Anda di halaman 1dari 23

1. Perubahan Iklim

Pada 2007, IPCC melaporkan bahwa suhu rata-rata bumi jelas
menandakan pemanasan (IPCC2007b). Beberapa baris
menunjukkan bukti ilmiah bahwa rata-rata suhu permukaan
global bumi telah meningkat 0,75° C sejak 1850 (titik awal
untuk jaringan global pengukuran suhu bumi).

 Gambar 1. Perubahan suhu permukaan global bumi telah meningkat


0,75° C sejak 1850

Tren global suhu. Peta atas menunjukkan rata-rata perubahan suhu per
dekade 1870-2005. Suhu di daerah oranye tampak naik antara 0,1 -0.2 C per
dekade, sehingga mereka rata-rata 1,35 untuk 2.7 C lebih hangat di tahun 2005
dibandingkan tahun 1870. Peta bawah menunjukkan rata-rata perubahan suhu
per dekade 1950-2005. Daerah di merah tua tampak kenaikan suhu rata-rata
pada lebih dari 0.4 C per dekade, sehingga mereka rata-rata lebih dari 2 C
hangat di tahun 2005 dibandingkan tahun 1950. (Sumber: Joint Institute for the
Study of the Atmosphere and Ocean, University of Washington).
Menurut NASA Goddard Institute for Space Studies, telah
terjadi delapan tahun terpanas dalam 100 tahun terakhir sejak 1998

Selama paruh kedua abad ke-20, lautan juga menjadi lebih hangat.
Perairan laut yang lebih hangat menyebabkan es laut mencair,
memicu pemutihan karang, mengakibatkan banyak spesies
pergeseran rentang geografis mereka, banyak spesies lain
mengalami stress yang tidak dapat pindah ke tempat lain,
berkontribusi terhadap kenaikan permukaan laut.

 Perubahan iklim telah memicu mencairnya es kutub yang
menyebabkan permukaan air air laut meningkat. Tidak hanya suhu
hangat menyebabkan gletser dan es mencair tanah (menambah
volume yang lebih untuk lautan), tetapi air laut juga memperluas
volume dan menghangatkan. Permukaan laut global rata-rata
meningkat sebesar 1,7 mm / tahun selama abad 20, tetapi sejak
pengukuran satelit dimulai pada tahun 1992, telah naik 3,1 mm /
tahun (IPCC 2007a).

Perubahan suhu rata-rata global meliputi darat
dan permukaan laut pada bulan Juni 2014 kenaikan
mencapai rekor tertinggi berkisar 16,22 derajat Celcius.
Suhu ini diatas rata-rata yang terjadi pada bulan Juni
abad ke-20 yang sebelumnya hanya mencapai rata-rata
15,5 derajat celcius. Rekor tertinggi sebelumnya terjadi
pada Juni 2010 yang meningkat 0,03 derajat Celcius.
Perbandingan data menunjukkan, 9 dari 10 data cuaca
bulan Juni terpanas terjadi selama abad ke-21, termasuk
perubahan suhu bulan Juni lima tahun terakhir.

Berikut ini dampak-dampak perubahan global
warming atau iklim terhadap berbagai segi kehidupan :

a. Dampak Terhadap Kenaikan Muka Air Laut.

Kenaikan temperatur menyebabkan es dan gletser di Kutub Utara dan


Selatan mencair. Peristiwa ini menyebabkan terjadinya pemuaian massa
air laut dan kenaikan permukaan air laut.
c. Dampak Terhadap Kawasan Pesisir

Dampak dari kenaikan muka air laut dan perubahan iklim


akan mempengaruhi sektor yang sangat luas di wilayah
pesisir. Sistem alami meliputi berbagai bentuk lahan dan
ekosistem, seperti pantai berpasir, pantai berbatu, tebing
(cliffs), dataran pasang surut, terumbu karang, dan lahan
basah termasuk mangrove. Sistem alami ini akan merespon
pemunculan kenaikan permukaan air laut dan perubahan
iklim secara alami, di mana suatu sistem rusak atau bahkan
pada kondisi terburuk akan lenyap.
d. Dampak Terhadap Spesies dan Kawasan Alami.

Perubahan iklim membahayakan kelangsungan spesies



wilayah tropis. Penelitian telah menunjukkan bahwa 30
spesies reptil dan amfibi berpindah menuju tempat yang
lebih tinggi ke ekosistem yang lebih dingin. Ahli Biologi
Christopher Raxworthy dari Museum Amerika untuk
Sejarah Alam mengatakan bahwa pada akhirnya tidak ada
lahan yang lebih tinggi yang tersedia. Dua spesies katak
dan tokek sekarang berada dalam bahaya kepunahan.
2. Dampak Perubahan Iklim terhadap
Ekologi Laut di Indonesia

Perubahan iklim ini dapat memicu beberapa bahaya alam di
lingkungan laut dan pesisir yang diidentifikasi dan dikaji oleh Working
Group I of the Intergovernmental Panel on Climate Change (WG1-IPCC)
sebagai berikut:
 Kenaikan temperatur air laut
 Peningkatan frekuensi dan intensitas kejadian cuaca ekstrim (badai,
siklon)
 Perubahan pola variabilitas iklim alamiah (El-Nino, La-Nina, IPO) yang
menimbulkan bahaya lanjutan berupa:
 Perubahan pola curah hujan dan aliran sungai
 Perubahan pola sirkulasi angin dan arus laut
 Kenaikan muka air laut

1. Tempat dan Waktu

 Tempat : Pantai Suwuk, Kecamatan Puring,
Kebumen
 Waktu: Senin, 15 Desember 2014
2. Cara pengumpulan data
a. Primer
Pantai Suwuk, Kecamatan Puring, Kebumen pada hari
Senin tanggal 15 Desember 2014

b. Sekunder
Mengumpulkan data klimatologi dan data satelit
TRMM (Tropical Rainfall Measuring Mission) untuk daerah
Jakarta selama 10 tahun. Data klimatologi berupa data curah
hujan dan temperatur permukaan bulanan. Data TRMM
digunakan sebagai pembanding nilai data klimatologi secara
spasial.

1. Hasil
Suhu Udara Rata-rata Tahunan PROVINSI DKI
JAKARTA tahun 2012

Curah Hujan Rata-rata Bulanan PROVINSI DKI
JAKARTA tahun 2012


2. Pembahasan
Dari hasil pemantauan suhu yang dilakukan oleh Badan
Meteorologi Klimatologi dan Geofisika pada titik pemanauan
Stasiun Meteorologi Kemayoran bahwa rata-rata suhu udara di

Jakarta setiap bulannya berubah-ubah. Selama tahun 2012 suhu
rata-rata terendah terjadi pada bulan Januari yaitu sebesar
27,7OC dan tertinggi pada bulan Desember yaitu sebesar 30,8OC,
apabila dibandingkan dengan tahun suhu rata-rata terendah
terjadi pada bulan Januari yaitu sebesar 27,4OC dan tertinggi
pada bulan September yaitu sebesar 29,3OC, dan juga apabila
dibandingkan dengan tahun 2010, rata-rata suhu terendah
terjadi pada bulan September dan Desember yaitu 27,4OC dan
tertinggi terjadi pada bulan April yaitu 29,5OC, maka pada
tahun 2012 suhu rata-rata di Provinsi DKI Jakarta telah terjadi
peningkatan baik suhu terendah maupun suhu tertinggi, hal ini
menunjukan bahwa telah adanya peningkatan perubahan iklim
di Indonesia dalam kurun waktu selama 3 tahun.
3. Etika Lingkungan

Menurut Keraf (2002) munculnya masalah lingkungan
hidup adalah masalah moral, persoalan perilaku manusia.
Lingkungan hidup bukan semata-mata persoalan teknis.
Demikian pula, krisis ekologi global yang kita alami dewasa
ini adalah persoalan moral, krisis moral secara global. Oleh
karena itu perlu etika dan moralitas untuk mengatasinya.
4. Kearifan Lokal

Dalam mengurangi dampak yang ditimbulkan akibat
terjadinya perubahan iklim, maka pemerintah provinsi DKI
Jakarta telah menciptakan program-program cinta lingkungan
untuk mengantisipasi permasalahan tersebut diantaranya:
a. Adiwiyata (Green School)
Progran Adiwiyata adalah salah satu program Kementerian
Negara Lingkungan Hidup dalam rangka mendorong
terciptanya ilmu pengetahuan dan kesadaran warga sekolah
dalam upaya pelestarian lingkungan.

b. Green Building
Green Building adalah perencanaan dan pembangunan
gedung atau rumah tinggal dengan menggunakan material
yang tidak banyak menimbulkan efek Global Warming,
sedikit penggunaan/pemakaian energi (baik itu energi
listrik ataupun energi pemanasan atau yang lainnya),
memperhatikan pelestarian lingkungan baik itu dari segi
ekosistem flora & fauna, segi sociality dan lain sebagainya.

Anda mungkin juga menyukai