Anda di halaman 1dari 44

FARMASI

SKENARIO
Seorang ibu membawa putrinya berusia 8 bulan dengan keluhan diare muntah ke RS UMM pada pukul 22.00,
saat masuk RS oleh petugas administrasi diarahkan masuk ke IGD diterima oleh perawat dengan Rekam Medis
(RM) c4192 dan ditangani oleh dokter jaga IGD.
Dokter jaga IGD melakukan assesment awal dengan melakukan anamnesis pada ibu (alloanamnesis) dan
pemeriksaan fisik, setelah didiagnosis dokter jaga melapor pada dokter DPJP melalui telepon, sedangkan
perawat melakukan assesment asuhan keperawatan dengan ibu pasien.
Saat konsultasi dengan DPJP (Dokter Penanggung Jawab Pasien), dokter jaga IGD mendapatkan advis untuk
dilakukan tindakan yaitu pasien diberi O2 nasal 2L/menit, infus KN3B 15 tetes/menit, injeksi ranitidine dan
metamizol 3x250mg, advis DPJP dicatat dilembar RM. Resep obat disampaikan ke ibu pasien dan advis DPJP
disampaikan ke perawat. Perawat menindaklanjuti advis DPJP dan keluarga pasien menukarkan resep obat di
bagian farmasi, apoteker menyampaikan ke keluarga pasien agar obat tersebut untuk diberikan ke perawat
IGD.
Dokter jaga IGD juga mengkonsulkan kek dokter gizi, menurut dokter gizi saat menyampaikan ke ibu pasien
bahwa untuk konsumsi per oral tidak bisa oleh karena pasien masih belum sadar sehingga kebutuhan makan
cukup hanya melalui infus. Hasil konsultasi dokter gizi juga ditulis di catatan RM. Perawat dan dokter jaga IGD
melakukan tindakan dan observasi pasien, hasil observasi dokter jaga ditulis di RM dan asuhan keperawatan
juga ditulis di RM.
Keesokan harinya dokter DPJP hadir ke RS UMM, dokter jaga IGD menyampaikan hasil assement ke DPJP.
Dokter DPJP visit pasien didampingi dokter jaga dan perawat, setelah dilakukan pemeriksaan oleh dokter
DPJP hasilnya dicatat di RM dan dijelaskan ke ibu pasien. Hasil pemeriksaan menunjukkan kegawatan sudah
teratasi maka pasien dapat dipindah ke ruang rawat inap.
LEARNING OBJECTIVE
1. Menjelaskan tentang peran dan tanggung jawab
masing-masing tenaga kesehatan
2. Menjelaskan tentang kolaborasi dan kerjasama
antar tenaga kesehatan
3. Menjelaskan tentang komunikasi efektif dan
terapetik
4. Menjelaskan kompetensi masing-masing tenaga
kesehatan
5. Pembahasan
PERAN DAN TANGGUNG JAWAB
APOTEKER

(Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia


Nomor 58 Tahun 2014 Tentang Standar Pelayanan
Kefarmasian Di Rumah Sakit)

Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus


sebagai apoteker dan telah mengucapkan sumpah
jabatan apoteker (berdasarkan Peraturan Pemerintah
No. 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian).
PERAN DAN TANGGUNG JAWAB
APOTEKER
Secara lebih spesifik, farmasis memiliki 3 tanggung jawab utama:
1. Memastikan bahwa terapi obat pasien diindikasikan secara tepat, paling
efektif yang tersedia, paling aman, paling nyaman digunakan, dan paling
ekonomis
2. Mengidentifikasi, memecahkan, dan mencegah permasalahan-
permasalahan terapi obat;
3. Memastikan bahwa tujuan terapi obat pasien terpenuhi dan hasil-hasil
optimal terkait kesehatan tercapai. Semua tanggung jawab tersebut
berpusat pada menghadapi permasalahan-permasalahan terapi obat
pasien.
PERAN DAN TANGGUNG JAWAB
APOTEKER
Menurut PERMENKES RI Nomor 58 Tahun 2014 pasal 3 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian
Di Rumah Sakit, peran farmasis adalah
(1) Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit meliputi standar:
a. pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai; dan
b. pelayanan farmasi klinik.
(2) Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf a meliputi:
a. pemilihan;
b. perencanaan kebutuhan;
c. pengadaan;
d. penerimaan;
e. penyimpanan;
f. pendistribusian;
g. pemusnahan dan penarikan;
h. pengendalian; dan
i. administrasi.
PERAN DAN TANGGUNG JAWAB
APOTEKER
(3) Pelayanan farmasi klinik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b
meliputi:
a. pengkajian dan pelayanan Resep;
b. penelusuran riwayat penggunaan Obat;
c. rekonsiliasi Obat;
d. Pelayanan Informasi Obat (PIO);
e. konseling;
f. visite;
g. Pemantauan Terapi Obat (PTO);
h. Monitoring Efek Samping Obat (MESO);
i. Evaluasi Penggunaan Obat (EPO);
j. dispensing sediaan steril; dan
k. Pemantauan Kadar Obat dalam Darah (PKOD);
KOLABORASI FARMASIS DENGAN
PROFESI LAIN
Melakukan komunikasi dengan tenaga kesehatan
sesuai dengan area kompetensinya:
 Dapat menjelaskan masalah komunikasi dengan
tenaga kesehatan terkait (dokter. perawat dll)
 Dapat menyiapkan materi komunikasi dengan
tenaga kesehatan sesuai keluasan dan kedalaman
kompetensinya (dokter. perawat dll)
 Dapat menjelaskan penyelesaian masalah
komunikasi dengan tenaga kesehatan.
(Standar Kompetensi Apoteker Indonesia tahun 2011)
KOLABORASI FARMASIS DENGAN
PROFESI LAIN
 Dokter-Farmasis-Perawat : melakukan visite pasien
 Dokter-Perawat : Handoff (operan)
 Dokter-Farmasis : penentuan terapi rasional pada pasien
Pekerjaan yang dilakukan dokter dan ahli farmasi sebenarnya bersifat saling melengkapi,
dapat dikatakan bahwa kerja sama tersebut dapat memberikan pengaruh positif terhadap
outcome pasien. Wujud kolaborasi antara dokter dan ahli farmasi antara lain misalnya:
o Penelusuran informasi riwayat obat yang lengkap dan akurat
o Penyediaan informasi obat yang lege artis
o Pemanfaatan evidence based prescribing
o Deteksi dini kesalahan peresepan obat; pemantauan obat (meningkatkan keamanan obat)
o Meningkatkan cost-effectiveness dalam peresepan obat
o Meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan masing-masing pihak demi kepuasan pasien.
o Kolaborasi yang tidak optimal dapat merugikan pasien. Pemberian obat oral yang tidak
disesuaikan dengan sifat farmakokinetik obat yang bersangkutan potensial menurunkan
efektivitas obat dan bahkan dapat meningkatkan resiko interaksi obat
THE TEN ACTIVITY OF DRUG USE PROCESS
SELECTION
MONITORING OF PLANNING
EFFICACY & SAFETY PROCUREMENT

CONSUMING &
INFORMATION PROCUREMENT

ADMINISTRATION STORING
& INFORMATION

DISPENSING
& INFORMATION DISTRIBUTION
PRESCRIBING
& INFORMATION
PHISICIAN’S ROLE PHARMACIST’S
ROLE

10 NURSE’S ROLE PATIENT’S ROLE


KOMUNIKASI EFEKTIF DAN TERAPETIK

 Komunikasi efektif adalah menambah efek positif


atau efektivitas komunikasi serta membawa
perubahan pada diri komunikan (penerima) yang
sesuai dengan keinginan komunikator
 Komunikasi terapeutik adalah komunikasi
interpersonal yang direncanakan secara sadar,
ditujukan untuk proses pemulihan atau terapi
tertentu yang bertujuan untuk kesembuhan pasien.
KOMUNIKASI EFEKTIF DAN TERAPETIK

 Komunikasi antara apoteker dan perawat : apoteker akan


melakukan PIO kepada perawat tentang obat-obatan yang akan
diberikan kepada pasien, PIO akan membantu perwat dalam hal
pemberian obat kepada pasien guna untuk pemeriksaan sedian
terhadap kompatibilitas bahan obat dan pelarut, pemeriksaan ED,
menghindari kesalahan-kesalahan dalam pencampuran obat, dan
dosis.
 Komunikasi antara apoteker dan dokter : dokter mengkonfirmasi
mengenai obat-obatan yang akan diberikan kepada pasien, baik
dari konsentrasi (sediaan admixture) , bahan additive, dosis.
Apoteker akan memberikan assesment terlebih dalulu terkait RM
dan riwayat pasien( riwayat pengobatan, riwayat penyakit dan
alergi obat ), sehingga AP memberikan informasi obat (PIO).
KOMPETENSI APOTEKER
Menurut SKAI terdapat 9 lingkup standar kompetensi yang harus dimiliki oleh apoteker, yaitu:
1. Mampu Melakukan Praktik Kefarmasian Secara Profesional dan Etik
2. Mampu Menyelesaikan Masalah Terkait Dengan Penggunaan Sediaan Farmasi
3. Mampu Melakukan Dispensing Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan
4. Mampu Memformulasi dan Memproduksi Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan sesuai
Standar Yang Berlaku
5. Mempunyai Keterampilan Dalam Pemberian Informasi Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan
6. Mampu Berkontribusi Dalam Upaya Preventif dan Promotif Kesehatan Masyarakat
7. Mampu Mengelola Sediaan Farmasi Dan Alat Kesehatan Sesuai Dengan Standar Yang
Berlaku
8. Mempunyai Ketrampilan Organisasi dan Mampu Membangun Hubungan Interpersonal
Dalam Melakukan Praktik Kefarmasian
9. Mampu Mengikuti Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Yang Berhubungan
Dengan Kefarmasian
PEMBAHASAN
berdasarkan PERMENKES NO. 58
tahun 2014
Permasalahan Penyelesaian
Di IGD tidak terdapat apoteker untuk Idealnya di ruang IGD perlu adanya seorang farmasis. Tugas dari
pasien IGD farmasis antara lain melakukan rekonsiliasi obat terhadap pasien
atau keluarga pasien meliputi:
• obat apa saja yang pernah dikonsumsi
• obat apa yang sedang dikonsumsi
• pasien atau keluarga pasien sedang membawa obat apa saja dari
rumah ke rumah sakit
• menanyakan alergi pasien terkait dengan penggunaan obat
hal ini dilakukan untuk menghindari adanya pemberian terapi ganda
atau double kepada pasien
Apoteker memberikan obat yang ada Karena obat-obatan yang diresepkan dokter merupakan obat
di resep kepada keluarga pasien dan dengan penggunaan khusus yaitu injeksi, seharusnya obat langsung
menyampaikan bahwa obat diberikan diberikan kepada perawat oleh seorang farmasis kepada perawat
kepada perawat IGD tanpa adanya dengan memberikan KIE (Komunikasi Edukasi Informasi) terkait rute ,
konseling kepada perawat terkait frekuensi, dan lama penggunaan obat
pemberian obat injeksi
Dokter penanggungjawab visit pasien Seharusnya apoteker ikut serta dalam melakukan visit hal ini bertujuan
hanya didampingi dokter jaga dan untuk memonitoring penggunaan obat oleh pasien bersama dokter
perawat tanpa apoteker dan perawat, dan memonitoring efek samping yang mungkin muncul
INSTALASI FARMASI dan DEPO
FARMASI
 Instalasi farmasi rumah sakit (IFRS) merupakan suatu
departemen atau unit bagian di RS dibawah pimpinan
Apoteker dan dibantu oleh beberapa apoteker yang
bertanggung jawab atas seluruh pelayanan
kefarmasian yang terdiri atas pelayanan paripurna
mencakup perencanaan , pengadaan produksi,
penyimpanan perbekalan kesehatan/sediaan farmasi,
dispensing obat berdasarkan resep bagi penderita
rawat tinggal dan rawat jalan, pengendalian mutu dan
pengendalian distribusi dan penggunaan seluruh
perbekalan kesehatan dirumah sakit serta pelayanan
farmasi klinik umum dan spesialis.
Selain kebutuhan Apoteker untuk Pelayanan Kefarmasian di rawat inap
dan rawat jalan, diperlukan juga masing-masing 1 (satu) orang
Apoteker untuk kegiatan Pelayanan Kefarmasian di ruang tertentu,
yaitu:
1. Unit Gawat Darurat;
2. Intensive Care Unit (ICU)/Intensive Cardiac Care Unit
(ICCU)/Neonatus Intensive Care Unit (NICU)/Pediatric Intensive Care Unit
(PICU);
3. Pelayanan Informasi Obat;

(Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 58


Tahun 2014 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian Di
Rumah Sakit)
DEPO FARMASI IGD

Perawat membawa
PX memperleh
Pasien MRS (IGD) resep ke depo farmasi
tindakan dan resep
IGD

Dispensing kpd Diterima oleh Apoteker


Pelayanan AP
Perawat jaga IGD

Perawat
Tindakan kepada
memberikan kpd
pasien
dokter
Farmasi klinik
 Pemberian informasi obat
 Konseling pasien rawat jalan
 Konseling pasien rawat inap
 Konsultan team medis
 Visite mandiri ke ruang perawatan
 Visite bersama dengan team medis
 Pembuatan leaflet obat, newsletter, poster
 Pencampuran obat kanker
 Penelitian
 Bimbingan praktek kerja lapangan
 Pemantauan penggunaan obat
Metode Distribusi Obat untuk Pasien
Rawat Inap
Sistem floor stock lengkap
suatu sistem pengelolaan dan distribusi
obat sesuai resep dokter, pada resep obat yang
disiapkan oleh perawat dan persediaan obatnya
juga berada di ruang perawat dan
langsung diberikan pada pasien diruang rawat inap
tersebut.
Mengapa DPJP meng-adviskan O2
nasal, infus KN3B?
 Pada kasus ini pasien  tidak sadar  tanda
dehidrasi berat (Buku Saku Lintas Diare, 2011).
 Pemberian O2  untuk memenuhi suplai oksigen untuk
penanganan awal pada ABC. Tanda-tanda darurat
untuk menggunakan oksigen dijelaskan dalam
pedoman WHO salah satunya adalah tanda-tanda
dehidrasi berat pada anak dengan diare dengan
dua dari tanda-tanda berikut: letargi atau tidak
sadar, mata cekung, kulit susah kembali setelah dicubit
(Buku Saku Pelayanan Kesehatan Anak Di Rumah
Sakit)
 Infus KN3B  seharusnya diberikan untuk terapi rumatan atau
dehidrasi ringan-sedang karena mengandung elektrolit, air dan
glukosa. Seharusnya untuk penanganan awal diberikan RL 100ml/kg
BB, 30% diberikan dalam waktu 1 jam dan sisanya untuk 5 jam.
 Pada kasus ini pasien  tidak sadar  tanda dehidrasi berat (Buku
Saku Lintas Diare, 2011).
 Tata laksana dalam penanganan pasien dehidrasi berat 
diberikan cairan rehidrasi parenteral dengan ringer laktat atau
ringer asetat 100 ml/kg BB (PPM Ikatan Dokter Anak Indonesia,
2009).
 Umum <12 bulan : 30 ml/kg BB dalam 1 jam pertama, dilanjutkan
70 ml/kg BB dalam 5 jam berikutnya (PPM Ikatan Dokter Anak
Indonesia, 2009).
Berapakah dosis Ranitidine dan
metamizol (Dosis dan Rute).
 dosis ranitidin  3x250 mg tidak sesuai untuk
bayi 8 bln
 Dosis seharusnya (BNF for children 2011-2012) :

 Rute pemberian: IV
• Dosis metamizol  3x250 mg  tidak sesuai untuk bayi 8 bln
• Dosis metamizol/dipyrone (Optaling Injection, 2011)

Composition
Each ampoule of 2 ml
contains:
Active Ingredient
Dipyrone 1 g

• Rute pemberian : pH 6,7 sehingga tidak sakit jika diberikan secara


IM
Sumber Pediatric Dosage : pharmacologic Management
LAMPIRAN
Terapi O2
 Indikasi utama : hipoksemia→ PaO2 arteri <60 mmHg atau SaO2<90%
Normal :
PaO2  80-100 mmHg
SaO2  >95%
 Kondisi lain misalnya:
a. Gagal napas
b. Gangguan jantung
c. Kelumpuhan alat ernapasan
d. Perubahan pola napas
e. Keadaan gawat
f. Trauma paru
g. Metabolism yan meningkat
h. Post operasi
i. Keracunan karbonmonoksida
Metode Pemberian Oksigen Pada Bayi Dan Anak Menurut Who
Macam-macam Infus Ka-en (Mims Elktronik)
KA-EN 1B KA-EN 3A KA-EN 3B KA-EN MG3 KA-EN 4A KA-EN 4B

Komposisi Per L Na 38.5 Per L Na 60 meq, Per L Na 50 mEq, Per L Na 50 mEq, Per L Na 30 mEq, Per L Na 30 meq,
mEq, Cl 38.5 mEq, K 10 meq, Cl 50 K 20 mEq, Cl 50 K 20 mEq, Cl 50 Cl 20 mEq, lactate K 8 meq, Cl 28
glucose 37.5 g. meq, lactate 20 mEq, lactate 20 mEq, lactate 20 10 mEq, glucose 40 meq, lactate 10
meq, glucose 27 mEq, glucose 27 mEq, glucose g. meq, glucose 37.5
g. g. 100 g. g.
Indikasi Menyalurkan atau Menyalurkan atau Menyalurkan atau Ketidakseimbang Suplai cairan & Suplai cairan &
mengganti cairan memelihara memelihara an karbohidrat & elektrolit utk bayi & elektrolit utk bayi
& elektrolit pada keseimbangan air keseimbangan air elektrolit pada anak <3 tahun & anak <3 thn
kondisi spt: & elektrolit pada & elektrolit pada keadaan atau BB <15 kg. atau BB <15 kg.
dehidrasi pada keadaan dimana keadaan dimana insufisiensi
pasien yang asupan makanan asupan makanan asupan makanan
kekurangan tidak cukup atau per-oral tdk per oral,
karbohidrat, tidak dapat mencukupi atau prosedur
penyakit yg belum diberikan secara tdk mungkin pembedahan,
diketahui per oral. neonatologi,
penyebabnya, pra asidosis
& pasca operasi. diabetikum.
Dosis/Cara Dewasa 500- Dewasa & anak Dewasa & anak 500-1000 mL pd Dosis disesuaikan Dosis disesuaikan
Penggunaan 1000 mL dg infus ≥3 thn atau BB ≥3 thn atau BB 1 x pemberian menurut kondisi, menurut kondisi,
IV drip. ≥15 kg 50-100 ≥15 kg 500- secara perlahan umur & BB. umur & BB pasien.
Kecepatan infus: mL/jam. 1000 mL pd 1 x infus IV drip.
Dewasa 300-500 pemberian scr IV
mL/jam. Anak ≥3 drip.
thn atau BB ≥15
kg 50-100
mL/jam.
KA-EN 1B KA-EN 3A KA-EN 3B KA-EN MG3 KA-EN 4A KA-EN 4B

Kontraindikasi Hiponatremia. Hiperkalemia, Hiperkalemia, Hiperkalemia, Na berlebih, Muatan natrium


Pasien dlm oliguria, penyakit oliguria, penyakit oliguria, penyakit hati yang berlebihan,
keadaan koma Addison, luka Addison, luka penyakit berat, sindrom cedera hati berat,
akibat insulin. bakar berat & bakar berat & Addison, luka malabsorpsi sindrom
azotemia, azotemia. bakar berat & glukosa-galaktos malabsorpsi
kelebihan Na, Kelebihan Na, azotemia. glukosa-
sindroma sindrom Aritmia jantung. galaktosa, aritmia
malabsorpsi malabsorpsi jantung,
glukosa- glukosa- hiperkalemia,
galaktosa, cedera galaktosa. oliguria, peny
hati yang berat, Cedera hati yang Addison, luka
aritmia jantung. berat, aritmia bakar berat &
jantung. azotemia.

Efek Samping Edema otak, Alkalosis; edema Alkalosis; edema Edema otak, Edema serebral, Edema otak,
paru, & jar otak, paru, & otak, paru, & paru, & jaringan pulmonal & paru, & perifer;
perifer; asidosis. perifer; intoksikasi perifer; intoksikasi perifer; perifer; intoksikasi intoksikasi cairan
Intoksikasi air. air & air & intoksikasi air; cairan terjdi pada dapat terjadi
hiperkalemia; hiperkalemia, hiperkalemia, & infus yg berlebihan pada pemberian
tromboflebitis. tromboflebitis. tromboflebitis. khususnya pada infus yang
bayi baru lahir & berlebihan
neonatus; khususnya pada
tromboflebitis bayi baru lahir &
neonatus;
tromboflebitis.
Metamizol
 Indikasi : analgesik-antipiretik
 Iv atau Im (infus kecepatan <1cc/menit)

 3-11 bulan : 5-9 mg/kg/dosis IM

 Dosis max : 150 mg setiap 6 jam

 Kontraindikasi : Hipersensitivitas metamizol,

wanita hamil dan menyusui, pasien bertekanan


darah rendah.
(DIH 17th Edition, 2009)
Dosis Metamizol

Sumber Pediatric Dosage : pharmacologic Management


• Dosis metamizol/dipyrone (Optaling Injection,
2011)
Composition
Each ampoule of 2 ml
contains:
Active Ingredient
Dipyrone 1 g
Perbandingan
Ranitidine
 Indikasi : Terapi jangka pendek dan pemeliharaan
ulkus duodenum, ulkus lambung, gastroesophageal
reflux, ulkus jinak aktif, esofagitis erosif, dan kondisi
hipersekresi patologis; sebagai bagian dari rejimen
untuk pemberantasan H. pylori untuk mengurangi
risiko kekambuhan ulkus duodenum.
 IV : 2-4mg/ Kg/hari setiap 6-8 hari. Dosis maksimal
200mg/day.
 Kontraindikasi : Hipersensitivitas terhadap ranitidine
atau komponen dari formulasi
 pH: 6,7-7,3 (DIH 17th Edition, 2009)
Dosis Ranitidine
Rumus Molekul Ranitidine
Ranitidin dibentuk dari penggantian gugus imidazol dengan
cincin furan, pemasukan gugus dimetilaminoetil pada C4,

penggantian gugus sianoguanidin dengan nitrometenil.

Modifikasi tersebut akan menghasilkan eek samping lebih


kecil dari simetidin

(Kimia Medisinal, 2008).


Rute Pemberian
IM Ranitidine 50mg (2ml) diinjeksikan tanpa pengenceran.

IV Encerkan injeksi 50mg (2ml) dalam larutan NaCl 0,9% atau larutan injeksi IV lain (aqua, karena
harus terlarut sempurna jika tidak bisa menyebabkan emboli; minyak, jika sediaan berupa emulsi
Intermitten maka harus emulsi o/w) hingga diperoleh konsentrasi tidak lebih besar dari 2,5mg/ml (total
volume 20 ml). Kecepatan injeksi tidak lebih dari 4ml/menit (dengan waktu 5 menit).
Bolus
IV Encerkan injeksi 50mg (2ml) dalam larutan dekstrose 5% atau larutan injeksi IV lain, hingga
diperoleh konsentrasi tidak lebih besar dari 0,5mg/ml (total volume 100 ml). Kecepatan injeksi
Intermitten tidak lebih dari 5-7ml/menit (dengan waktu 15-20 meni.

Infusion
IV Infus 150mg ranitidine diencerkan dalam 250ml larutan dekstrose 5% atau larutan injeksi IV lain, dan
diinfuskan dengan kecepatan 6,25mg/jam (atau 10,4 ml/jam) selama 24 jam.
Kontinue

(ISO Vol 48).


Perbandingan
Sediaan I.V

50mg/amp ranitidine HCl


25mg/amp ranitidine HCl Rp. 101.912,00
Rp. 75.000,00
Lanjutan . . .

50mg/2ml ranitidine HCl 25mg/ml ranitidine HCl


Rp. 75.000,00 Rp. 75.000,00

Anda mungkin juga menyukai