Oleh :
Asep Kuswandi, M.Kep.Sp.KMB
Tujuan Pembelajaran :
A. Diabetes dan Klasifikasinya
B. Penanganan Diabetes
C. Penanganan Keperawatan
D. Komplikasi Akut Diabetes
E. Komplikasi Kronis Diabetes
F. Proses Keperawatan
A. Defeinisi Diabetes dan Klasifikasinya
1. Definisi Diabetes :
Mrp kelompok penyakit metabolik yg
dikarakteristikan dg peningkatan kadar gula
darah (hiperglikemia) akibat gangguan
sekresi insulin, resistensi insulin atau
keduanya.
Scr normal glukosa bersirkulasi di darah.
Sumber utama glukosa ini adalah absorpsi dari
sal pencernaan dan pembentukkan glukosa
o hati dari substansi makanan.
Insulin, mrp hormon yg dihasilkan o/
pankreas, mengontrol kadar gula darah dg
mengatur produksi dan penyimpanannya.
Pd diabetes, sel2 tdk berespon thd insulin a
pankreas tdk menghasilkan insulin
hiperglikemiakomplikasi metabolik akut
(diabetes ketoasidosis) dan sindroma
hiperglikemia hiperosmolar nonketotik
(HHNS).
Dampak lama dari hiperglikemi mengarah
pd komplikasi makrovaskuler (peny arteri
koroner, peny serebrovaskuler, dan peny
pembuluh periver), komplikasi
mikrovaskuler (peny ginjal dan mata), dan
komplikasi neuropatik (peny saraf).
2. Klasifikasi DM
a. Riwayat
b. Pemeriksaan Fisik
c. Pemeriksaan Lab
d. Rujukan yang Dibutuhkan
a. Riwayat
Simptom berhub dg diagnosis diabetes :
simptom hiperglikemia, simtpom
hipoglikemia : frekunsi, timing, beratnya,
dan resolusi.
Hasil monitoring gula darah.
Status, simptom dan penanganan komplikasi
kronik diabetes: mata, ginjal, saraf,
genitourinaria dan seksual, bladder, dan
GI, jantung, vaskuler perifer, komplikasi
kaki berhub dg diabetes.
Kemampuan u mengikuti diet.
Kepatuhan melakukan latihan.
Kepatuhan menggunakan obat oral atau
insulin.
Penggunaan tembakau, alkohol dan obat-
obat.
Gaya hidup, budaya, psikososial, dan fr
ekonomi dpt mempengaruhi penanganan
diabetes.
Efek diabetes a komplikasinya pd status
fungsional (mobilitas, penglihatan).
b. Pemeriksaan Fisik
TD (duduk, berdiri u mendeteksi perubahan
orthostatik).
Body mass index (TB dan BB).
Pemeriksaan funduskopi dan ketajaman penglihatan.
Pemeriksaan kaki (lesi, tanda2 infeksi, nadi)
Pemeriksaan kulit (lesi dan tempat penyuntikan
insulin).
Pemeriksaan neurologi: pemeriksaan vibrasi dan
sensorik penggunaan monofilamen, refleks tendo
dalam.
Pemeriksaan oral.
c. Pemeriksaan Lab
HgbA1C(A1C) Normal < 8%.
Profil lemak puasa
Tes mikroalbuminuria
Kadar serum kreatinin
Urianalisis
EKG.
d. Rujukan yang Dibutuhkan
Oftalmologi
Podiatry
Dietitian
Edukator diabetes
Yang lainnya bila diperlukan.
B. Penanganan Diabetes
1. Terapi Nutrisi
2. Latihan
3. Monitor KGD dan Keton
4. Terapi Farmakologi
Tempat aksi obat anti diabetes
C. Penanganan Keperawatan
1. Edukasi pasien
2. Pengembandan Rencana
Pembelajaran Diabetes
(pengorganisasian informasi,
Pengkajian kesiapan pembelajaran,
menentukan metoda pengajaran.)
3. Implementasi (Pengalaman
pembelajaran pasien, pengajaran
pasien menggunakan insulin sendiri).
D. Komplikasi Akut Diabetes
1. Hipoglikemia
2. Diabetes Ketoasidosis (DKA).
3. Hyperglicemic hyperosmolar nonketotic
syndroma (HHNS).
E. Komplikasi Kronis Diabetes
1. Komplikasi makrovaskuler
2. Komplikasi mikrovaskuler
3. Masalah tungkai
1. Komplikasi makrovaskuler
Cerebrovascular diseases (CVD)
Masalah Pembuluh darah kaki
Jantung koroner
2. Komplikasi mikrovaskuler
Retinopati
Nefropati
3. Masalah tungkai
50-70% amputasi
ekstremitas bawah
dilakukan pada pasien
dengan diabetes.
50% amputasi ini dipikirkan
bisa dicegah, pasien
diberikan pengajaran cara
foot care dan
mempraktekkannya
sehari-hari.
Ankle ke bawah
saraf dan
pembuluh darah
mengalami
percabangan
kecil-kecil
risiko gangguan
pembuluh
darah gangren
Komplikasi DM yg dpt meningkatkan risiko kaki dan
infeksi meliputi :
1. Neuropati neuropati sensorik mengarah pada
hilangnya sensasi nyeri dan tekanan, dan neuropati
otonom yang mengarah pada peningkatan
kekeringan dan pecah-pecahnya kulit akibat
penurunan sekresi keringat). Neuropati motorik
menyebabkan atrofi muskuler, mengarah pada
perubahan bentuk kaki.
2. Penyakit pembuluh darah perifer: buruknya
sirkulasi perifer pada ekstremitas bawah akan
menghambat penyembuhan luka dan masalah
gangren berkembang.
3. Immunokompromise: hiperglikemia mengganggu
kemampuan leukosit membunuh bakteri. Oleh
karena itu, buruknya kontrol diabetes akan
menurunkan daya tahan melawan infeksi.
Neuropati motorik deformitas kaki
Neuropati sensorik
Neuroiskemik
Rangkaian kejadian pada perkembangan ulkus
kaki diabetes diawali dengan injury jaringan
lunak kaki, pembentukan celah antara jari
atau area kulit kering atau pembentukan
kalus (lihat gambar kalus).
Pasien dengan kaki insensitif tidak akan
merasakan adanya injury berupa suhu (bantal
panas, berjalan tanpa alas pada area panas,
memeriksa suhu air mandi dengan kaki),
kimia (misalnya luka bakar pd kaki akibat
pemakaian obat kimia untuk mengatasi mata
ikan pada kaki, kalus atau bunion) atau
trauma (kulit kaki tersayat saat memotong
kuku, berjalan dengan benda asing yang
tidak terdeteksi pada sepatu, atau memakai
alas kaki atau kaos kaki yang sempit.
Bila pasien tidak biasa memeriksa kedua kakinya, injury
atau celah tidak akan diketahui hingga muncul infeksi
yang serius.
Drainage, pembengkakan, kemerahan pada kaki (pada
selulitis) atau gangren merupakan tanda pertama
masalah kaki dimana pasien tidak mengetahuinya.
Penanganan masalah ulkus kaki meliputi bed rest,
antibiotik dan debridement.
Pengontrolan gula darah yang mana cenderung ketika
infeksi, dan pengontrolan ini penting untuk proses
penyembuhan luka.
Pada pasien yang mengalami penyakit pembuluh darah
vaskuler, luka kaki tidak akan sembuh karena terjadi
penurunan kemampuan oksigen, nutrisi, dan
antibiotik untuk mencapai jaringan injury.
Amputasi penting untuk mencegah perluasan infeksi.
Pengkajian kaki dan anjuran perawatan kaki
penting ketika merawat pasien yang
mengalami risiko infeksi kaki. Beberapa
karakteristik risiko tinggi infeksi kaki
meliputi :
1. Durasi diabetes lebih dari 10 tahun.
2. Usia lebih dari 40 tahun.
3. Riwayat merokok.
4. Penurunan denyut nadi perifer.
5. Penurunan sensasi.
6. Deformitas anatomi atau area tekan
(misalnya bunion, kalus, hammer toes).
Monofilamen (tes rasa pada tungkai Dm)
• Proliferative diabetic retinopathy on
funduscopic examination is shown here. This
is a particularly serious complication in
diabetics that can lead to blindness.
Cataracts of the crystalline lens with opacification, as
shown here, are more frequent in persons with diabetes
mellitus.
• The left anterior descending coronary artery that courses over the
anterior surface of the heart shown here is opened to demonstrate a
recent red-black thrombus filling the lumen in a patient with diabetes
mellitus.
F. Masalah Keperawatan
1. Risiko defisit volume cairan bd poliuria dan
dehidrasi.
2. Ketidakseimbangan nutrisi bd
ketidaksseimbangan insulin, makanan dan
aktiviktas fisik.
3. Defisit pengetahuan ttg skill self care
4. Potensial defisit self care bd gangg fisik a fr
sosial.
5. Cemas bd kehilangan kontrol, takut
ketidakmampuan u mengatasi diabetes,
salah informasi berhub dg diabetes, takut
komplikasi diabetes.
G. Masalah kolaborasi :
1. Overload cairan, edema paru dan
gagal jantung.
2. Hipokalemia
3. Hiperglikemia dan ketoasidosis
4. Hipoglikemia
5. Edema serebral
H. Penanganan Keperawatan
1. Mempertahankan keseimbangan
cairan dan elektrolit
2. Meningkatkan intake nutrisi
3. Mengurangi kecemasan
4. Meningkatkan self care
5. Monitoring dan mengelola potensial
komplikasi
6. Meningkatkan home care