Anda di halaman 1dari 21

SIFAT KEMAGNETAN BAHAN

Ketika materi ditempatkan dalam medan magnet, kekuatan magnetik dari bahan
yang elektron tersebut akan terpengaruh. Efek ini dikenal sebagai Hukum Faraday
Induksi Magnetik. Namun, bahan dapat bereaksi sangat berbeda dengan kehadiran
medan magnet luar. Reaksi ini tergantung pada sejumlah faktor, seperti struktur
atom dan molekul material, dan medan magnet bersih terkait dengan atom.
Momen magnetik berhubungan dengan atom memiliki tiga asal-usul. Ini adalah
gerakan orbital elektron, perubahan dalam gerak orbit yang disebabkan oleh
medan magnet luar, dan spin dari elektron.
Pada sebagian besar atom, elektron terjadi pada pasangan. Spin elektron dalam
pasangan di arah yang berlawanan. Jadi, ketika elektron dipasangkan bersamasama, mereka berputar berlawanan menyebabkan medan magnet mereka untuk
membatalkan satu sama lain. Oleh karena itu, tidak ada medan magnet bersih.
Bergantian, bahan dengan beberapa elektron berpasangan akan memiliki medan
magnet bersih dan akan bereaksi lebih untuk bidang eksternal. Kebanyakan bahan
dapat diklasifikasikan sebagai diamagnetic, atau feromagnetik paramagnetik.
Berdasarkan sifat medan magnet atomis, bahan dibagi menjadi tiga golongan, yaitu
diamagnetik, paramagnetik dan ferromagnetik.Berikut akan djelaskan tentang
ketiga sifat dari kemagnetan.
a. Diamagnetik.
Bahan diamagnetik adalah bahan yang resultan medan magnet atomis
masing-masing atom atau molekulnya nol, tetapi orbit dan spinnya tidak nol
(Halliday & Resnick, 1989). Bahan diamagnetik tidak mempunyai momen dipol
magnet permanen. Jika bahan diamagnetik diberi medan magnet luar, maka
elektron-elektron dalam atom akan berubah gerakannya sedemikian hingga
menghasilkan resultan medan magnet atomis yang arahnya berlawanan.
Sifat diamagnetik bahan ditimbulkan oleh gerak orbital elektron sehingga
semua bahan bersifat diamagnetik karena atomnya mempunyai elektron orbital.
Bahan dapat bersifat magnet apabila susunan atom dalam bahan tersebut

mempunyai spin elektron yang tidak berpasangan. Dalam bahan diamagnetik


hampir semua spin elektron berpasangan, akibatnya bahan ini tidak menarik garis
gaya.

Permeabilitas

bahan

diamagnetik

adalah

0<>m.

Contoh

bahan

diamagnetik yaitu: bismut, perak, emas, tembaga dan seng.


Bahan diagmanetik memiliki negatif, kerentanan lemah untuk medan
magnet. bahan Diamagnetic sedikit ditolak oleh medan magnet dan materi tidak
mempertahankan sifat magnetik ketika bidang eksternal dihapus. Dalam bahan
diamagnetic semua elektron dipasangkan sehingga tidak ada magnet permanen
saat bersih per atom. sifat Diamagnetic timbul dari penataan kembali dari orbit
elektron di bawah pengaruh medan magnet luar. Sebagian besar unsur dalam tabel
periodik, termasuk tembaga, perak, dan emas, adalah diamagnetic.
Diamagnetisme adalah sifat suatu benda untuk menciptakan suatu medan
magnet ketika dikenai medan magnet .Sifat ini menyebabkan efek tolak menolak.
Diamagnetik adalah salah satu bentuk magnet yang cukup lemah, dengan
pengecualian superkonduktor yang memiliki kekuatan magnet yang kuat.
Semua material menunjukkan peristiwa diamagnetik ketika berada dalam
medan magnet. Oleh karena itu, diamagnetik adalah peristiwa yang umum terjadi
karena pasangan elektron , termasuk elektron inti di atom, selalu menghasilkan
peristiwa diamagnetik yang lemah. Namun demikian, kekuatan magnet material
diamagnetik

jauh

lebih

lemah

dibandingkan

kekuatan

magnet

material

feromagnetik ataupun paramagnetik . Material yang disebut diamagnetik umumnya


berupa benda yang disebut 'non-magnetik', termasuk di antaranya air, kayu ,
senyawa organik seperti minyak bumi dan beberapa jenis plastik , serta beberapa
logam seperti tembaga, merkuri ,emas dan bismut .Superkonduktor adalah contoh
diamagnetik sempurna.
Ciri-ciri dari bahan diamagnetic adalah:

Bahan yang resultan medan magnet atomis masing-masing atom/molekulnya adalah nol.

Jika solenoida dirnasukkan bahan ini, induksi magnetik yang timbul lebih kecil.

Permeabilitas bahan ini: u <> o.

Contoh: Bismuth, tembaga, emas, perak, seng, garam dapur.


b. Paramagnetik.
Bahan paramagnetik adalah bahan yang resultan medan magnet atomis
masing-masing atom/molekulnya tidak nol, tetapi resultan medan magnet atomis
total seluruh atom/molekul dalam bahan nol (Halliday & Resnick, 1989). Hal ini
disebabkan karena gerakan atom/molekul acak, sehingga resultan medan magnet
atomis masing-masing atom saling meniadakan. Bahan ini jika diberi medan
magnet luar, maka elektron-elektronnya akan berusaha sedemikian rupa sehingga
resultan medan magnet atomisnya searah dengan medan magnet luar. Sifat
paramagnetik ditimbulkan oleh momen magnetik spin yang menjadi terarah oleh
medan magnet luar. Pada bahan ini, efek diamagnetik (efek timbulnya medan
magnet yang melawan medan magnet penyebabnya) dapat timbul, tetapi
pengaruhnya sangat kecil.
Permeabilitas bahan paramagnetik adalah 0>, dan suseptibilitas magnetik
bahannya .0>m contoh bahan paramagnetik: alumunium, magnesium, wolfram
dan

sebagainya.

Bahan

diamagnetik

dan

paramagnetik

mempunyai

sifat

kemagnetan yang lemah. Perubahan medan magnet dengan adanya bahan tersebut
tidaklah besar apabila digunakan sebagai pengisi kumparan toroida.
Bahan paramagnetik ada yang positif, kerentanan kecil untuk medan
magnet.. Bahan-bahan ini sedikit tertarik oleh medan magnet dan materi yang
tidak mempertahankan sifat magnetik ketika bidang eksternal dihapus. sifat
paramagnetik adalah karena adanya beberapa elektron tidak berpasangan, dan
dari penataan kembali elektron orbit disebabkan oleh medan magnet eksternal.
bahan paramagnetik termasuk Magnesium, molybdenum, lithium, dan tantalum
Paramagnetisme adalah suatu bentuk magnetisme yang hanya terjadi karena
adanya medan magnet eksternal. Material paramagnetik tertarik oleh medan
magnet, dan karenanya memiliki permeabilitas magnetis relatif lebih besar dari
satu (atau, dengan kata lain, suseptibilitas magnetik positif). Meskipun demikian,
tidak seperti ferromagnet yang juga tertarik oleh medan magnet, paramagnet

tidak mempertahankan magnetismenya sewaktu medan magnet eksternal tak lagi


diterapkan.
Ciri-ciri dari bahan paramagnetic adalah:

Bahan yang resultan medan magnet atomis masing-masing atom/molekulnya adalah tidak
nol.

Jika solenoida dimasuki bahan ini akan dihasilkan induksi magnetik yang lebih besar.

Permeabilitas bahan: u > u o.


Contoh: aluminium, magnesium, wolfram, platina, kayu

c. Ferromagnetik.
Bahan ferromagnetik adalah bahan yang mempunyai resultan medan atomis
besar (Halliday & Resnick, 1989). Hal ini terutama disebabkan oleh momen
magnetik spin elektron. Pada bahan ferromagnetik banyak spin elektron yang tidak
berpasangan, misalnya pada atom besi terdapat empat buah spin elektron yang
tidak berpasangan. Masing-masing spin elektron yang tidak berpasangan ini akan
memberikan medan magnetik, sehingga total medan magnetik yang dihasilkan oleh
suatu atom lebih besar.
Medan magnet dari masing-masing atom dalam bahan ferromagnetik sangat
kuat, sehingga interaksi diantara atom-atom tetangganya menyebabkan sebagian
besar atom akan mensejajarkan diri membentuk kelompok-kelompok.
Kelompok atom yang mensejajarkan dirinya dalam suatu daerah dinamakan
domain. Bahan feromagnetik sebelum diberi medan magnet luar mempunyai
domain yang momen magnetiknya kuat, tetapi momen magnetik ini mempunyai
arah yang berbeda-beda dari satu domain ke domain yang lain sehingga medan
magnet yang dihasilkan tiap domain saling meniadakan.
Bahan ini jika diberi medan magnet dari luar, maka domain-domain ini akan
mensejajarkan diri searah dengan medan magnet dari luar. Semakin kuat medan
magnetnya semakin banyak domain-domain yang mensejajarkan dirinya. Akibatnya
medan magnet dalam bahan ferromagnetik akan semakin kuat. Setelah seluruh

domain terarahkan, penambahan medan magnet luar tidak memberi pengaruh apaapa karena tidak ada lagi domain yang disearahkan. Keadaan ini dinamakan jenuh
atau keadaan saturasi.
Permeabilitas bahan ferromagnetik adalah 0>>> dan suseptibilitas
bahannya 0>>>m. contoh bahan ferromagnetik : besi, baja, besi silicon dan lainlain. Sifat kemagnetan bahan ferromagnetik ini akan hilang pada temperatur yang
disebut Temperatur Currie. Temperatur Curie untuk besi lemah adalah 770 0C, dan
untuk baja adalah 1043 0C (Kraus. J. D, 1970).
Bahan ferromagnetik ada yang positif, kerentanan besar untuk medan
magnet luar. Mereka menunjukkan daya tarik yang kuat untuk medan magnet dan
mampu mempertahankan sifat magnetik mereka setelah bidang eksternal telah
dihapus bahan. Ferromagnetik memiliki elektron tidak berpasangan sehingga atom
mereka memiliki momen magnet bersih. Mereka mendapatkan magnet yang kuat
sifat mereka karena keberadaan domain magnetik. Dalam domain ini, sejumlah
besar di saat-saat atom (1012 sampai 1015) adalah sejajar paralel sehingga gaya magnet
dalam domain yang kuat. Ketika bahan feromagnetik dalam keadaan unmagnitized,
wilayah hampir secara acak terorganisir dan medan magnet bersih untuk bagian
yang secara keseluruhan adalah nol.. Ketika kekuatan magnetizing diberikan,
domain menjadi selaras untuk menghasilkan medan magnet yang kuat dalam
bagian.. Besi, nikel, dan kobalt adalah contoh bahan feromagnetik.. Komponen
dengan materi-materi ini biasanya diperiksa dengan menggunakan metode partikel
magnetik.
Ferromagnetisme adalah sebuah fenomena dimana sebuah material dapat
mengalami magnetisasi secara spontan, dan merupakan satu dari bentuk
kemagnetan yang paling kuat. Fenomena inilah yang dapat menjelaskan kelakuan
magnet yang kita jumpai sehari-hari. Ferromagnetisme dan ferromagnetisme
merupakan dasar untuk menjelaskan fenomena magnet permanen.
Ciri-ciri bahan ferromagnetic adalah:

Bahan yang mempunyai resultan medan magnetis atomis besar.

Tetap bersifat magnetik sangat baik sebagai magnet permanen

Jika solenoida diisi bahan ini akan dihasilkan induksi magnetik sangat besar (bisa ribuan
kali).Permeabilitas bahan ini: u > uo ( miu > miu nol)
Contoh: besi, baja, besi silikon, nikel, kobalt.
SIFAT MAGNETIK ZAT PADAT

Pendahuluan
Solid-state fisika, cabang terbesar Fisika benda terkondensasi, adalah studi tentang materi
yang kaku, atau zat padat, melalui metode seperti mekanika kuantum, kristalografi,
elektromagnetisme dan metalurgi. Solid-state physics considers how the large-scale
properties of solid materials result from their atomic -scale properties. Solid-state fisika
mempertimbangkan bagaimana sifat skala besar bahan padat hasil dari mereka atom skalasifat. Solid-state physics thus forms the theoretical basis of materials science , as well as
having direct applications, for example in the technology of transistors and semiconductors .
Fisika solid-state sehingga membentuk teori dasar ilmu material, serta memiliki aplikasi
langsung, misalnya dalam teknologi transistor dan semikonduktor.
Bahan padat yang dibentuk dari atom padat-penuh, dengan pasukan persentuhan yang intens
diantara mereka. These interactions are responsible for the mechanical (eg hardness and
elasticity ), thermal , electrical , magnetic and optical properties of solids. Interaksi ini
bertanggung jawab atas mekanik (misalnya kekerasan dan elastisitas), termal, listrik,
magnetik dan optik sifat benda padat. Depending on the material involved and the conditions
in which it was formed, the atoms may be arranged in a regular, geometric pattern
( crystalline solids , which include metals and ordinary water ice ) or irregularly (an
amorphous solid such as common window glass ). Tergantung pada bahan yang terlibat dan
kondisi di mana ia terbentuk, atom dapat diatur dalam biasa, pola geometris (padatan kristal,
yang termasuk logam dan biasa air es) atau tidak teratur (sebuah amorf solid seperti biasa
jendela kaca).
Sifat magnet dari suatu zat dapat ditunjukkan dan diukur dengan neraca. Zat yang bersifat
diamagnetik akan menunjukkan berat kurang, sedangkan yang bersifat paramagnetik
menunjukkan berat lebih. Sifat magnet zat berkaitan dengan konfigurasi elektronnya. Zat
yang bersifat paramagnetik mempunyai setidaknya satu elektron tak berpasangan. Semakin
banyak elektron tak berpasangan, semakin bersifat paramagnetik. Pengukuran sifat magnet
dapat digunakan untuk menentukan jumlah elektron tak berpasangan dalam satu spesi
1. Sifat Magnetik Kristal

Besarnya pembelahan kristal menentukan sifat magnetik suatu ion kompleks. Ion
{Ti(H2O)6]3+, yang hanya mempunyai satu elektron d, selalu paramagnetik. Namun untuk
suatu ion dengan beberapa elektron d, situasinya tidak semudah itu. Misalnya, komplek
oktahedral [FeF6]3- dan [Fe(CN)6]3- (Gambar 1). untuk lebih jelas klik gambar

Gambar 1 Diagram tingkat energi untuk ion Fe3+ dan untuk ion kompleks [FeF6]3- dan
[Fe(CN
Konfigurasi elektron Fe3+ ialah [Ar]3d5 , dan ada dua kemungkinan untuk mendistribusikan
kelima elektron d pada orbital-orbital d. Berdasarkan aturan Hund, kestabilan maksimum
akan tercapai apabila elektron diletakkan pada orbital terpisah dengan spin paralel. Akan
tetapi, susunan ini akan tercapai dengan satu syarat; dua dari lima elektron harus
dipromosikan ke orbital dan yang energinya lebih tinggi. Invastasi energi sebesar ini tidak
diperlukan jika kelima elektron memasuki orbital . Menurut prinsip larangan Pauli, aka nada
hanya satu elektron tak berpasangan dalam kasus ini.

Gambar 2 Diagram orbital untuk kompleks oktahedral spin-tinggi dan spin-rendah untuk
masing-masing konfigurasi elektron d4, d5, d6, dan d7. Pembedaan ini tidak dapat dibuat
untuk d1, d2, d3, d8 , d9 ,dan d10.

Gambar 2 menunjukkan distribusi elektron di antara orbital-orbital d yang menghasilkan


kompleks spin-rendah dan dan spin-tinggi. Susunan sebenarnya dari elektron-elektron ini
ditentukan berdasarkan besarnya kestabilan yang didapatkan dengan mempunyai spin paralel
maksimum versus investasi energi yang diperlukan untuk mempromosikan elektron ke orbital
d yang lebih tinggi. Karena F- adalah ligan medan-lemah, kelima elektron d memasuki lima
orbital d dengan spin paralel sehingga terbentuk kompleks spin-tinggi (lihat Gambar 1).
Sebaliknya, ion sianida adalah ion medan-kuat, sehingga secara energi kelima elektron
memilih berada di orbital rendah karena dan karena itu terbentuklah kompleks spin-rendah.
Komplek spin-tinggi lebih paramagnetik daripada komplek spin-rendah.
Banyak elektron(atau spin) takberpasangan dapat diketahui melalui pengukuran magnetik,
dan pada umumnya hasil percobaan akan mendukung prediksi yang diperoleh berdasarkan
pembelahan medan kristal. Namun pembedaan antara kompleks spin-rendah dan spin-tinggi
dapat dibuat hanya jika ion logam mengandung lebih dari tiga dan kurang dari delapan
elektron d, sperti pada Gambar 2.

2. Sifat Magnetik
Keberadaan konfigurasi spin-tinggi dan spin-rendah menyebabkan sifat magnetik pada
berbagai senyawa koordinasi. Zat dapat digolongkan sebagai paramagnetik atau diamagnetik
berdasarkan apakah zat tersebut ditarik ke dalam medan magnetik atau tidak. Gambar 18.18
menjelaskan eksperimen untuk menunjukkan kerentanan universal zat terhadap pengaruh
medan magnetik. Sampel berbentuk tabung digantung sedemikian sehingga dasarnya berada
di antara kutub magnet yang sangat kuat tetapi bagian puncaknya di luar medan magnetik.
Zat ditimbang dengan sangat cermat lalu ditimbang kembali bila magnetnya disingkirkan.
Gaya total pada sampel ternyata berubah akibat keberadaan medan magnetik. Zat yang
ditolak oleh medan magnetik nonuniform bobotnya lebih sedikit dan disebut diamagnetik.
Dan zat yang ditarik oleh medan magnetik bobotnya lebih tinggi dan disebut paramagnetik.
Penimbangan yang baru dijelaskan ini memberikan nilai numeric untuk kerentanan magnetik
(magnetic susceptibility) suatu zat, kecenderungannya untuk berinteraksi dengan medan

magnetik. Kerentanan suatu diamagnet adalah negatif dan kecil, sementara untuk paramagnet

positif dan mungkin cukup besar


Paramagnetisme dikaitkan dengan atom, ion, atau molekul yang mengandung satu atau lebih
elektron dengan spin yang tidak berpasang. Zat diamagnetic mempunyai spin dengan semua
elektronya berpasangan. Jadi pengukuran kerentanan magnetik menyatakan mana zat yang
spin elektronnya tak-berpasangan dan mana yang spin elektronnya semua berpasangan.
Jumlah electron tak berpasangan permolekul dalam paramagnet bahkan dapat dihitung
berdasarkan besarnya kerentanan magnetik sampel tersebut. Berdasarkan molar, zat dengan
dua electron tak berpasangan permolekul ditarik ke dalam medan magnetik lebih kuat
dibandingkan zat dengan hanya satu elektron tak-berpasangan permolekul.
Fakta ini muncul sehubungan dengan kompleks koordinasi sebab paramagnetisme banyak
terjadi di antara kompleks logam transisi, padahal sebagian besar zat kimia lain bersifat
diamagnetik. Di antara kompleks ion logam tertentu, jumlah elektron tak-berpasangan,
sebagaimana teramati dari kerentanan magnetik, identitas ligannya beragam. Baik maupun
mempunyai enam ligan di seputar ion pusat, tetapi yang disebut pertama bersifat diamagnetic
(sebab zat itu merupakan kompleks spin-rendah, medan kuat) dan zat yang disebut terakhir
adalah paramagnetic karena ada empat electron tak-berpasangan (sebab zat ini merupakan
kompleks spin-tinggi,medan lemah). Demikian pula, adalah diamagnetik, tetapi memiliki
empat electron tak-berpasangan; kompleks ini juga berkaitan dengan dua konfigurasi .
.
1. Sifat Magnetik Unsur Transisi Periode ke Empat
Unsur transisi mempunyai siat-sifat khas yang membedakan dari unsur golongan
utama, antara lain :
1. Sifat logam, semua unsur transisi tergolong logam dengan titik cair dan titik didih
yang relatif tinggi.
2. Bersifat paramagnetik (sedikit tertarik ke dalam medan magnet).
Sifat paramagnetik suatu atom merupakan sifat yang disebabkan karena adanya
elektron yang tidak berpasangan (elektron tunggal),sedang sifat feromagnetik ditentukan oleh

banyaknya elektron tunggal, semakin banyak elektron tunggalnya maka akan makin bersifat
feromagnetik.
Unsur transisi periode ke empat dan senyawa-senyawanya umumnya bersifat
paramagnetik (apabila ditarik kuat ke dalam medan magnet). Feromagnetisme hanya
diperlihatkan oleh beberapa logam, yaitu besi, kobal, dan nikel, serta logam-logam campur
tertentu.
Zink dan unsur-unsur golongan IIB lainnya (Cd dan Hg) mempunyai titik leleh dan titik didih
yang relatif rendah tidak paramagnetik, melainkan bersifat diamagnetik (sedikit ditolak
keluar medan magnet). Sifat-sifat khas unsur transisi berkaitan dengan adanya subkulit d
yang terisi tidak penuh. Semua unsur transisi periode keempat memenuhi definisi ini, kecuali
zink.

3. Magnetisme dalam materi


1. Paramagnetik
Bahan paramagnetik ialah bahan-bahan yang memiliki suseptibiltas magnetic Xm
yang positif, dan sangat kecil. Paramagnetisme muncul dalam bahan yang atom-atomnya
memiliki momen magnetik permanen yang berinteraksi satu sama lain secara sangat lemah.
Apabila tidak terdapat medan magnetik luar, momen magnetik ini akan berorientasi acak.
Dengan daya medan magnetik luar, momen magnetik ini cenderung menyearahkan sejajar
dengan medannya, tetapi ini dilawan oleh kecenderungan momen untuk berorientasi acak
akibat gerakan termalnya. Perbandingan momen yang menyearahkan dengan medan ini
bergantung pada kekuatan medan dan pada temperaturnya. Pada medan magnetik luar yang
kuat pada temperatur yang sangat rendah, hampir seluruh momen akan diserahkan dengan
medannya. Dalam keadaan ini kontribusi pada medan magnetik total akibat bahan ini sangat
besar, seperti yang diperlihatkan dalam taksiran numerik. Akan tetapi, sekalipun dengan
medan magnetik terkuat yang dapat diperoleh di laboratorium, temperatur haruslah serendah
beberapa Kelvin untuk memperoleh derajat penyearahan yang tinggi.
Telah kita ketahui bahwa energi potensial dipole listrik dengan momen p
dalam medan listrik E pada persamaan:
Energi potensial dari suatu dipol magnetik dengan momen m di dalam medan
magnetik luar B diberikan oleh persamaan yang sama:
Energi potensial apabila momennya sejajar dengan medan ( = 0) dengan demikian
lebih rendah dibandingkan apabila momennya sejajar dan berlawanan arah ( = 180 o)

sebesar 2mB. Untuk momen magnetik 1 magneton Bohr dan medan magnetik sekuat 1 T,
perbedaan energi potensialnya adalah :

Pada temperature normal T=300K, energi termal kT ialah :

yang kira-kira 200 kali lebih besar dari 2mBB. Dengan demikian, sekalipun dalam medan
magnetik yang kuatnya 1 T, sebagian besar momen magnetik tersebut akan berorientasi acak
karena gerak termalnya.
Pada hukum Curie,

Perhatikan bahwa merupakan rasio antara energi maksimum dipol dalam


medan magnetik dengan energi termal karakteristiknya dan dengan
demikian akan berupa bilangan tanpa dimensi. Hasil bahwa pemagnetan
ini terbalik dengan temperatur mutlak ditemukan secara percobaan oleh
Pierre Curie dan dikenal hukum Curie.
2. FEROMAGNETISME
Bahan feromagnetisme merupakan bahan yang memiliki nilai suseptibilitas magnetik Xm
positif, yang sangat tinggi. Feromagnetisme muncul pada besi murni, kobalt, dan nikel serta
paduan dari logam-logam ini. Sifat ini juga dimiliki oleh gadolinium, disprosium, dan
beberapa senyawa lain. Dalam bahan-bahan ini sejumlah kecil medan magnetik luar dapat
menyebabkan derajat penyearahan yang tinggi pada momen dipol magnetik atomnya. Dalam
beberapa kasus, penyearahan ini dapat bertahan sekalipun medan pemagnetannya telah
hilang. Ini terjadi karena momen dipol magnetik atom dari bahan-bahan ini mengerahkan
gaya-gaya yang kuat pada atom tetangganya sehingga dalam daerah ruang yang sempit,
momen ini disearahkan satu sama lain sekalipun medan luarnya tidak ada lagi. Daerah ruang

tempat momen dipol megnetik disearahkan ini disebut daerah magnetik. Ukuran suatu ranah
biasanya bersifat mikroskopik. Dalam daerah ini, semua momen magnetik disearahkan, tetapi
arah penyearahannya beragam dari daerah ke daerah sehingga momen magnetik total dari
kepingan mikroskopik bahan feromagnetik ini adalah nol dalam keadaan normal.
Apabila medan magnetik luar dikerahkan, batas-batas daerah tersebut dapat bergeser
atau arah penyearahan dalam suatu daerah dapat berubah sehingga terdapat momen magnetik
mikroskopik total dalam arah medan yang dikerahkan tersebut. Karena derajat penyearahan
itu terlalu besar bahkan untuk medan luar yang lemah, medan magnetik yang dihasilkan
dalam bahan ersebut oleh dipol-dipol seringkali jauh lebih besar daripada medan luarnya.
3. DIAMAGNETISME
Bahan diamagnetisme merupakan bahan yang memiliki nilai suseptibilitas magnetik Xm
negatif dan sangat kecil. Sifat diamagnet ditemukan oleh Faraday pada tahun 1846 ketika ia
mengetahui bahwa sekeping bismuth ditolak oleh kedua kutub magnet, yang memperlihatkan
bahwa medan luar dari magnet tersebut menginduksikan suatu momen magnetik pada
bismuth dalam arah yang berlawanan dengan medan tersebut. Kita dapat memahami
pengaruh ini secara kualitatif dengan menggunakan hukum Lenz.
Atom dengan struktur elektron kulit tertutup memiliki momentum sudut total sama
dengan nol dan dengan demikian tidak ada momen magnetik permanen totalnya. Bahanbahan yang memiliki atom yang demikian-bismut, misalnya-merupakan bahan diamagnetik.
Sebagaimana yang akan kita lihat kemudian, momen magnetik induksi yang menyebabkan
diamagnetisme memiliki besar orde 10-5 magneton Bohr. Karena nilai ini jauh lebih rendah
daripada momen magnetik permanen atom-atom bahan paramagnetik dan feromagnetik, yang
tidak memiliki struktur kulit tertutup, pengaruh diamagnetik pada atom-atom ditutupi oleh
penyearahan momen magnetik permanen. Akan tetapi, karena penyebarisan ini menurun
terhadap temperatur, semua bahan secara teoritis bersifat diamgnetik pada temperatur yang
cukup tinggi.
Superkonduktor merupakan diamagnetik yang sempurna, artinya superkonduktor ini
memiliki suseptibilitas magnetik -1. apabila superkonduktor ini ditempatkan dalam medan
magnetik luar, arus listrik akan diinduksikan pada permukaannnya sehingga medan magnetik
total dalam superkonduktor tersebut menjadi nol. Perhatikan batang superkonduktor di dalam

solenoida dengan n lilitan per panjang satuan. Apabila solenoidanya dihubungkan dengan
sumber ggl sehingga menyalurkan arus I, medan magnetik akibat solenoidanya akan sama
dengan . Arus permukaan sebesar nI per panjang satuan yang diinduksikan pada batang
superkonduktor akan meniadakan medan akibat solenoida sehingga medan total di dalam
superkonduktor sama dengan nol.

PERSAMAAN MAGNETIK PADA BAHAN


(disusun guna memenuhi tugas Mata Kuliah Pengantar Fiska Zat Padat)

Oleh :
1.

Ulya Zakiya

080210192020

2.

Zuhriyati

090210102002

3.

Arlik Sarinda

090210102024

4.

Fajar Lailatul

090210102038

5.

Nur Azizah

090210102058

6.

Agusta Ayudya

090210102070

7.

Taufiq Anshori

090210102074

8.

Rica Ayu B.

090210102081

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA


JURUSAN PENDIDIKAN MIPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
2012

Persamaan Magnetik di dalam bahan


Bahan Magnetik adalah bahan yang dapat ditarik oleh magnet. Berdasarkan perilaku
molekulnya di dalam medan magnetik luar, bahan terdiri atas tiga kategori, yaitu
paramagnetik, diamagnetik, dan feromagnetik. Sebagian besar mineral di alam bersifat
diamagnetik atau paramagnetik. Namun, ada beberapa mineral yang bersifat feromagnetik.

Mineral-mineral ini yang umumnya tergolong dalam oksida besi- titanium, sulfide besi dan
hidrooksida besi yang disebut sebagai mineral magnetik. Dari segi kuantitas keberadaan
mineral- mineral ini sangat kecil.
Tabel 1.1 Sifat magnetik dari sejumlah mineral magnetik
Suseptibilitas magnetik adalah ukuran dasar bagaimana sifat kemagnetan suatu bahan
yang merupakan sifat magnet bahan yang ditunjukkan dengan adanya respon terhadap
induksi medan magnet yang merupakan rasio antara magnetisasi dengan intensitas medan
magnet. Dengan mengetahui nilai suseptibilitas magnetik suatu bahan, maka dapat diketahui
sifat-sifat magnetik lain dari bahan tersebut. m adalah suseptibilitas magnet bahan (besaran
tidak berdimensi)
Ada tiga kelompok bahan menurut nilai suseptibilitas magnetnya:
1. m < 0 : bahan diamagnetik
2. m > 0 , namum m << 1 : bahan paramagnetik
3. m > 0 , dan m >> 1 : bahan ferromagnetic
Gambar 1.1 Grafik magnetisasi bahan
1.

Paramagnetik
Bahan paramagnetik adalah bahan - bahan yang memiliki suseptibilitas magnetik

yang positif dan sangat kecil. Paramagnetik muncul dalam bahan yang atom - atomnya
memiliki momen magnetik permanen yang berinteraksi satu sama lain secara sangat lemah.
Apabila tidak terdapat Medan magnetik luar, momen magnetik ini akan berorientasi acak.
Dengan daya Medan magnetik luar, momen magnetik ini arahnya cenderung sejajar dengan
medannya, tetapi ini dilawan oleh kecenderungan momen untuk berorientasi acak akibat
gerakan termalnya. Perbandingan momen yang menyearahkan dengan medan ini bergantung
pada kekuatan medan dan pada temperaturnya. Pada medan magnetik luar yang kuat pada
temperatur yang sangat rendah, hampir seluruh momen akan disearahkan dengan medannya.
Dalam keadaan ini kontribusi pada medan magnetik total akibat bahan ini sangat besar,
seperti yang diperlihatkan dalam taksiran numerik. Akan tetapi, sekalipun dengan medan
magnetik terkuat yang dapat diperoleh di laboratorium, temperatur haruslah serendah
beberapa Kelvin untuk memperoleh derajat penyearahan yang tinggi.
Gambar 1.2 Arah orientasi momen dipol magnet bahan
(a). Tanpa medan magnet luar
(b). Dengan magnet luar.
Karakteristik dari bahan yang bersifat paramagnetik adalah memiliki momen
magnetik permanen yang akan cenderung menyearahkan diri sejajar dengan arah medan

magnet dan harga suseptibilitas magnetiknya berbanding terbalik dengan suhu T. Variasi dari
nilai susceptibilitas magnetik yang berbanding terbalik dengan suhu T adalah merupakan
hukum Curie.
(1.1)
(1.2)
(1.3)
Persamaan di atas adalah merupakan persamaan hukum Curie dimana T adalah suhu
pengamatan, B adalah bilangan Bohr Magneton, N adalah jumlah atom bahan, kB adalah
konstanta Boltzman, C adalah tetapan Curie, P adalah bilangan Bohr Magneton efektif, dan g
adalah faktor Lande.
(1.4)
(1.5)
Sifat dari bahan dapat diketahui dengan mengetahui kandungan mineral magnetik
pada bahan tersebut. Kandungan mineral magnetik ini dapat diketahui dengan serangkaian
penelitian, salah satunya adalah dengan mengukur temperatur curie dari bahan tersebut.
Batuan merupakan bahan yang komplek, tersusun dari lebih satu mineral magnetik. Dengan
pengukuran temperatur curie, dapat menentukan mineral magnetik yang terkandung dalam
batuan.
Suhu Curie adalah suhu yang memisahkan antara ferromagnetik dengan non
ferromagnetic (paramagnetik).
Sebuah bahan yang paramagnetik bisa berlaku sebagai ferromagnetik apabila
suhunya diturunkan sampai dengan suhu tertentu (suhu Curie).
Sebuah bahan yang paramagnetik bisa berlaku sebagai anti ferromagnetik
apabila suhunya dinaikan sampai dengan suhu tertentu (suhu Weiss).
2. Diamagnetik
Bahan diamagnetik merupakan bahan yang memiliki nilai suseptibilitas magnetik Xm
negatif dan sangat kecil. Sifat diamagnet ditemukan oleh Faraday pada tahun 1846 ketika ia
mengetahui bahwa sekeping bismuth ditolak oleh kedua kutub magnet, yang memperlihatkan
bahwa medan luar dari magnet tersebut menginduksikan suatu momen magnetik pada
bismuth dalam arah yang berlawanan dengan medan tersebut. Kita dapat memahami
pengaruh ini secara kualitatif dengan menggunakan hukum Lenz.
Gambar 2.1 beberapa bahan diamagnetic ( memperlemah medan magnet )
Atom dengan struktur elektron kulit tertutup memiliki momentum sudut total sama
dengan nol dan dengan demikian tidak ada momen magnetik permanen totalnya. Bahan-

bahan yang memiliki atom yang demikian-bismut, misalnya-merupakan bahan diamagnetik.


Sebagaimana yang akan kita lihat kemudian, momen magnetik induksi yang menyebabkan
diamagnetisme memiliki besar orde 10-5 magneton Bohr. Karena nilai ini jauh lebih rendah
daripada momen magnetik permanen atom-atom bahan paramagnetik dan feromagnetik, yang
tidak memiliki struktur kulit tertutup, pengaruh diamagnetik pada atom-atom ditutupi oleh
penyearahan momen magnetik permanen. Akan tetapi, karena penyebarisan ini menurun
terhadap temperatur, semua bahan secara teoritis bersifat diamgnetik pada temperatur yang
cukup tinggi.
Superkonduktor merupakan diamagnetik yang sempurna, artinya superkonduktor ini
memiliki suseptibilitas magnetik -1. apabila superkonduktor ini ditempatkan dalam medan
magnetik luar, arus listrik akan diinduksikan pada permukaannnya sehingga medan magnetik
total dalam superkonduktor tersebut menjadi nol. Perhatikan batang superkonduktor di dalam
solenoida dengan n lilitan per panjang satuan. Apabila solenoidanya dihubungkan dengan
sumber ggl sehingga menyalurkan arus I, medan magnetik akibat solenoidanya akan sama
dengan. Arus permukaan sebesar nI per panjang satuan yang diinduksikan pada batang
superkonduktor akan meniadakan medan akibat solenoida sehingga medan total di dalam
superkonduktor sama dengan nol.
Persamaan Langevin Diamagnetik
Pada elektromagnetik, kita telah mengenal Hukum lenz : Saat fluks magnetic pada
rangkaian listrik berubah, arus imbas induksi akan muncul dalam arah sedemikian rupa
sehingga

arah

tersebut

menentang

perubahan

yang

menghasilkannya. Pada

superkonduktor atau pada orbit elektron dalam atom, arus induksi sepanjang medannya ada.
Medan magnet arus induksi berlawanan arah dengan medan magnet luar dan momen
medan magnet yang dihubungkan dengan arus adalah momen diamagnetik. Pada logam
normal ada kontribusi diamagnetik dari konduksi elektron dan diamagnetisnya tidak dirusak
oleh benturan elektron.
Perlakuan

diamagnetik adalah

dengan

menggunakan Teorema Larmor, yaitu :

Dalam sebuah medan magnet, gerak elektron di sekitar inti adalah sama dengan gerak
tanpa medan magnet,

kecuali

untuk

frekuensi sudut :
Bila arus listrik akibat gerak presisi dari
Z buah elektron adalah ekivalen dengan
arus listrik (I). Dimana dalam satuan SI,

superposisi dari sebuah presisi elektron dengan

arus adalah:
Momen magnet ( ) pada rangkaian tertutup adalah:
dimana luas loop yang berjari-jari adalah 2. Sehingga persamaan momen
magnetiknya adalah:Harga suseptibilitas adalah sebagai berikut:
Suseptibilitas per satuan volume untuk N = jumlah atom per satuan volume
dan M= jumlah momen dipol per volume adalah:
Bila diplot ke grafik hubungan (suseptibilitas) dengan T (suhu) diperoleh
grafik seperti dibawah ini :
2. Feromagnetik
Bahan feromagnetisme merupakan bahan yang memiliki nilai suseptibilitas magnetik
Xm positif, yang sangat tinggi. Feromagnetisme muncul pada besi murni, kobalt, dan nikel
serta paduan dari logam-logam ini. Sifat ini juga dimiliki oleh gadolinium, disprosium, dan
beberapa senyawa lain. Dalam bahan-bahan ini sejumlah kecil medan magnetik luar dapat
menyebabkan derajat penyearahan yang tinggi pada momen dipol magnetik atomnya. Dalam
beberapa kasus, penyearahan ini dapat bertahan sekalipun medan pemagnetannya telah
hilang. Ini terjadi karena momen dipol magnetik atom dari bahan-bahan ini mengerahkan
gaya-gaya yang kuat pada atom tetangganya sehingga dalam daerah ruang yang sempit,
momen ini disearahkan satu sama lain sekalipun medan luarnya tidak ada lagi. Daerah ruang
tempat momen dipol megnetik disearahkan ini disebut daerah magnetik. Ukuran suatu ranah
biasanya bersifat mikroskopik. Dalam daerah ini, semua momen magnetik disearahkan, tetapi
arah penyearahannya beragam dari daerah ke daerah sehingga momen magnetik total dari
kepingan mikroskopik bahan feromagnetik ini adalah nol dalam keadaan normal.
Apabila medan magnetik luar dikerahkan, batas-batas daerah tersebut dapat bergeser
atau arah penyearahan dalam suatu daerah dapat berubah sehingga terdapat momen magnetik
mikroskopik total dalam arah medan yang dikerahkan tersebut. Karena derajat penyearahan
itu terlalu besar bahkan untuk medan luar yang lemah, medan magnetik yang dihasilkan
dalam bahan ersebut oleh dipol-dipol seringkali jauh lebih besar daripada medan luarnya.
Ferromagnetik memiliki elektron tidak berpasangan sehingga atom mereka memiliki
momen magnet bersih. Mereka mendapatkan magnet yang kuat sifat mereka karena
keberadaan domain magnetik. Dalam domain ini, sejumlah besar di saat-saat atom adalah
sejajar paralel sehingga gaya magnet dalam domain yang kuat. Ketika bahan feromagnetik
dalam keadaan unmagnitized, wilayah hampir secara acak terorganisir dan medan magnet
bersih untuk bagian yang secara keseluruhan adalah nol. Ketika kekuatan magnetizing
diberikan, domain menjadi selaras untuk menghasilkan medan magnet yang kuat dalam

bagian. Komponen dengan materi-materi ini biasanya diperiksa dengan menggunakan metode
magnetik partikel.
Contoh bahan feromagnetik yaitu :
-

Besi

Nikel

Kobalt

Gambar 3.1 Bahan Unmagnetized

Gambar 3.2 Bahan Magnetik


Dalam bahan ini sejumlah kecil medan magnetik luar dapat menyebabkan derajat
penyearahan yang tinggi pada momen dipol magnetik atomnya. Dalam beberapa kasus,
penyearahan ini dapat bertahan sekalipun Medan pemagnetannnya telah hilang. Ini terjadi
karena momen dipol magnetik atom dari bahan- bahan feromagnetik ini mengerahkan gayagaya yang kuat pada atom tetangganya sehingga dalam daerah ruang yang sempit momen ini
disearahkan satu sama lain sekalipun medan luarnya tidak ada lagi. Daerah ruang tempat
momen dipol magnetik disearahkan ini disebut daerah magnetik. Dalam daerah ini, semua
momen magnetik disearahkan, tetapi arah penyearahannya beragam dari daerah ke daerah
sehingga momen magnetik total dari kepingan mikroskopik bahan feromagnetik ini adalah
nol dalam keadaan normal (Tipler, 2001).
Gambar 3.3 Susunan teratur dari spin-spin electron Feromagnetik sederhana
Teori feromagnetik pertama kali dikemukakan oleh Pierre Weiss, yang berkhusus
pada hipotesis berikut :
Suatu sampel bahan feromagnetik berisi sejumlah daerah kecil yang disebut
ranah (domain), yang termagnetisasi secara spontan. Besar magnetisasi spontan sampel bahan
itu secara keseluruhan ditentukan oleh jumlah vector dari momen-momen magnetic domain.
Magnetisasi masing-masing domain disebabkan oleh adanya perputaran, BE
yang cenderung menghasilkan sususan dipole-dipole atomic yang sejajar. Medan pertukaran
BE dianggap sebanding dengan magnetisasi M masing-masing domain.
BE= M
Table 3.1 Sifat magnetik Bahan Ferromagnetik

Mengingat fase paramagnetik: medan diterapkan B, akan menyebabkan magnetisasi


yang terbatas dan akan menyebabkan medan pertukaran terbatas BE. Jika xP adalah
suseptibilitas paramagnetik
Magnetisasi sama dengan supseptibilitas konstan medan hanya jika keselarasan
pecahan kecil: ini adalah di mana asumsi yang masuk contoh adalah dalam fase
paramagnetik.
Supseptibilitas paramagnetik diberikan oleh hukum curie dimana C adalah
konstanta curie .substitusikan persamaan 1 ke dalam persamaan 2,kita dapat temukan
Supseptibilitas (3) memiliki kesingularan

. Pada suhu ini terdapat magnetisasi

spontan, karena jika adalah tak terbatas kami dapat memiliki hingga untuk M nol B,. Dari
(3) kita memiliki hukum Curie-Weiss

Magnetisasi, M, (momen magnet per satuan volume) suatu sampel dalam medan magnet, H,
berbanding lurus dengan besarnya H, dan tetapan perbandingannya adalah, , yang
bergantung pada sampel.

disebut dengan suseptibilitas volume dan hasil kali dan volume molar sampel Vm disebut
dengan susceptibilitas molar . Dinyatakan dalam persamaan menjadi:

Semua zat memiliki sifat diamagnetik, dan selain diamagnetisme, zat dengan elektron tidak
berpasangan juga menunjukkan sifat paramagnetisme, besar sifat paramagnetisme sekitar
100 kali lebih besar daripada sifat diamagnetisme. Hukum Curie menunjukkan bahwa
paramagnetisme berbanding terbalik dengan suhu:

T adalah temperatur mutlak dan A dan C adalah konstanta. Dalam metoda Gouy atau Faraday,
momen magnet dihitung dari perubahan berat sampel bila digantungkan dalam pengaruh
medan magnet. Selain metoda ini, metoda yang lebih sensitif adalah SQUID
(superconducting quantum interference device) yang telah banyak digunakan untuk
melakukan pengukuran sifat magnet.

Paramagnetisme diinduksi oleh momen magnet permanen elektron tak berpasangan dalam
molekul dan suseptibilitas molarnya berbanding lurus dengan momentum sudut spin elektron.
Paramagnetisme kompleks logam transisi blok d yang memiliki elektron tak berpasangan
dengan bilangan kuantum spin 1/2, dan setengah jumlah elektron tak berpasangan adalah
bilangan kuantum spin total S. Oleh karena itu, momen magnet hanya berdasarkan spin
secara teori dapat diturunkan mengikuti persamaan:

Banyak kompleks logam 3d menunjukkan kecocokan yang baik antara momen magnet yang
diukur dengan neraca magnetik dan yang dihasilkan dari persamaan di atas. Hubungan antara
jumlah elektron yang tak berpasangan dan suseptibilitas magnet kompleks diberikan di Tabel
6.3.
Karena kecocokan ini dimungkinkan untuk menghitung jumlah elektron yang tidak
berpasangan dari hasil pengukuran magnetiknya. Misalnya, misalnya kompleks Fe3+ d5
dengan momen magnet sekitar 1.7 B adalah kompleks spin rendah dengan satu elektron tak
berpasangan, tetapi Fe3+ d5 dengan momen magnet sekitar 5.9 B adalah kompleks spin
tinggi dengan 5 elektron tak berpasangan.

Walaupun, momen magnetik yang terukur tidak lagi cocok dengan nilai spin saja bila
kontribusi momentum sudut pada momen magnet total semakin besar. Khususnya dalam
kompleks logam 5d, perbedaan antara yang diukur dan dihitung semakin besar.
Beberapa material padatan paramagnetik menjadi feromagnetik pada temperatur rendah
membentuk domain magnetik, yang di dalamnya ribuan spin elektron paralel satu sama lain.
Suhu transisi paramagnetik-feromagnetik disebut suhu Curie. Bila spin tersusun antiparalel
satu sama lain, bahan menjadi antiferomagnetik, dan suhu transisi paramagnetik-antiferomagnetik disebut suhu Neel. Bahan menjadi ferimagnetik bila spinnya tidak tepat saling
menghilangkan, sehingga masih ada kemagnetannya. Kini, usaha untuk membuat ion logam
paramagnetik tersusun untuk menginduksi interaksi feromagnetik antar spin-spinnya. Efek ini
tidak mungkin dalam kompleks monointi.

Anda mungkin juga menyukai