaknya, secara
agregat di seluruh kabupaten, belanja
kesehatan telah memenuhi mandat yang
diberikan undang-undang (10%)
PEMBIAYAAN
KESEHATAN

Asuransi Kesehatan Sosial


JKN dan Pembiayaan Kesehatan
Pendapatan: 40,7 triliun rupiah (US$ 3,4 miliar), 50% dari Pemerintah untuk
membiayai keluarga miskin/hampir miskin (PBI)

BELANJA KESEHATAN JKN


43 triliun rupiah (US$ 3,6 miliar): separuhnya dari belanja kesehatan
pemerintah pusat
US$ 27 per anggota per tahun,
(OOP US$ 50/orang/tahun; US$ 107/orang/tahun dalam total belanja
kesehatan/THE)

RENCANA UNTUK MENCAKUP SELURUH PENDUDUK PADA


TAHUN 2019
Saat ini 156,8 juta peserta (~60% dari jumlah penduduk – data akhir 2015)
Sekitar 94 juta peserta PBI (keluarga miskin & hampir miskin)
38 juta peserta pekerja penerima upah yang membayar iuran
Sekitar 15 juta peserta pekerja bukan penerima upah yang membayar iuran
Sejak tahun 2014, menjadi salah satu sistem pembayar tunggal terbesar di
dunia
Tantangan JKN: Cakupan Penduduk
Tantangan dalam penargetan
skema non-iuran
Kebocoran karena hampir separuh
PBI bukan keluarga miskin

Tantangan dalam mencakup


pekerja bukan penerima upah
yang tidak miskin
~10% anggota JKN dengan Claim
Ratio jauh di atas serratus persen

Adverse Selection, biaya per orang


tinggi

Aspek Peserta Sukarela Peserta Lain


Anggota 9.1 124.4
Kontribusi 1.9 trilyun 38.8 trilyun
Pengeluaran 11.6 trilyun 31.0 trilyun
Rasio Klaim (%) 617,4 79,9 CAKUPAN PBI BERDASARKAN KELOMPOK TINGKAT PENDAPATAN, 2015

Sumber : BPJS 2014


Tantangan JKN: Paket Manfaat

KETERSEDIAAN TES GULA DARAH DAN URIN MENURUT PROVINSI

“Komprehensif”, dengan daftar


pengecualian
Misalnya, layanan tidak mengikuti
acuan yang tepat; prosedur
kosmetik; prosedur percobaan

Penjatahan Tersembunyi
(Implicit Rationing)

Pembatasan yang berkaitan


dengan sisi pemberi layanan,
keuangan dan keterbatasan
kapasitas manajemen
keuangan yang perlu diatasi
Tantangan JKN: Perlindungan Keuangan

JKN tidak menerapkan iuran


biaya (cost sharing) ….
OOP belum banyak
berkurang padahal cakupan
bertambah

OOP yang tinggi pada UHC


yang universal dan
komprehensif menyebabkan
hambatan bagi sistem

CAKUPAN JKN DAN PERSENTASE OOP DARI TOTAL BELANJA KESEHATAN


PEMBIAYAAN
KESEHATAN

Biaya Tunai (OOP)


Pembayaran tunai (Out-of-Pocket) masih merupakan
bagian terbesar dari Belanja Kesehatan Total (THE)

41,4% dari total belanja


kesehatan berasal dari
pemerintah (belanja
anggaran pemerintah dan
asuransi sosial), dan
sisanya dari swasta (dan
sebagian besar dari
OOP:45%).
Indonesia hampir tidak membuat kemajuan dalam
“transisi pembiayaan kesehatan” ...
Annual change 20
in OOP/ capita 45 deg ree line
health
Di Indonesia, persentase OOP dari total spending 15
(%) REGRESSING China
belanja kesehatan hampir tidak berubah Indonesia
karena peningkatan cakupan maupun 10
Philippines Sri Lanka
pembiayaan publik melalui prabayar dan Malaysia
Vietnam
India
Cambodia
penghimpunan dana (pooled) untuk Lao PDR
Brazil
5
kesehatan dibarengi dengan kenaikan yang
SLOW TRANSITION
hampir sama pada belanja OOP per kapita
untuk kesehatan. 0 Thailand
RAPID TRANSITION

Sebaliknya, negara-negara seperti -5


Thailand, Cina, Vietnam, dan Brasil telah
membuat kemajuan yang lebih cepat dalam
-10
transisi pembiayaan kesehatan mereka. -5 0 5 10 15 20
Annual change in pooled/ capita health spending (%)

TRANSISI PEMBIAYAAN KESEHATAN, 1995-2014


OOP juga terjadi pada pengguna asuransi kesehatan

Sekitar separuh penduduk masih belum Belanja kesehatan OOP tahunan mencapai
mempunyai perlindungan asuransi kesehatan 2,1% dari total belanja konsumsi rumah
sosial; Sekitar 43% dari seluruh belanja OOP tangga di mana yang terkaya mempunyai
dilaporkan berasal dari rumah tangga. persentase lebih besar.

Belanja kesehatan OOP sebagai


Rawat jalan Rawat inap
persentase dari total belanja
Status Ekonomi Perlindungan Dengan Tanpa Dengan Tanpa Dengan Tanpa
Seluruh Seluruhn Seluruhny
perlindung perlindunga perlindunga perlindungan perlindunga perlindungan
nya ya a
an n n n
40% terbawah 56% 17,2% 14,3% 16% 3,2% 1,8% 2,6% 1,6% 1,4% 1,5%
40% menengah 54% 18,3% 16,7% 17,6% 4,7% 2,8% 3,9% 2,3% 1,9% 2,1%
20% teratas 65% 18,3% 17,9% 18,2% 6,3% 4,4% 6,3% 3,2% 2,7% 3,0%
Seluruhnya 57% 17,8% 15,7% 16,9% 4,3% 2,5% 3,6% 2,3% 1,8% 2,1%
Pembiayaan secara tunai (Out-of-Pocket/OOP)

KEUNGGULAN KELEMAHAN CONTOH Sistem kesehatan


Kesenjangan: mengkaitkan yang dibiayai
Pasien dapat memilih akses ke layanan kesehatan
Azerbaijan, Nigeria,
penyedia layanan. dengan kemampuan untuk Afghanistan, Yaman, dengan
membayar. Sudan>60% dari total
Mencegah pemanfaatan Inefisiensi: menghambat belanja kesehatan adalah pembayaran OOP
pemanfaatan layanan.
berlebihan layanan yang
tidak perlu
OOP. oleh pengguna di
Menanggung risiko sendiri:
membuka peluang bagi individu-
Contoh utama lain: Georgia, lokasi layanan
Jika digabungkan dengan individu terhadap kesehatan Singapura, Albania.
rekening tabungan medis, maupun guncangan ekonomi pada saat
bisa mendorong yang sangat besar.
pengumpulan dana secara
berhubungan
Membatasi kapasitas redistribusi
individual dari waktu ke
sistem kesehatan. dengan provider
waktu.
“Pengguna tidak dipungut biaya” pemerintah
seringkali diperlukan untuk
mendorong pemanfaatan dan/atau swasta.
layanan.
Efek belanja tunai (out-of-pocket expenditure)

Meskipun belanja OOP untuk kesehatan umumnya Sebagian besar efek pemiskinan dari belanja kesehatan
bersifat regresif, hal ini tidak terjadi di Indonesia terjadi tepat di atas garis kemiskinan pada kelompok hampir
miskin.

BELANJA OOP UNTUK KESEHATAN MENURUT DESIL EKONOMI


PEN'S PARADE – PEMISKINAN
PEMBIAYAAN
KESEHATAN

Sumber Daya Eksternal


Persentase pembiayaan eksternal dari total belanja masih relatif
kecil …tapi program2 penting masih tergantung

PERSENTASE EKSTERNAL DARI TOTAL BELANJA KESEHATAN DI INDONESIA,


1995-2014
Total belanja kesehatan dan belanja kesehatan pemerintah mengalami peningkatan
dalam beberapa tahun terakhir dan diperkirakan akan terus meningkat untuk
Pesan Pentin
memenuhi target pemerintah sebesar 5% dari Anggaran Pusat pada tahun 2016, namun
nilai belanja tersebut masih yang terendah di dunia. Rendahnya nilai belanja ini
disebabkan oleh rendahnya prioritas dan kemampuan untuk menciptakan pendapatan.

Belanja tunai (OOP) masih menjadi persentase terbesar dari Total Belanja Kesehatan
(THE), yaitu sekitar 45% pada tahun 2014; sebagian disebabkan oleh jumlah penduduk
yang besar dan masih belum tercakup. Kerentanan untuk jatuh miskin akibat guncangan
kesehatan masih tinggi.

Belanja pemerintah mencapai sekitar sepertiga dari THE; lebih dari 60% belanja terjadi
di tingkat daerah dengan transfer antar-pemerintah yang kompleks.

JKN adalah salah satu skema asuransi kesehatan sosial terbesar di dunia (60% penduduk
Indonesia) meskipun JKN hanya bertanggung jawab atas sebagian kecil dari THE.
Kendala yang masih dihadapi adalah salah sasaran dan mencakup pekerja bukan
penerima upah yang tidak miskin.

Paket manfaat komprehensif tanpa pembiayaan yang memadai menyebabkan


terbatasnya ketersediaan layanan.

Indonesia membelanjakan dua-per-tiga THE untuk layanan kuratif; lebih dari 65%
belanja JKN digunakan untuk rawat inap dan rawat jalan di rumah sakit.

Pembiayaan eksternal untuk kesehatan masih rendah (1% dari THE), namun pembiayaan
eksternal tetap memainkan peranan penting dalam beberapa program kesehatan
utama.
PERTIMBANGAN
KEBIJAKAN
Untuk membuat kemajuan yang besar dalam cakupan layanan dan perlindungan keuangan dalam rangka mewujudkan UHC dan
mencapai target SDG pada tahun 2019, Indonesia harus belanja lebih banyak, belanja lebih tepat dan belanja lebih baik.

1. Memastikan Pembiayaan Pemerintah yang Memadai untuk UHC:


• Sangat penting untuk terus meningkatkan belanja kesehatan
pemerintah sebagai syarat yang dibutuhkan, walaupun belum
cukup, untuk membuat kemajuan dalam rangka mewujudkan UHC;;
• Berbagai kendala dalam memperluas ruang fiskal namun ada
berbagai opsi.

2. Meningkatkan Efektivitas Transfer Fiskal Antar-Pemerintah guna


memperbaiki kuantitas dan kualitas layahan kesehatan,
khususnya di daerah-daerah terpencil dan tertinggal dengan:
• Meningkatkan Kapasitas Pemerintah Daerah untuk menjalankan
fungsi Manajemen Keuangan Publik;
• Memastikan agar ada pertanggungjawaban dengan memperkuat
sistem Monev untuk verifikasi independen dan menggunakan
sistem akuntabilitas sosial;
• Memberikan insentif untuk Hasil berupa insentif finansial dan non-
finansial kepada kabupaten untuk mencapai standar pelayanan
minimum (SPM).
3. Mengintegrasikan Pembiayaan dari Sisi Pemberi Layanan dan Penerima
Layanan untuk meningkatkan Kesiapan Pemberi Layanan (Provider)
Pemerintah dan Swasta:
• Pembayaran kapitasi kepada puskesmas harus dikaitkan dengan
pencapaian SPM
• Tingkat otonomi yang tepat bagi fasilitas kesehatan yang disertai
dengan peningkatan kapasitas untuk mengelola pendapatan;
• Keterlibatan provider swasta juga harus berfokus untuk memastikan
kesiapan pemberi layanan dan kapitasi yang memadai;
• Di tingkat rumah sakit, melalui case based group bisa dilakukan
dengan ketentuan layanan diberikan secara memadai.

4. Meningkatkan Fokus pada Layanan Kesehatan Primer, termasuk Layanan


Preventif dan Promotif:
• Menambah beban penyakit tidak menular (NCD) di Indonesia akan
menimbulkan peningkatan beban fiskal, belanja OOP atau
pembatalan pengobatan;
• Intervensi yang paling hemat biasanya dilakukan di tingkat
penduduk maupun di tingkat layanan primer;
• Transfer fiskal antar-pemerintahan di sisi pemberi layanan (supply
side) maupun pembiayaan di sisi penerima layanan (demand side)
melalui kapitasi harus lebih difokuskan pada perbaikan kesiapan
pemberi layanan di tingkat layanan primer;
• Program akreditasi perlu lebih diperkuat.
5. Hal-hal berikut ini bisa dilakukan berkaitan dengan JKN:
• Mengikutsertakan keluarga non formal non-miskin dengan
mempertimbangkan alternatif lain untuk sosialisasi dan
peningkatan kepedulian;
• Salah penargetan harus dihilangkan dengan memberikan
insentif kepada pemerintah daerah;
• Mempertegas paket manfaat JKN.

6. Mempertahankan dan Beralih ke Program-Program Kesehatan


yang Dibiayai secara Eksternal:
• Meskipun hanya 1% dari THE, pembiayaan eksternal
membiayai beberapa program kesehatan prioritas, antara
lain seperti HIV/AIDS, TB, malaria dan imunisasi;
• Sebuah rencana transisi dibuat untuk memastikan agar
pelayanan tetap tersedia dan ditingkatkan untuk
menghindari dampak-dampak yang merugikan terhadap
kesehatan;
• Perlu berfokus bukan hanya pada jumlah pembiayaan
yang dibutuhkan melainkan juga pada tata kelola dan
mekanisme pemberian pelayanan yang digunakan..
KONTRIBUSI PROFESI
KESEHATAN MASYARAKAT
Masalah Kesehatan memerlukan keahlian
Masalah Kesehatan makin Kompleks khusus
• Memiliki kemampuan untuk • Meningkatkan keahlian dalam satu
memandang dan mengatasi bidang khusus tertentu;
masalah kesehatan secara sistem • Menjalin jejaring keilmuan di dalam
(Systems Thinking); ataupun antar disiplin ilmu;
• Memiliki kemampuan untuk • Menjalin jejaring kerja;
melakukan evaluasi permasalahan;
• Memiliki kemampuan membuat
proyeksi dan mengantisipasi
masalah;
TERIMA KASIH
Health Financing System Assessment team
Ajay Tandon (lead), Eko S Pambudi, Pandu Harimurti, Emiko
Masaki, Ali Subandoro, Puti Marzoeki, Vikram Rajan, Darren
Dorkin, Amit Chandra, Chantelle Bodreaux, Melissa Chew, and
Nugroho Suharno

contact : pharimurti@worldbank.org

Anda mungkin juga menyukai