Anda di halaman 1dari 42

SKENARIO

BLOK Endokrin Metabolism Nutrition


Kok gemuk
Ana, seorang gadis berusia 21 tahun sudah didignosa menderita rheumatoid
artritis sejak 5 tahun yang lalu. Sejak itu dia secara rutin mengkonsumsi obat
obatan yang diberikan dokter,antara lain analgetik,antiinflamasi golongan
kortikosteroid.

Namun sejak 3 bulan terakhir ini dia mengeluh kenapa badannya terasa lebih
gemuk dan setelah di timbang ternyata ia berat badannya 3 kg. Selain itu, ia
merasa terutama bahu dan pipinya bertambah gemuk sehingga wajahnya
berbentuk bulat. Di samping itu pada kulitnya mulai muncul striae. Karena takut
akan menimbulkan komplikasi yang lebih hebat, dia mengkonsultasikan
penyakitnya keseorang dokter penyakit dalam.
Nama kelompok 11
 1018011012 Igus Ulfa Yaze
 1018011029 Istiqlallia
 1018011032 Abdi Nusa Persada
 1018011049 Deby Ayuza
 1018011072 M Akip Riyan S
 1018011080 Monica Shendy
 1018011097 Rizni Fitriana
 1018011116 Bobby Setiawan
 1018011064 Hilyati Ajrina Amalina
 1018011127 Vicha Annisa
 1018011129 Yulia Dewi Asmariati
Rumusan Masalah
1. Obat kortikosteroid
2. Fisiologi kelenjar adrenal
3. Penyakit yang di pengaruhi akibat
gangguan kelenjar adrenal
a. Cushing disease
b. Addison disease
Obat kortikosteroid
Kortikosteroid
 Sintetis
 Alami (Korteks adrenal)
a. Zona Glomerulosa  mineralokortikoid
b. Zona Fasikulata  glukokortikoid
c. Zona Retikularis  androgen

1. Mekanisme kerja
 Kortikosteroid mengikat reseptor sitoplasmik
intraseluler pada jaringan target  translokasi
ke dalam nukleus lalu bekerja sebagai faktor
transkripsi  menghidupkan atau mematikan
gen
2. Efek
A. Glukokortikoid
a. Menimbulkan metabolisme perantara normal
- membantu glukoneogenesis, merangsang
katabolisme protein dan lipolisis
b. Meningkatkan resistensi terhadap stres
c. Menurunkan sel darah dalam plasma
- penurunan : eosinofil, basofil, monosit, limfosit
- peningkatan : Hb, trombosit, eritrosit, dan leukosit
pmn
d. Efek anti-inflamasi
e. Mempengaruhi komponen lain sistem endokrin
- umpan balik produksi kortikotropin
f. Efek sistem lain
- lambung : as. Lambung, dll
B. Mineralokortikoid
- membantu kontrol volume cairan tubuh dan
konsentrasi elektrolit, terutama natrium dan kalium

3. Penggunaan terapi kortikosteroid adrenal


a. Insufisiensi adrenokortikal primer (addison’s disease)
b. Insufisiensi adrenokortikal sekunder
- gangguan produksi CRF hipotalamus atau kortikotropin
hipifisis
c. Diagnosis Cushing sindrom
d. Terapi pengganti pada hiperplasia adrenal kongenital (CAH)
e. Menghilangkan gejala peradangan
f. Pengobatan alergi
Kortikosteroid sintetik dan alami
Glukokortikoid kerja Efek anti-inflamasi Retensi garam
pendek ( lk : 8-12 jam)
Hidrokortison 1 1
Kortison 0,8 0,8

glukokortikoid kerja Efek anti-inflamasi Retensi garam


sedang( lk : 16-36 jam)
Prednison 4 0,3
Prednisolon 5 0,8
Metilprednisolon 5 0,5
Triamsinolon 5 0
Lanjutan...
Glukokortikoid kerja Efek anti-inflamasi Retensi garam
lama (lk : 1-3 hari)
Betametason 35 0
Deksametason 30 0
Parametason 10 0

Mineralokortikoid Efek anti-inflamasi Retensi garam


Fludrokortison 10 125
Deoksikortikosteron 0 20
4. Farmakokinetik
a. Absorbsi dan metabolisme
- kortikosteroid mudah diabsorbsi di
sal.pencernaan
- pemberian : iv, im, topikal,aerosol
- didarah 90% diikat protein plasma
- metabolisme dihati dan dieksresi di ginjal
b. Dosis  tergantung masa kerja, tipe
pemberian, dll
(Sumber farmakologi ulasan bergambar)
Fisiologi kelenjar adrenal
KELENJAR ADRENAL
 Terletak di ujung atas tiap ginjal
 Terdiri atas 2 bagian :
1. Bagianluar warna kekunigan  kortisol
2. Bagian medula menghasilkan  adrenalin
(epinefrin) noradrenalin (norepinefrin)
 Sekresi utamanya Glukokortiroid, krn berpengaruh
1. Daya tahan terhadap stress
2. Mendorong metabolisme normal bersama hormon lain
3. Anti peradangan
◦ Sekresi gonadokortikoid
Letak dan struktur kel adrenal

 Kel adrenal terletak di bagian anterior


ginjal
Adrena
l

Cortex
G

Medulla
Fungsi Kelenjar Adrenal
 Mengatur keseimbangan air, elektrolit, dan
geram-garam
 Mengatur/ memengaruhi metabolisme
lemak karbohidrat dan protein
 Memengaruhi aktifitas jaringan limfoid
Secara Struktur & Fungsi :
1. Korteks adrenal :
berasal dari mesoderm  hormon
kortikostreoid
dibagi 3 :
a. Luar (zona glomerulosa) sekresi
mineralokortikoid
b. Tengah (zona fasikulata)glukosa
c. Dalam (zona retikularis) gonado
kortikoid
Adrenal cortex

zg
 Tersusun atas 3 zona
(Arnold. 1866):
◦ Paaling luar zona
zf
glomerulosa
◦ Bagian tengah zona
Faciculata
zr
◦ Bagian dalam zona
reticularis
Hormon Adrenal cortex
Hormon Zona penghasil
Mineralocorticoid: Zona glomerulosa
• Aldosterone
• 11-deoxycorticosterone

Glucocorticoid:
Zona reticularis
• Cortisol (hydrocortisone)
• Cortisone
• Corticosterone

Adrenal Androgen: Zona reticularis


• DHEA
• androstenedione
• 11-hydroxyandrostenedione
Fungsi hormon adrenal cortex

 Aldosterone:
◦ berfungsi menjaga Serum K+ h
Serum Na+ i
keseimbangan ion ACTH

Natrium dalam tubuh


◦ Sekresi dipengaruhi
oleh renin dan
angiotensin
◦ ACTH berperan
memelihara sel-sel
glomerulosa agar
sensitif terhadap
regulator utamanya
Fungsi hormon adrenal cortex
 Glukokortikoid berfungsi dalam
◦ Fisiologis: metabolisme, respon terhadap stres,
metabolisme air
◦ Farmakologis:
 Anti inflamatori,
 Immunorepresif – penting dalam transplantasi
 anti alergi – penghambatan sistesis histamin
 Cortisol
◦ Metabolisme karbohidrat
o Memacu glukoneogenesis di dalam hati
o Menghambat kerja insulin
 Cortisol (lanjutan)
◦ Metabolisme protein
 Menghambat uptake asam amino dan sintesis
protein di dalam hati tetapi pemacu proses
tersebut di dalam hati
 Katabolik protein pada otot, kulit dan tulang
 Kadar berlebihan  glukogenik asam amino
(prekusor glukoneogenesis)
◦ Metabolisme lemak
 Kadar cortisol yang tinggi: meningkatkan daya
kerja somatotropin dan catecholamine dalam
lipolisis
 meningkatkan mobilisasi asam lemak
 Bila kadar cortisol berlebihan  penimbunan
lemak pada wajah dan daerah truncal
2. Medulla
Bersal dari ektoderm menghasilkan
hormon adrenalin dan noradrenalin
• Disintesis oleh medula adrenal
• Disebut juga epinefrin & norepinefrin
• Simpatomimetik  pengaruh menirukan
yang dihasilkan oleh bgn simpatetik ANS.
Sprti : glukortikoid dari adrenal =
membantu tubuh melawan stress
Nor-epinefrin
. yang ada dalam sirkulasi darah menyebabkan
konstriksi seluruh pembuluh darah tubuh. Hal ini
menyebabkan peningkatan aktivitas jantung, penghambatan
saluran gastrointestinal, dan pelebaran pupil mata.
 Epinefrin menimbulkan efek yang kurang lebih sama dengan
nor-epinefrin. Perbedaan yang bisa dicatat adalah:
1. Epinefrin mempunyai efek metabolik 5 – 10 kali lebih besar
daripada nor-epinefrin. Akibatnya, perangsangan terhadap
jantung juga menjadi lebih besar.
2. Efek epinefrin dalam mengkontriksikan pembuluh darah
dalam otot lebih lemah dibanding nor-epinefrin.

Penyakit Korteks Adrenal
CUSHING SYNDROME
Cushing syndrome adalah kumpulan gejala
yang disebabkan oleh
hiperadrenokortisisme akibat neoplasma
korteks adrenal atau adenohipofisis, atau
asupan glukokortikoid yang berlebihan.
Klasifikasi dan Etiologi
SINDROM CUSHING
TERGANTUNG ACTH
Hipersekresi ACTH  hiperplasia
zona fasikulata dan retikularis korteks
adrenakorteks adrenal  hipersekresi
adrenokortikal.
Peninggian kadar adrenokortikotropik
dan glukokortikoid dalam darah.
b. Sindrom ACTH ektopik
Merupakan sindrom cushing yang penyebab
primernya berupa tumor jaringan
nonendokrin yang mensekresi secara
berlebihan ACTH atau zat yang mempunyai
aktivitas seperti ACTH.
Sindrom CRH ektopik: sekresi CRH
berlebihan hipersekresi ACTH.
Tumor paru, timus, pankreas, tiroid, ovarium
SINDROM CUSHING TIDAK
TERGANTUNG ACTH
 Tidak ditemukan adanya pengaruh sekresi
ACTH terhadap hipersekresi
glukokortikoid.
 Sekresi glukokortikoid tidak berada di
bawah jaras hipotalamus-hipofisis.
 Kadar glukokortikoid darah meningkat.
 ACTH menurun.
Gejala klinis:
 Penumpukan jaringan adiposa pada bagian-bagian tertentu:
◦ Moon face : wajah
◦ Buffalo hump : daerah antara kedua tulang belikat
◦ Mesenterik : obesitas badan
 Striae pada kulit
 Hipertensi ringan
 Kelemahan dan kelelahan akibat adanya mobilisasi jaringan ikat
perifer
 Osteoporosis akibat berkurangnya endapan protein pada tulang
 Kenaikan kadar gula darah
 Perubahan emosional (labil)
 Hirsutisme (penumbuhan bulu wajah yang berlebihan)
Diagnosis
1. Pemeriksaan kadar kortisol plasma
◦ Normal: Pagi hari 5-25 μg/dL
Malam hari menurun menjadi 50 %
◦ Sindrom Cushing:
Pada malam hari kadarnya tidak menurun
atau tetap.
◦ Tidak dapat digunakan pada anak usia < 3
tahun
2. Pemeriksaan kadar kortisol bebas atau 17-
hidroksikortikosteroid dalam urin 24 jam
◦ Sindrom Cushing:
kadar kortisol bebas atau 17- hidroksikortikosteroid
dalam urin 24 jam meningkat.
3. Tes supresi adrenal ( tes supresi deksametason
dosis tunggal)
23.00: Deksametason 0,3 mg/m2 diberikan per oral
08.00: Periksa kadar kortisol plasma
Normal: kortisol plasma < 5μg/dl
Cushing: kortisol plasma > 5 μg/dL
Penatalaksanaan
Pengobatan Cushing syndrome terdiri atas:
 Pengangkatan tumor adrenal atau mengurangi
sekresi ACTH bila dimungkinkan. Tumor hipofisis
kadang dapat diangkat dengan tindakan operasi
atau dapat dirusak dengan cara radiasi.
 Obat yang dapat menghambat steroidogenesis
seperti metirapon, ketokonazol, dan
aminoglutemid, atau yang menghambat sekresi
ACTH seperti anatagonis serotonin dan inhibitor
transaminase-GABA dapat pula dilakukan bila
pembedahan tidak dapat dilakukan.
Addison disease

 Penyakit Addison adalah: penyakit yang


terjadi akibat fungsi korteks tidak adekuat
untuk memenuhi kebutuhan pasien akan
hormone-hormone korteks adrenal
Causes of adrenal insufficiencyprimary adrenal
insufficiency

adrenal insufisiensi primer :


Masalah karena gangguan pada kelenjar adrenal sendiri.

insufisiensi adrenal sekunder:


karena tidak kuatnya sekresi ACTH oleh kelenjar
hipofisis
Diff. between primary & secondary:
Primary adrenal ins. Secondary
(↑ACTH) (↓ACTH)
Glucocorticoid insufficiency Glucocorticoid insufficiency
Mineralocorticoid insufficiency normal
Clinical manifestations of
chronic adrenal insufficiency

symptoms Frequency
Lemah,kelelahan 100

Anorexia 100
Gastrointestinal symptoms 92

Postural dizziness 6 -13


Otot dan nyeri sendi 12
Clinical manifestations of
chronic adrenal insufficiency

Laboratory abnormality Frequency


Hyponatremia 88
Hyperkalemia 64
Hypercalcemia 6
Azotemia 55
Anemia 40
Eosinophilia 17
Penatalaksanaan
Medik
- Prednison (7.5 mg/hari) dalam dosis terbagi diberikan untuk terapi
pengganti kortisol

- Fludrokortison: 0,05-0,1 mg per oral dipagi hari

- Terapi darurat ditujukan untuk mengatasi syok, memulihkan


sirkulasi darah, memberikan cairan, melakukan terapi penggantian
kortikosteroid. Hidrokortison (Solu-Cortef) disuntikkan secara
intravena yang kemudian diikuti dengan pemberian infuse dekstrosa
5% dalam larutan normal saline.
- Antibiotik dapat diberikan jika infeksi memicu krisis adrenal pada
penderita insufisiensi kronis adrenal

- Asupan per oral dapat dimulai segera setelah pasien dapat


menerimanya.

- Jika kelenjar adrenal tidak berfungsi kembali , pasien memerlukan


terapi penggantian perparat kortikosteroid dan mineralokortikoid
seumur hidup untuk mencegah timbulnya kembali insufisiensi
adrenal serta krisis addisonian pada keadaan stress atau sakit.
Daftar Pustaka

 Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Balai Penerbit FKUI. 2005
 Harrison’s Principle of Internal Medicine. 16th Edition. 2003
 BARZON L et al: Risk factors and long-term follow-up of adrenal
incidentalomas. J Clin Endocrinol Metab 84:520, 1999
 COOPER MS et al: Current concepts: Corticosteroid insufficiency in
acutely ill patients. N Engl J Med 348: 727, 2003
 NEWELL-PRICE J et al: Diagnosis and management of Cushing’s syndrome.
Lancet 353:2087, 1999
 PITT B et al: Eplerenone, a selective aldosterone blocker, in patients with
left ventricular dysfunction after myocardial infarction. N Engl J Med 348:
1309, 2003
 YOUNG WF: Minireview: Primary aldosteronism—chang changing
concepts in diagnosis and treatment. Endocrinology 144:2208, 2003

Anda mungkin juga menyukai