Anda di halaman 1dari 26

KONSELING

Konseling:
 suatu cara bekerja dengan orang,
dimana anda berusaha untuk
mengerti bagaimana perasaan mereka
dan membantu mereka untuk
menentukan apa yang akan dilakukan
(WHO, 2003).
KONSELING

 Pasien perlu meningkatkan pemahaman mengenai diri


pasien itu sendiri maupun masalah kesehatan yang
sedang dihadapinya.
 Dengan pemahaman itu, pasien diharapkan dapat
memutuskan sendiri hal yang terbaik untuk dirinya
 Suatu upaya yang bermaksud memandirikan pasien
dalam mengambil keputusan yang terbaik bagi dirinya
dikenal dengan nama pelayanan konseling
(counseling services).
BATASAN KONSELING
 Konseling adalah suatu komunikasi tatap muka untuk
membantu penderita untuk menetapkan pilihan atas
dasar pemahaman yang lengkap tentang dirinya serta
masalah kesehatan yang sedang dihadapi secara
mandiri (AVSC, 1995).
 Konseling adalah suatu bentuk wawancara untuk
membantu orang lain memperoleh pengertian yang
lebih baik mengenai dirinya dalam usahanya untuk
memahami dan mengatasi permasalahan yang sedang
dihadapinya (Sadli, 1988).
 Konseling tidak sama dengan motivasi. Pada konseling,
terbentuknya sikap dan perilaku tertentu adalah atas
dasar keputusan yang mandiri, sedangkan pada
motivasi, keputusan ditentukan secara sepihak oleh
dokter.
KARAKTERISTIK KONSELING
 Konseling dilakukan dalam bentuk komunikasi tatap muka secara
langsung. Karakteristik seperti ini membedakan konseling
dengan komunikasi biasa

 Percakapan pada konseling adalah dalam rangka membantu


penderita dalam memahami diri sendiri serta penyakit yang
sedang diderita. Karakteristik yang seperti ini membedakan
konseling dengan wawancara biasa

 Pengambilan keputusan pada konseling dilakukan sendiri oleh


penderita. Karakteristik yang seperti ini membedakan konseling
dengan motivasi
MANFAAT KONSELING
 Meningkatkan pemahaman pasien tentang dirinya serta masalah
kesehatan yang sedang dihadapinya sehingga pasien akan dapat
menyesuaikan sikap dan perilakunya sedemikian rupa sehingga
tidak memperberat keadaan penyakit.

 Meningkatkan kepercayaan diri pasien dalam menghadapi


penyakit yang sedang diderita karena akan besar peranannya
dalam mempercepat proses penyembuhan penyakit.

 Meningkatkan kemandirian pasien dalam menghadapi penyakit


yang sedang diderita. Kemandirian yang seperti ini dipandang
penting, karena akan besar peranannya dalam mendorong
munculnya tanggung jawab dalam menghadapi penyakit yang
sedang diderta.
FAKTOR-FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI KONSELING
 Sarana Konseling
Suatu pelayanan konseling yang buruk akan menghambat keterbukaan
pasien dan dapat menimbulkan rasa takut, gelisah ataupun khawatir.
Apabila keadaan memang memungkinkan, sangat dianjurkan pelayanan
konseling tersebut dapat dilaksanakan dalam ruangan yang terjaga
privacynya.

 Suasana Konseling
Perlu diciptakan suasana konseling yang baik sehingga dapt membantu
munculnya kepercayaan dan keterbukaan pasien terhadap dokter.
Pelayanan konseling yang dilaksanakan dalam suasana tertekan, marah-
marah atau tidak bersungguh-sungguh, bukanlah pelayanaan konseling
yang baik karena tidak akan membantu munculnya kepercayaan dan
keterbukaan pasien terhadap dokter.
 Pelaksana Konseling
Tenaga pelayanan yang baik dapat menimbulkan kepercayaan dan
keterbukaan pasien, juga dapat menyampaikan pelbagai
penjelasan tentang masalah kesehatan, tanpa maksud menggurui,
sesuai dengan kebutuhan pasien.

Tenaga pelaksana konseling yang baik memang harus memiliki


beberapa persyaratan khusus, yaitu:
 mempunyai minat yang besar untuk menolong orang lain.
 Bersikap terbuka dan bersedia menjadi pendengar yang baik
terhadap pendapat orang lain
 Mampu menunjukkkan empati dan menumbuhkan
kepercayaan serta peka terhadap keadaan dan kebutuhan
pasien.
 Mempunyai daya pengamatan yang tajam serta memiliki
kemampuan untuk mengenal dan mengatasi masalah yang
dihadapi pasien.
TATA CARA PELAYANAN
KONSELING
1. menyampaikan salam (greet)
2. mengajukan pertanyaan dan menilai (ask and asset)
3. menyampaikan uraian (Tell)
4. membantu pasien mengambil keputusan (help)
5. menyampaikan penjelesan selengkapnya tentang
pelbagai aspek yang terkait dengan keputusan yang
telah diambil (explain)
6. merujuk pasien dan menjelaskan kunjungan ulang
(refer and return)
Langkah-langkah dalam melakukan
konseling: GATHER
1. G: GREET = sapa
2. A: ASK = tanya
3. T: TELL = sebutkan
4. H: HELP = bantu
5. E: EXPLAIN = jelaskan
6. R: RETURN and REFER = kontrol
ulang dan rujuk
G = Greet client warmly
 Sambut klien secara terbuka dan ramah, tanamkan
keyakinan penuh, katakan juga bahwa tempat pelayanan
ini bersifat pribadi dan rahasia, sehingga calon akseptor
dapat mendiskusikannya dengan terbuka.
 Tanyakan kepada calon akseptor apa yang perlu dibantu
serta jelaskan pelayanan apa saja yang dapat
diperolehnya.
 Gunakan keterampilan komunikasi non verbal (seperti:
tersenyum, salam calon akseptor, isyarat tangan untuk
mempersilahkan duduk).
 Selamat sore ibu, saya dr. A, silahkan duduk
 Nama ibu siapa?
 Umur berapa?
 Jumlah anak?
 Alamat?
A = Ask client about themselves
 Tanyakan calon akseptor tentang pengalamannya
dengan alat KB dan kesehatan reproduksi, tujuan,
kepentingan harapan serta keadaan kesehatan dan
kehidupan keluarganya.
 Tanyakan pula apakah telah ada metoda yang diinginkan
oleh calon akseptor.
 Berikan perhatian kepada calon akseptor apa yang
disampaikan calon akseptor sesuai dengan kata-kata,
gerak isyarat dan caranya.
 Kita menyikapi dan mencoba menempatkan diri pada
posisi calon akseptor
1. Menanyakan permasalahan calon akseptor
sehubungan dengan KB.
 Apa yang bisa saya bantu, Bu? Apa tujuan ibu
datang ke sini?
 Informasi apa yang ibu butuh? Saya akan berusaha
untuk memberikan informasi tersebut
2. Menanyakan kepada calon akseptor mengenai
pengalaman tentang alat KB sebelumnya dan
kesehatan reproduksinya.
 Menggunakan keterampilan bertanya
“Bisa ibu ceritakan alat KB apa yang pernah ibu
pakai sebelumnya? (pertanyaan terbuka)
Berapa lama ibu menggunakannya?’’
 Melakukan refleksi balik/paraphrasing.
“Ibu tadi mengatakan bahwa ibu pernah memakai
KB pil, bisa ibu ceritakan lebih lanjut apa masalah
yang ibu hadapi?”
 melakukan komunikasi non verbal (tatapan mata,
mimik wajah, menunjukkan empati) (Bagaimana
perasaan ibu sekarang?)
 Saya mengerti kekhawatiran ibu, apakah sekarang ibu
sudah punya pilihan alat kontrasepsi lainnya? Apakah
ibu pernah mendengar informasi mengenai alat
kontrasepsi lain selain pil?
T : Tell client about choice
 Beritahu pilihan solusi dari masalah yang
dihadapinya
 Sebutkan tentang metode KB yang dipilihnya,
fokuskan perhatian kepada metoda yang dipilih
klien. Tetapi ajukan dan jelaskan pula metoda
lain
 ”Sepertinya pengetahuan ibu tentang metode spiral
sudah cukup baik. Betul Bu, dengan spiral haid ibu
akan teratur setiap bulannya, dan metode itu bisa
dipasangnya untuk 10 tahun”(berikan pujian)
 Menjelaskan metode KB lainnya.
”Baiklah bu saya akan coba menjelaskan
beberapa macam alat kontrasepsi ... (sambil
menjelaskan beberapa alat kontrasepsi,
keunggulan dan kelemahannya sambil
menggunakan alat peraga berupa alat-alat
kontrasepsinya dan melakukan komunikasi non
verbal: tatapan mata, mimik wajah,
menunjukkan empati)
H : Help client make an informed choices
 Bantu membuat pilihan yang tepat, dorong ia
mengemukakan pendapatnya dan ajukan beberapa
pertanyaan, apakah metoda KB tersebut memenuhi
kriteria medis, apakah suaminya mendukung
keputusannya, jika mungkin bicarakan dengan keduanya
 Bagaimana bu, apakah ibu sudah mengerti tentang
berbagai alat kontrasepsi yang saya jelaskan?
 Apakah ada keterangan saya yang tidak ibu mengerti?
 Bagaimana kira-kira pendapat suami ibu, kalau ibu
memutuskan untuk berKB kembali?’’
 Tanyakan metoda apa yang calon akseptor
putuskan untuk digunakan.

 ”Setelah ibu mendengarkan uraian saya tentang


beberapa alat kontrasepsi beserta efek
sampingnya, metode mana yang mungkin paling
sesuai buat ibu?”
E : Explain fully how to use
the choosen method
 Jelaskan cara menggunakan metoda pilihannya
setelah calon akseptor memilih jenis
kontrasepsinya
 Jika diperlukan perlihatkan obat/alat
kontrasepsinya.
 Jelaskan bagaimana alat/obat kontrasepsi itu
digunakan dan bagaimana cara penggunaannya.
 Sekali lagi dorong ia berbicara secara terbuka,
jawab pula secara terbuka dan lengkap.
 ”Baiklah, kalau ibu sudah memutuskan untuk
menggunakan spiral, bisa tolong ibu jelaskan mengapa
ibu memilih metode tersebut?”
 ”Pemasangan spiral dapat dilakukan di klinik ini”
 ”Ibu boleh pilih menggunakan spiral 10 tahun”
 ”Kadang ada gangguan dari suami ketika berhubungan
seksual karena tali spiralnya tapi gangguan itu bisa kita
atasi dengan memotong benangnya lebih pendek lagi”
 ”Apakah masih ada hal yang ibu tanyakan ibu tentang
spiral?”
 ”Berdasarkan hasil penelitian tidak ada hubungan
pemakaian spiral dengan kejadian kanker rahim, jadi ibu
tidak usah khawatir akan hal itu.”
R : Return visits should be welcomed
 Kunjungan kembali, bicarakan dan sepakati
kapan calon akseptor kembali untuk follow-up,
melakukan pemeriksaan lanjutan atau
permintaan alat kontrasepsi jika dibutuhkan.
Perlu juga mengingatkan calon akseptor untuk
kembali apabila terjadi suatu masalah.
 Bicarakan dan sepakati kapan calon akseptor
kembali untuk dan selalu mempersilakan calon
akseptor kembali kapan saja.
 ”Kalau sudah tidak ada lagi yang ibu tanyakan, saya
rasa kita dapat melanjutkan dengan pemeriksaan.”
 ”Setelah ada kesepakatan dengan suami dan ibu dapat
menjelaskan pilihan ibu pada suami, maka untuk
pemasangan spiral ibu boleh datang lagi ke sini”
 ”Kalau ada masalah selama pemakaian spiral ibu juga
bisa datang ke sini dan menceritakan keluhan ibu.”
Penutup Konseling
 Melakukan dokumentasi terhadap proses dan
hasil akhir dari konseling
 Meyakinkan kepada calon akseptor tentang
metode KB yang telah dipilihnya
 Menutup konseling dan mengucapkan terima
kasih.
 ”Jadi masalah haid ibu yang berkepanjangan
akibat mengkonsumsi pil KB itu, mudah-mudah
dapat diatasi dengan pilihan ibu terhadap KB
spiral ini.”
 ”Terima kasih bu untuk kunjungannya, sampai
berjumpa kembali”

Anda mungkin juga menyukai