Anda di halaman 1dari 44

HIV dan TBC pada

Kehamilan

Indah Lutfiya
101614153041

@S2 KIA FKM UNAIR 2017


HIV/AIDS
• HIV : retrovirus yang menginfeksi, merusak,
atau menggangu fungsi sel sistem kekebalan
tubuh manusia (sel CD4 atau sel T)→ sistem
pertahanan tubuh melemah
• AIDS : stadium infeksi HIV sudah parah (10-15
th stlh infeksi HIV)→ penderita rentan infeksi
dan keganasan dengan kadar sel CD4 < 200
sel/mm3
Virologi HIV
• Virus RNA berenvelope
rantai tunggal →
retrovirus
• Ada 2 serotip HIV : HIV
tipe-1 (HIV-1) dan HIV
tipe-2 (HIV-2)
• HIV-1 lebih mudah
masuk ke tubuh dan
lebih mematikan
dibanding HIV-2
Epidemiologi HIV dalam kehamilan
• Infeksi HIV adalah penyakit pandemik, 36,7 juta penduduk dunia
mengalami HIV (UNAIDS, 2016)
• 17,8 juta wanita yang berusia lebih dari 15 th di dunia menderita
HIV dan 1,8 juta anak usia kurang dari 15 th mengalami HIV di
tahun 2015 (UNAIDS, 2016)
• Lebih dari 90% wanita hamil psoitif HIV di sub Sahara Afrika
(Kendall, 2014)
• HIV merupakan penyebab utama kematian wanita usia reproduktif
di dunia, terutama ¼ kematian selama masa kehamilan dan 6
minggu postpartum di sub sahara Afrika (Kendall, 2014)
• Target SDG’s 2020 : 90% orang mengidap HIV tahu statusnya,
90% orang pengidap HIV positif menerima ART dan 90% orang
HIV penerima ART viral loadnya dapat ditekan
Waktu dan risiko transmisi HIV
Faktor yg mempengaruhi transmisi
Patogenesis HIV
Manifestasi klinis HIV (CDC, 2016)
Manifestasi klinis HIV (WHO, 2016)

Stadium Manifestasi
Klinis
Primer Asimptomatik, sindrom retroviral akut

I Asimptomatis, limfadenopati persisten generalisata


Penampilan/aktivitas fisik skala I : Asimptomatis, aktivitas
normal
II Penurunan berat badan < 10%
Infeksi saluran pernafasan rekuren ,
Herpes zoster
Manifestasi mukokutaneus minor
Dengan penampilan aktivitas fisik skala II : simptomatis,
aktivitas normal
Manifestasi klinis HIV (WHO, 2016)
Stadium Manifestasi
Klinis
III Penurunan berat badan > 10%
Diare kronis dengan penyebab tidak jelas, > 1bulan
Demam dengan sebab tidak jelas (intermitten atau tetap), > 1
bulan (demam dengan suhu > 37,60C intermitten atau
konstan)
Anemia tidak jelas penyebabnya (Hb < 8gr/dL)
Neutropenia (neutrophil < 500 sel/µL)
Trombositopenia kronik (platelet < 50.000 sel/µL)
Infeksi berulang pada saluran pernafasan atas
Kandidiasis oris
Oral hairy leukoplakia
TB pulmoner dalam 1 tahun terakhir
Infeksi bakteri berat (peneumonia, piomiositis)
Dengan penampilan aktivitas fisik skala III: lemah, berada di
tempat tidur, < 50% per hari dalam bulan terakhir
Manifestasi klinis HIV (WHO, 2016)
Stadium Manifestasi
Klinis
IV HIV wasting syndrome, Ensefalitis toksoplasmosis, Diare
akibat cryptosporidiosis, > 1 bulan, Cryptococcosis
ekstrapulmoner, Infeksi virus sitomegalo, Infeksi herpes
simpleks, > 1 bulan, Infeksi jamur berat (histoplasma)
Kandidiasis esophagus, trakea atau bronkus, Mikrobakteriosis
atypical, Slamonelosis non tifoid disertai septicemia
TB ekstrapulmoner
Limfoma maligna
Sarkoma jerovici
Enselopati HIV
Penampilan aktivitas fisik skala IV: sangat lemah, selalu
berada di tempat tidur > 50% per hari dalam 2 bulan terakhir
Dampak kehamilan pada HIV

(Alarm International, 2016)


Dampak HIV pada kehamilan

• Tidak ada efek progresivitas HIV


• Penurunan rigan pada hitung CD4 absolut
(prosentase sel CD4 tetap)
• Tidak ada perubahan angka kematian bermakna

(Alarm International, 2016)


Diagnosis HIV pada kehamilan
• ANC pertama ibu hamil harus melakukan skrining untuk
infeksi HIV. Apabila ibu menolak untuk melakukan tes, harus
dicantumkan kedalam rekam medisnya
• Skrining dilakukan lagi sebelum UK 28 minggu.
• Apabila hasil tes negatif tetapi dokter memutuskan bahwa ibu
adalah resiko tinggi terinfeksi HIV, tes bisa diulang kembali
pada trimester ketiga.
• Status viral load (HIV RNA-PCR) harus diperiksa setiap
bulan sampai virus tidak terdeteksi, dan dilanjutkan 3 bulan
sekali setelahnya. Pengobatan yang tepat dapat menurunkan
viral load sebanyak 1 sampai 2 log dalam bulan pertama dan
menghilang setelah 6 bulan pengobatan
Pencegahan transmisi ibu ke bayi (PMTCT)
• Kebijakan internasional :
1) SOGC Clinical Practice Guideline –Guidelines for
the Care of Pregnant Women Living with HIV and
Interventions to Reduce Perinatal Transmission
2) RCOG 2010 Management of HIV in Pregnancy
• Kebijakan di Indonesia :
1) Permenkes RI no.51/2013 Pedoman Pencegahan
Penularan HIV dari Ibu ke Anak
2) Permenkes RI no.21/2013 Penanggulangan HIV
dan AIDS
Komponen PMTCT
1) Pencegahan infeksi HIV pada wanita usia reproduktif
2) Pencegahan kehamilan yang tidak diinginkan pada wanita
yang terinfeksi HIV
3) Pencegahan transmisi HIV dari ibu yang terinfeksi HIV ke
janin selama kehamilan, persalinan, anak dan laktasi
melalui: konseling dan tes HIV, pemberian ARV sebagai
profilaksis, terapi ART bagi yang berisiko, pemberian
makanan pada bayi dengan metode yang aman
4) Penyediaan pelayanan untuk follow up dan perawatan,
dukungan dan penatalaksanaan bagi wanita yang terinfeksi
HIV, bayi dan keluarga
Penatalaksanaan HIV selama kehamilan
(Kemenkes, 2013)
Penatalaksanaan umum :
• Merujuk ibu dengan HIV ke rumah sakit, agar ibu
mendaoatkan penanganan oleh tim multidisiplin
meliputi dokter yang ahli mengenai HIV, dokter
spesialis obstetric dan ginekologi, bidan yang ahli
dan dokter spesialis anak
• Memeriksa hitung CD4 dan viral load untuk
menentukan status imunologis dan mengetahui
respons terhadap pengobatan
Penatalaksanaan retroviral
(Kemenkes, 2013)
Penatalaksanaan retroviral : Memberikan antiretroviral segera
kepada semua Ibu hamil dengan HIV, tanpa harus
mengetahui nilai CD4 dan stadium klinisnya terlebih dahulu,
dan dilanjutkan seumur hidup.
Penatalaksanaan HIV selama kehamilan
(Kemenkes, 2013)

Penatalaksanaan infeksi oportunistik: Diperiksa utk deteksi


IMS pada UK 28 mg → terapi sesuai dan tatalaksana
penyakit infeksi oportunistik sesuai panduan

Penatalaksanaan persalinan
Pemberian makan bayi (Kemenkes, 2013)

• Jika bayi diketahui status HIV-nya:


1) Pemilihan makanan bayi harus didahului konseling ttg
risiko penularan HIV sejak sebelum persalinan
2) Jika ibu memilih ASI, beri ASI eksklusif 6 bln
3) Ibu dgn HIV boleh berikan susu formula bgi bayi HIV
atau status HIV tdak diketahui jika SELURUH syarat
AFASS (affordable/terjangkau, feasible/mampu laksana,
acceptable/ dapat diterima,
sustainable/berkesinambungan dan safe/aman)
4) Sangat tidak dianjurkan mencampur ASI dgn sufor
• Jika bayi diketahui HIV positif:
Pemberian makan bayi (Kemenkes, 2013)

• Jika bayi diketahui HIV positif:


1) Ibu sangat dianjurkan memberikan ASI eksklusif sampai
bayi berusia 6 bulan
2) Setelah berusia 6 bulan, bayi diberikan MP-ASI dan ASI
tetap dilanjutkan sampai anak berusia 2 tahun
Edukasi untuk Ibu(Kemenkes, 2013)

1) Berikan edukasi mengenai perilaku seks yang aman dan


penggunaan
kondom untuk mencegah penularan dan super-infeksi HIV
2) Ibu juga dianjurkan menggunakan kontrasepsi jangka panjang atau
kontrasepsi mantap bila tidak ingin punya anak lagi
3) Sarankan ibu dengan HIV positif memeriksakan status HIV seluruh
anaknya
4) Ibu dengan HIV positif sebaiknya diskrining hepatitis B, sifilis, dan
rubela, dan diperiksa darah untuk hepatitis C, varicella zoster,
campak
dan toksoplasma
5) Ibu sebaiknya dianjurkan untuk divaksin hepatitis B dan
pneumokokus
TBC pada Ibu Hamil
Epidemiologi TBC
•Pada tahun 2012  450.000 orang yang
menderita TBMDR dan 170.000 meninggal
(WHO, 2013).
•Diperkirakan 2,9 kesakitan dan kematian
wanita akibat TB mencapai 410.000 kasus
termasuk diantaranya 160.000 HIV positif
(Kemenkes, 2014).
•Peningkatan angka insidensi TB secara
global dapat dikendalikan dan menunjukkan
tren penurunan (turun 2% per tahun pada
PENULARAN TBC
• Tuberkulosis  kuman TB (Mycobacterium Tuberculosis).
• Sumber penularan  pasien TB BTA positif
• Pasien batuk  3000 percikan dahak (droplet nuclei)  tidak
adanya ventilasi dan sinar matahari langsung, tempat lembab dan
gelap  mudah menularkan selama beberapa jam
• Makin tinggi derajat kepositifan dahak, makin mudah menularkan
• Faktor yang memungkinkan seseorang terpajan kuman TB
ditentukan oleh konsentrasi percikan dalam udara dan lamanya
menghirup udara tersebut
• Ibu hamil merupakan kelompok yang rentang teinfeksi penyakit
menular
PATOGENESIS TUBERKULOSIS
a. Paru (port enter)  droplet terhirup 
kegagalan makrofag dalam memfagosit
kuman TB  kuman TB membentuk koloni
(Fokus Primer GOHN)
b. Lokasi koloni  menyebar ke limfe 
limfangitis (peradangan pada lokasi) 
pertumbuhan logaritmik  kompleks TB
primer uji tuberculin positif  fokus primer
resolusi sempurna membentuk fibrosis 
menetapnya kuman TB
Gejala dan Diagnosis TBC pada
Kehamilan
•Gejala klinis TB pada kehamilan berupa batuk lebih dari 3
minggu (74%), penurunan berat badan (41%), demam,
malaise dan lelah (30%), nafsu makan menurun (30%) dan
batuk darah (19%) (Dharmawan, 2004).
•Manifestasi klinis pada ibu hamil seringkali tidak khas
karena tertutup gejala kehamilan  uji tuberculin, sputum
BTA dan pemeriksaan biakan
•Cantwell et al (1994) mengemukakan tentang kriteria
diagnosis TBC pada bayi dengan salah satu kriteria berikut
yaitu adanya lesi, kompleks primer di hati, infeksi TBC pada
plasenta atau endometrium pada minggu pertama
kehidupan serta dapat disingkirkannya transmisi postnatal.
TUBERKULOSIS DAN KEHAMILAN
•Pengaruh TBC pada kehamilan tergantung dari beberapa
faktor antara lain: lokasi penyakit (intra atau
ekstrapulmonal), usia kehamilan, status gizi ibu dan ada
tidaknya penyakit penyerta (Arora, 2003).
•TBC pada ibu hamil  risiko BBLR, prematuritas, mortalitas
bayi (Small, 2003).
•Pemberian OAT sejak awal kehamilan akan memperkecil
risiko morbiditas bayi.
•Janin dapat terinfeksi melalui darah yang berasal dari
infeksi plasenta melalui vena umbilikalis atau aspirasi
cairan amnion, komplikasi seperti ini jarang terjadi. TBC
yang terjadi disebut sebagai TBC kongenital (Ormerod,
2001
Penatalaksanaan TBC pada Ibu
Hamil
1. Tidak berbeda dengan pengobatan TB pada umumnya, hampir
semua OAT aman untuk kehamilan dan ibu menyusui
(Kemenkes, 2014).
2. Kecuali golongan Aminoglikosida seperti streptomisin atau
kanamisin karena dapat menimbulkan ototoksik pada bayi
(permanent ototoxic) dan dapat menembus barier placenta 
gangguan pendengaran dan keseimbangan bayi.
3. Pemberian Piridoksin 50 mg/hari dianjurkan pada ibu hamil
yang mendapatkan pengobatan TB, sedangkan pemberian
vitamin K 10mg/hari juga dianjurkan apabila Rifampisin
digunakan pada trimester 3 kehamilan menjelang partus.
PENGOBATAN
•Lima obat utama yang merupakan firs-tline
agents : isoniazid, rifampicin, pyrazinamide,
ethambutol
•Obat second-line: amikasin, kapreomisisn dan
ethionamid, sikloserin, dan PAS [para-
aminosalisilic acid], quinolone [ofloxacin,
sparfloxacin, levofloxacin], clofazimin,
amithiozon, dan amoksisilin/clavulanic acid.
Regimen jangka pendek

•Fase awal (fase bakterisidal), untuk


membunuh basil tuberkel, mengatasi gejala,
dan pasiem menjadi tidak infeksius.
•Fase lanjutan (fase sterilisasi), untuk
mengeliminasi semidormant “persisters”.
•Dua strategi pendekatan untuk mengatasi
ketidakpatuhan dalam minum obat TB yaitu :
•Direct Observation of Treatment (DOT)
•Penyediaan obat-obatan dalam formulasi
kombinasi
Monitoring respons pengobatan :

•Pemeriksaan BTA pada bulan ke 2, 5, dan 6.


Bila >5 bulan BTA positif menunjukkan
pengobatan gagal.
•Terhadap toksisitas obat. Efek samping adalah
hepatitis (yang paling sering), artralgia,
hiperurisemia, neuritis syaraf mata (neuritis
optikus), kerusakan syaraf kedelapan (obat
harus dihentikan); gatal-gatal atau rasa tidak
enak pada perut (obat tidak perlu dihentikan).
Penatalaksanaan TBC pada
Neonatus
PENCEGAHAN
•Imunisasi BCG
•Kemoterapi dengan isoniazid
•Prioritas utama adalah deteksi kasus dan
ketersediaan DOTS (directly observed
treatment short-term) dan untuk
daerah/negara dengan prevalensi TB rendah
dan sumber daya adekuat bisa dilakukan
skrining untuk kelompok risiko tinggi (imigran
yang berasal dari negara prevalensi TB tinggi
dan orang dengan HIV positif).
•Penyelidikan dan pengamatan kontak
penderita TB.
•Membatasi penularan dengan :
•isolasi penderita yang diduga TB sampai
terbukti tidak infeksius.
•Ventilasi yang tepat pada ruang penderita TB.
•Penggunaan cahaya matahari pada tempat
dengan risiko tinggi penularan TB.
•Skrining periodik terhadap kontak TB atau
yang dicurigai TB.
Pencegahan TBC
•Program Pengedalian Tuberculosis  Pedoman
Nasional Pengendalian TBC  Kemenkes RI 2014
1. Pengendalian secara umum
2. Pengelolaan Logistik Program Pengendalian TBC
3. Pengembangan SDM Program Pengendalian TBC
4. Keterlibatan Masyarakat dan Organisasi
Kemasyarakatan dalam Pengendalian TBC
5. Sistem Informasi Strategis Program Pengendalian TBC
6. Perencanaan dan Penganggaran Program
Pengendalian Tuberkulosis
PENGENDALIAN SECARA UMUM

1. Pengendalian Manajerial  fungsi manajerial dan advokasi 


pimpinan Fasilitas Pelayanan Kesehatan, Kepala Dinas
Kesehatan Propinsi dan Kabupaten /Kota dan/atau atasan dari
institusi terkait
2. Pengendalian Administratif  program TEMPO (TEMukan
pasien secepatnya, Pisahkan secara aman, Obati secara tepat)
3. Pengendalian Lingkungan  pengaturan aliran udara/ventilasi
dengan menggunakan teknologi sehingga penyebaran kadar
percik renik dapat dikurangi
4. Pengendalian dengan Alat Pelindung Diri  memberikan
masker dan menghindari kontak langsung dengan penderita TB
PENGELOLAAN LOGISTIK PROGRAM PENGENDALIAN TB 
Kemenkes, Dinkes dan Puskesmas  pengelolaan logistic
pada bumil positif TB dan peningkatan jejaring fasyankes yang
memiliki bumil TB
PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PROGRAM
PENGENDALIAN TUBERKULOSIS  menyediakan tenaga
pelaksanaan program yang terampil dan terlatih, termasuk
kader PMO
KETERLIBATAN MASYARAKAT DAN ORGANISASI
KEMASYARAKATAN DALAM PENGENDALIAN TUBERKULOSIS
 untuk mendukung pelaporan yang cepat sehingga
penanganan yang diberikan tidak terlambat
SISTEM INFORMASI STRATEGIS PROGRAM
PENGENDALIAN TUBERKULOSIS  masih
dalam proses pengembangan  riwayat
histori pada saat ditemukan sampai
pelaksanaan program penyembuhan dapat
terekam dengan jelas

PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN


PROGRAM PENGENDALIAN TUBERKULOSIS
 basis data yang baik, berjangka
HIV dan TBC

Hanya sekitar 10% yang terinfeksi TB akan


menjadi sakit TB.
Faktor yang mempengaruhi kemungkinan
seseorang menjadi pasien TB adalah daya tahan
tubuh yang rendah, diantaranya infeksi
HIV/AIDS dan malnutrisi (gizi buruk).
HIV merupakan faktor risiko yang paling kuat
bagi yang terinfeksi TB menjadi sakit TB. Infeksi
HIV mengakibatkan kerusakan luas sistem daya
PAPARAN TERHADAP KUMAN TB

Faktor risiko
• Jumlah kasus TB di dalam suatu masyarakat (sumber penularan)
• Lamanya kasus TB tersebut bersifat infeksius
• Lama kontak dengan sumber penularan
• Karakteristik kontak/interaksi (keeratan kontak, kepadatan
rumah, letak rumah desa/kota)

Intervensi paling penting untuk mengurangi paparan:


• Identifikasi kasus TB infeksius sedini mungkin
• Pengobatan kasus TB secara efektif

Anda mungkin juga menyukai