Blok Etika - Pemicu 1 - Jason Lam
Blok Etika - Pemicu 1 - Jason Lam
KEWAJIBAN UMUM
Kode Etika Kedokteran Indonesia 2012
(Tentang Kewajiban Umum)
Pasal 1
• Setiap dokter wajib menjunjung tinggi, menghayati dan
mengamalkan sumpah dan atau janji dokter
Pasal 2
• Seorang dokter wajib selalu melakukan pengambilan
keputusan profesional secara independen, dan
mempertahankan perilaku profesional dalam ukuran yang
tertinggi
Pasal 3
• Dalam melakukan pekerjaan kedokterannya, seorang
dokter tidak boleh dipengaruhi oleh sesuatu yang
mengakibatkan hilangnya kebebasan dan kemandirian
profesi
Kode Etika Kedokteran Indonesia 2012
(Tentang Kewajiban Umum) Cont...
Pasal 4
• Seorang dokter wajib menghindarkan diri dari perbuatan yang
bersifat memuji diri
Pasal 5
• Setiap perbuatan atau nasihat dokter yang mungkin melemahkan
daya tahan psikis maupun fisik, wajib memperoleh persetujuan
pasien/keluarganya dan hanya diberikan untuk kepentingan dan
kebakan pasien tersebut
Pasal 6
• Setiap dokter wajib senantiasa berhati-hati dalam mengumumkan
atau menerapkan setiap penemuan teknik atau pengobatan baru
yang belum diuji kebenarannya dan terhadap hal-hal yang dapat
menimbulkan keresahan masyarakat
Kode Etika Kedokteran Indonesia 2012
(Tentang Kewajiban Umum) Cont...
Pasal 7
• Seorang dokter wajib hanya memberikan surat keterangan dan
pendapat yang telah diperiksa sendiri kebenarannya
Pasal 8
• Seorang dokter wajib, dalam setiap praktik medisnya, memberikan
pelayanan secara kompeten dengan kebebasan terknis dan moral
sepenuhnya, disertai rasa kasih sayang (compassion) dan
penghormatan atas martabat manusia
Pasal 9
• Seorang dokter wajib bersikap jujur dalam berhubungan dengan
pasien dan sejawatnya, dan berupaya untuk mengingatkan
sejawatnya pada saat menangani pasein dia ketahui memiliki
kekurangan dalam karakter atau kompetensi, atau yang melakukan
penipuan atau penggelapan
Kode Etika Kedokteran Indonesia 2012
(Tentang Kewajiban Umum) Cont...
Pasal 10
• Seorang dokter wajib menghormati hak-hak pasien, teman
sejawatnya, dan tenaga kesehatan lainnya, serta wajib
menjaga kepercayaan pasien
Pasal 11
• Setiap dokter wajib senantiasa mengingat kewajiban dirinya
melindungi hidup makhluk insani
Pasal 12
• Dalam melakukan pekerjaannya seorang dokter wajib
memperhatikan keseluruhan aspek pelayanan kesehatan
(promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif), baik fisik
maupun psiko-sosial-kultural pasiennya serta berusaha
menjadi pendidik dan pengabi sejati masyarakat
Kode Etika Kedokteran Indonesia 2012
(Tentang Kewajiban Umum) Cont...
Pasal 13
• Setiap dokter dalam bekerjasama dengan para
pejabat lintas sektoral di bidang kesehatan,
bidang lainnya dan masyarakat, wajib saling
menghormati
Learning Objective 3
Pasal 5
Setiap perbuatan atau nasihat dokter yang
mungkin melemahkan daya tahan psikis maupun
fisik, wajib memperoleh persetujuan
pasien/keluarganya dan hanya diberikan untuk
kepentingan dan kebakan pasien tersebut
• KDB
– Autonomi, hak pasien atas informasi tentang dirinya
KODEKI yang mengandung Dasar Bioetika
Pasal 7C
Seorang dokter harus menghormati hak-hak
pasien, dan harus menjaga kepercayaan
pasien
• KBD
– Autonomi : Dokter menghargai hak pasien
menentukan nasib sendiri
– Justice : Menghargai hak orang lain
KODEKI yang mengandung Dasar Bioetika
Pasal 10
Setiap dokter wajib bersikap tulus ikhlas dan mempergunakan
segala ilmu dan keterampilannya untuk kepentingan pasien. Dalam
hal ini ia tidak mampu melakukan suatu pemeriksaan atau
pengobatan, maka atas persetujuan pasien, ia wajib merujuk pasien
ke dokter yang mempunyai keahlian dalam penyakit tersebut
• KBD
– Beneficence : Bersikap tulus ikhlas
– Non – maleficence : Dalam hal ia tidak mampu melakukan suatu
pemeriksaan atau pengobatan merujuk ke dokter ahli, ini menunjukan
tidak merugikan pasien (do not harm)
– Autonomi : Menghormati autonomi pasien dalam kalimat “atas
persetujuan pasien”
– Justice : Dokter tidak melakukan penyalahgunaan wewenang
KODEKI yang mengandung Dasar Bioetika
Pasal 11
Setiap dokter harus memberikan kesempatan
kepada psein agar senantiasa dapat
berhubungan dengan keluarga dan
penasehatnya dalam beribadat dan atau
dalam masalah lainnya
• KBD
– Autonomi : Menghargai privasi pasien
KODEKI yang mengandung Dasar Bioetika
Pasien 12
Setiap dokter wajib merahasiakan segala
seuatu yang diketahuinya terhadap seorang
pasien, bahkan setelah pasien meninggal
dunia
• KBD
– Autonomi : Menjaga rahasia pasien
KODEKI yang mengandung Dasar Bioetika
Pasal 13
Setiap dokter wajib melakukan pertolongan
darurat sebagai suatu tugas perikemanusiaan,
kecuali bila ia yakin ada orang lain bersedia
dan mampu memberikannya
• KBD
– Beneficence : Menolong tanpa pamrih
– Non maleficence : Menolong pasien emergensi
Learning Objective 6
PRIMA FACIE
Learning Objective 7
MACAM-MACAM SURAT
Learning Objective 8
PENYELENGGARA PRAKTIK
KEDOKTERAN
Pelaksanaan Praktik Kedokteran
Menurut Undang-undang No. 29 Tahun 2004
Pasal 39
Praktik kedokteran diselenggarakan berdasarkan pada
kesepakatan antara dokter atau dokter gigi dengan
pasien dalam upaya untuk pemeliharaan kesehatan,
pencegahan penyakit, peningkatan kesehatan,
pengobatan penyakit dan pemulihan kesehatan
Pasal 40
Dokter atau dokter gigi yang berhalangan
menyelenggarakan praktik kedokteran harus membuat
pemberitahuan atau menunjuk dokter atau dokter gigi
pengganti yang mempunyai SIP.
Pelaksanaan Praktik Kedokteran
Menurut Undang-undang No. 29 Tahun 2004
Pasal 41
Dokter atau dokter gigi tang telah mempunyai SIP dan
menyelenggarakan praktik kedokteran wajib memasang
papan nama praktik kedokteran. Bila dokter atau dokter
gigi berpraktik di sarana pelayanan kesehatan, pimpinan
sarana pelayanan kesehatan wajib membuat daftar dokter
atau dokter gigi yang melakukan praktik kedokteran.
Pasal 42
Pimpinan sarana pelayanan kesehatan dilarang
mengizinkan dokter atau dokter gigi yang tidak memiliki SIP
untuk melakukan praktik kedokteran di sarana pelayanan
kesehatan tersebut
Learning Objective 9
REKAM MEDIS
Rekam Medis
• Permenkes No. 269/Menkes/Per/III/2008
• Rekam medis adalah berkas yang berisikan
catatan dan dokumen tentang identitas
pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan
dan pelayanan lain yang telah diberikan
kepada pasien
Rekam Medis
• Pengobatan Pasien
– Rekam medis bermanfaat sebagai dan petunjuk untuk
merencanakan dan menganalisis penyakit serta
merencanakan pengobatan, perawatan dan tindakan
medis yang harus diberikan kepada pasien
• Peningkatan Kualitas Pelayanan
– Membuat rekam medis bagi penyelenggaraan paraktik
kedokteran dengan jelas dan lengkap akan
meningkatkan kualitas pelayanan untuk melindungi
tenaga medis dan untuk pencapaian kesehatan
masyarakat yang optimal
Rekam Medis
• Pendidikan dan Penelitian
– Rekam medis merupakan informasi perkembangan
kronologis penyakit, pelayanan medis, pengobatan
dan tindakan medis, yang bermanfaat untuk bahan
informasi bagi perkembangan pengajaran dan
penelitian di bidang kesehatan
• Pembiayaan
– Rekam medis dapat dijadikan petunjuk dan bahan
untuk menetapkan pembiayaan dalam pelayanan
kesehatan pada sarana kesehatan. Catatan tersebut
dapat dipakai sebagai bukti pembiayaan kepada
pasien
Rekam Medis
• Statistik Kesehatan
– Rekam medis dapat digunakan sebagai bahan
statistik kesehatan, khususnya untuk mempelajari
perkembangan kesehatan masyarakat dan untuk
menentukan jumlah penderita pada penyakit-
penyakit tertentu
• Pembuktian Masalah Hukum, Disiplin dan Etik
– Rekam medis merupakan alat bukti tertulis utama,
sehingga bermanfaat dalam penyelesaian masalah
hukum, displin dan etik
Tata cara penyelenggaraan
Pasal 5
Setiap dokter wajib membuat rekam medis dalam
menjalankan praktik kedokteran, yang harus dibuat
segera dan dilengkapi setelah pasien menerima
pelayanan. Setiap pencatatan ke dalam rekam medis
harus dibubuhi nama, waktu, dan tanda tangan dokter
yang memberikan pelayanan kesehatan secara
langsung. Bila terjadi kesalahan dalam pencatatan
dapat dilakukan pembetulan, yang hanya dapat
dilakukan dengan cara pencoretan tanpa
menghilangkan catatan yang dibetulkan dan dibubuhi
paraf dokter yang bersangkutan
Tata cara penyelenggaran
Pasal 6
Dokter, dokter gigi atau tenaga kesehatan
tertentu bertanggungjawab atas catatan atau
dokumen yang dibuat pada rekam medis
Penyimpanan, Pemusnahan dan Kerahasiaan
Pasal 8
Rekam medis pasien rawat inap di RS wajib
disimpan sekurang-kurangnya dalam jangka
waktu 5 tahun terhitung dari tanggal terakhir
pasien berobat atau dipulangkan. Setelah batas
waktu 5 tahun, rekam medis dapat dimusnahkan
kecuali ringkasan pulang ddan persetujuan
tindakan medik. Ringkasan dan persetujuan
tersebut harus disimpan selama 10 tahun
terhitung tanggal pembuatan ringkasan tersebut
Penyimpanan, Pemusnahan dan Kerahasiaan
Pasal 9
Rekam medis pada sarana pelayanan kesehatan
non RS wajib disimpan dalam jangka waktu 2
tahun terhitung dari tanggal terakhir pasien
berobat. Setelah batas waktu 2 tahun, dapat
dimusnahkan
Pasal 10
Rekam medis harus dijaga kerahasiaannya oleh
dokter, dokter gigi dan pimpinan sarana
pelayanan kesehatan
Penyimpanan, Pemusnahan dan Kerahasiaan
Pasal 11
• Rekam medis dapat dibuka dalam hal :
– Kepentingan kesehatan pasien;
– Memenuhi permintaan aparatur penegak hukum
dalam rangka penegakan hukum atas perintah
pengadilan;
– Permintaan atau persetujuan pasien sendiri;
– Permintaan institusi/lembaga berdasarkan ketentuan
perundangan;
– Kepentingan penelitian, pendidikan, dan audit medis,
sepanjang tidak menyebut identitas pasien
Penyimpanan, Pemusnahan dan Kerahasiaan
Pasal 11
Penjelasan isi rekam medis hanya boleh dilakukan
oleh dokter yang merawat pasien dengan izin
tertulis pasien atau berdasarkan peraturan
perundang-undangan. Pimpinan sarana
pelayanan kesehatan dapat menjelaskan isi
rekam medis secara tertulis atau langsung kepada
pemohon tanpa izain pasien berdasarkan
peraturan perundang-perundangan
Kepemilikan, Pemanfaatan dan Tanggung Jawab
Pasal 12
Berkas rekam medis menjadi milik saran
pelayanan kesehatan, sedangkan isi rekam
medis menjadi milik pasien, dalam bentuk
ringkasan rekam medis. Ringkasan tersebut
dapat diberikan, dicatat atau dicopy oleh
pasien atau orang yang diberi kuasa atau atas
persetujuan tertulis pasien/keluarga pasien
yang berhak untuk itu
Kepemilikan, Pemanfaatan dan Tanggung Jawab
Pasal 13
Pemanfaatan rekam medis yang menyebutkan
identitas pasien harus mendapat persetujuan
pendidikan dan penelitian tidak diperlukan
persetujuan pasien, bila dilakukan untuk
kepentingan Negara.
Pasal 14
Pimpinan sarana pelayanan kesehatan
bertanggung jawab atas hilang, rusak, pemalsuan
dan/atau penggunaan oleh pihak yang tidak
berhak terhadap rekam medis
Pengorganisasian
Pasal 15
Pengelolaan rekam medis dilaksanakan sesuai
dengan organisasi dan tata kerja sarana
pelayanan kesehatan
Pembinaan dan Pengawasan
Pasal 16
Untuk pembinaan dan pengawasan rekam medis
dilakukan oleh pemerintahan pusat, pemerintah
daerah, Konsil Kedokteran Indonesia dan
organisasi profesi terkait
Pasal 17
Bila terjadi penyimpangan dapat diberikan
tindakan administratif, yang dapat berupa
teguran lisan, teguran tertulis sampai dengan
pencabutan izin
Isi Rekam Medis
a. Identitas pasien
b. Tanggal dan waktu
c. Hasil anamnesis (sekurang-kurangnya keluhan,
riwayat penyakit)
d. Hasil pemeriksaan fisik dan penunjang medis
e. Diagnosis
f. Rencana penatalaksanaan
g. Pengobatan dan atau tindakan
h. Pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien
i. Persetujuan tindak bila perlu
Pasien Rawat Inap
a. Identitas pasien
b. Tanggal dan waktu
c. Hasil anamnesis (sekurang-kurangnya keluhan, riwayat penyakit)
d. Hasil pemeriksaan fisik dan penunjang medis
e. Diagnosis
f. Rencana penatalaksanaan
g. Pengobatan dan atau tindakan
h. Persetujuan tindakan bila perlu
i. Catatan observasi klinis dan hasil pengobatan
j. Ringkasan pulang (Discharge summary)
k. Nama dan tanda tangan dokter yang memberikan perlayanan kesehatan
l. Pelayanan lain yang telah diberikan oleh tenaga kesehatan tertentu
Pasien Gawat Darurat
a. Identitas pasien
b. Kondisi saat pasien tiba di sarana pelayanan kesehatan
c. Identitas pengantar pasien
d. Tanggal dan waktu
e. Hasil anamnesis (sekurang-kurangnya keluhan, riwayat penyakit)
f. Hasil pemeriksaan fisik dan penunjang medis
g. Diagnosis
h. Pengobatan dan/atau tindakan
i. Ringkasan kondisi pasien sebelum meninggalkan pelayanan unit gawat
darurat dan rencana tindak lanjut
j. Nama dan tanda tangan dokter, dokter gigi atau tenaga kesehatan
tertentu yang memberikan pelayanan kesehatan
k. Sarana transportasi yang digunakan saat dipindahkan ke sarana
kesehatan lain
l. Pelayanan lain yang telah diberikan kepada