Anda di halaman 1dari 53

MODUL PENCERNAAN

2016
1. ANTASIDA

Basa lemah yang bereaksi dengan asam lambung dengan membentuk air dan
garam sehingga menurunkan asam lambung

Komposisi Efek samping


Magnesium Hydroxide Diare
Aluminium Hydroxide Konstipasi
2. H 2 Bloker(menghambat Reseptor Histamin H2)
menghambat secara efektif sekresi asam lambung yang meningkat akibat
histamine, dengan jalan persaingan terhadap reseptor-H2 di lambung. Sehingga
menurunkan Adenosina monofosfat siklik (AMP siklik atau cAMP) sehingga
menghambat pembukaan pompa proton yang mengeluarkan ion H+.
3. PPI( Proton Pump Inhibitor)
Menghambat enzim H+, K+, ATPase (enzim ini dikenal sebagai pompa
proton) sehingga menekan ion hidrogen ( bersifat asam ) menuju ke lumen
gaster.
4. Pelindung Sawar Mukosa

 Sucralfat : kompleks aluminium hydroxyde dan


sukrosa bersulfat ini berikatan dengan kelompok
bermuatan positif pada protein mukosa normal dan
nekrotik. Dengan membentuk gel –gel kompleks,
sucralfat menciptakan sawar fisik yang mengganggu
difusi HCL dan mencegah degradasi mukus oleh pepsin
dan asam.
 Bismuth Subsalicylate: selain aktivitas
antimikrobanya senyawa ini juga menghambat aktivitas
pepsin, meningkatkan sekresi mukus, dan berinteraksi
dengan glikoprotein dalam jaringan mukosa nekrotik
untuk melapisi dan melindungi kawah ulkus.
 Prostaglandin: prostaglandin E2 dihasilkan oleh
mukosa lambung, menghambat sekresi HCL dan
merangsang sekresi mukus dan bikarbonat ( efek
sitoprotekstif)
5. Antibiotik
 Amoxicillin
 Clarithromyci
 Tetrasiklin
 Ciprofloxacin
 DLL
1. 5-HT3 bloker : Serotonin membawa ion Ca ke
dalam sel-sel otot yang selanjutnya mengaktifkan
kompleks aktomiosin sehingga terjadi kontraksi.
Saluran cerna dirangsang secara langsung melalui
perangsangan sel ganglion dan ujung saraf
intramural. Akibatnya terjadi peningkatan kontraksi
dan tonus otot polos, kejang abdomen, mual dan
muntah.efektif melawan derajat ematogenik pada
orang yang sedang dikemoterapi pada kasus kanker.
5-HT3 bloker bekerja dengan menghambat langsung
dengan cara mengantagonisasi reseptor 5-HT3 yang
terdapat pada chemoreceptor trigger zone di area
postrema otak dan mungkin juga pada aferen vagal
saluran cerna.
2. D 2 Bloker ( Menghambat Reseptor Dopamin)
menghambat reseptor dopamin pada CTZ yang mengurangi
perangsangan CTZ pada pusat muntah. Efektif melawan agen
kemoterapeutik emetogenik rendah atau sedang( mual dan
muntah pada pengobatan kemoterapi).
3. H1 bloker
Antagonis Netral H1 dan Agonis Inverse H1 dapat
menurunkan atau mem.blok aktivitas histamin
dengan kompetitif reversibel pada reseptor H1
Generasi awal antagonis reseptor H1 mempunyai
banyak kegunaan tambahan lain untuk
memblokade histamin. Hal ini disebabkan mungkin
karena kemiripan struktur histamin yang mirip
dengan struktur obat golongan pertama yang
mempunyai efek muskarinik kolinoseptor,
adrenoseptor, serotonin dan reseptor anestesi
lokal
4. ANTI MUSKARINIK( ANTI KOLINERGIK) :
menghambat reseptor kolinergik muskarinik di pleksus
enterik dan otot polos. Sehingga menghambat peristaltik
lambung dan usus. Efek sampingnya menyebabkan mulut
kering, gangguan pengelihatan, retensi urin, dan
konstipasi.
5. KANABINOID: agonis cannabinoid bertindak
melalui reseptor CB1 perifer untuk mengurangi
motilitas usus, tetapi dapat bertindak terpusat
untuk melemahkan emesis. Kanabinoid
merupakan derivad marijuana, efek samping
berupa euforia,disforia, mengantuk, halusinasi,
mulut kering.
6. KORTIKOSTEROID:
 Pertama, kortikosteroid mengurangi level 5-
hidroksitriptofan pada jaringan syaraf dengan
menekan prekusor triptofan.
 Kedua, efek antiinflamasi dari kortikosteroid
meghambat pelepasan serotoinin pada saluran
cerna.
 Ketiga, deksametason meningkatkan potensi dari
efek antiemetik obat lain secara farmakologis
dengan meningkatkan sensitifitas reseptor.
 Dengan demikian kombinasi penggunaan
deksametason dengan antagonis reseptor 5-HT3
menjadi sangat logis untuk mengontrol mual
muntah akibat kemoterapi
7. ANTAGONIS RESEPTOR NEUROKININ
antagonis reseptor neurokinin 1( NK 1) memiliki sifat
antiemetik yang diperantarai melalui blokade sentral di
area posterma.memiliki afinitas pada reseptor
dopamin,atau serotonin.
IBS : suatu penyakit kronik idiopatik kambuhan yang
ditandai oleh rasa tidak enak diperut ( nyeri, kembung,
distensi, atau kram) disertai perubahan pada kebiasaan
buang air besar( diare, konstipasi atau keduannya).

1. Anti muskarinik/antikolinergik: sebagai penghilang


nyeri/tak enak pada abdomen melalui efek anti
spasmodik.
2. Antagonis Reseptor serotonin 5HT 3 :mengurangi
rasa tak nyaman viseral, mencakup mual, muntah,
kembung, dan nyeri.
1. PENCAHAR RANGSANG: Merangsang
mukosa, saraf intra mural atau otot polos usus
untuk meningkatkan peristaltik dan sekresi
lendir usus.
2. PENCAHAR GARAM&OSMOTIK : Peristaltik
usus meningkat karena pengaruh tidak
langsung daya osmotiknya. Air ditarik ke
lumen usus sehingga tinja lembek setelah 3-6
jam.
3. PENCAHAR PEMBENTUK MASA: Mengikat
air dan ion di lumen kolon → tinja lebih banyak
dan lunak → menstimulasi reseptor regang
pada mukosa.
Sebagian komponennya (x : pektin) dicerna
bakteri colon → metabolitnya meningkatkan
osmotik cairan lumen.
4. PENCAHAR EMOLIEN: Melunakkan tinja
tanpa merangsang peristaltik usus
1.Metoclopramide dan cisapride

Metoclopramide selain melalui sifat kolinomimetik,


juga melalui mekanisme antagonis dopamine yang
kuat (shg dapat berfungsi juga sbg anti-
emetikum/anti-muntah) dan dapat memasuki
system saraf pusat. Selain itu Dengan mekanisme
kolinoreseptor atau asetilkolin yang berperan
mempercepat klirens esofagus, meningkatkan
tonus sfingter esofagus bagian bawah,
mempercepat pengosongan lambung dan
memperpendek waktu transit usus halus.
2. Domperidone
antagonis dopamin yang mempunyai kerja
antiemetik. Efek antiemetik ini disebabkan oleh
kombinasi efek periferal (gastrokinetik) dengan
antagonis terhadap reseptor dopamin di
kemoreseptor yang terletak di area postrema otak.
Selain itu domperidone merangsang motilitas
saluran cerna bagian atas tanpa mempengaruhi
sekresi gastrik, empedu dan pankreas. Peristaltik
lambung meningkat sehingga meningkatkan
pengosongan lambung.
1. Rehidrasi ( pengganti cairan dan elektrolit):
 Oralit : Pengganti elektrolit dan cairan tubuh pada
pasien dengan dehidrasi, yang terutama
berhubungan dengan diare akut dengan berbagai
sebab.
 Zinc :Zink mempunyai efek terhadap enterosit dan
sel-sel imun yang berinteraksi dengan agen
infeksius pada diare. Zink terutama bekerja pada
jaringan dengan kecepatan turnover yang tinggi
seperti saluran cerna dan sistem imun dimana zink
dibutuhkan untuk sintesa DNA dan protein.
Zink bekerja pada tight junction level untuk
mencegah meningkatnya permeabilitas usus,
mencegah pelepasan histamin oleh sel mast
2. Antimotilitas :

 Opiat : (Kelompok Opiat Dalam kelompok ini


tergolong kodein fosfat, loperamid HCl, serta
kombinasi difenoksilat dan atropin sulfat). Efek
kelompok obat tersebut meliputi penghambatan
propulsi, peningkatan absorbsi cairan, sehingga
dapat memperbaiki konsistensi feses dan
mengurangi frekuensi diare.
Bila diberikan dengan benar cukup aman dan
dapat mengurangi frekuensi defekasi sampai
80%. Obat ini tidak dianjurkan pada diare akut
dengan gejala demam dan sindrom disentri.
 Absorbent : (Kelompok Absorbent Arang aktif,
attapulgit aktif, bismut subsalisilat, pektin,
kaolin, atau smektit). diberikan atas dasar
argumentasi bahwa zat ini dapat menyerap
bahan infeksius atau toksin. Melalui efek
tersebut, sel mukosa usus terhindar kontak
langsung dengan zat-zat yang dapat
merangsang sekresi elektrolit.
 Probiotik : (Kelompok probiotik terdiri dari
Lactobacillus dan Bifi dobacteria atau
Saccharomyces boulardii).bila meningkat
jumlahnya di saluran cerna akan memiliki efek
positif karena berkompetisi untuk nutrisi dan
reseptor saluran cerna. Untuk mengurangi/
menghilangkan diare harus diberikan dalam
jumlah adekuat.
Mengurangi frekuensi feses dan durasi penyakit
pada anak dengan diare infeksi akut . Pengobatan
diare dan pencegahan intoleransi laktosa
 Antibiotik :
ANTASIDA
 Aluminium Hydroxide
 Magnesium Hydroxide
 Calcium Carbonate
 kombinasi Aluminium hydroxide dan magnesium
hydroxide
H 2 BLOKER
 Cimetidin
 Ranitidine
 Nizatidine
 Femotidine
PROTON PUMP INHIBITOR
 Conprazole (Omeprazole)
 Acilaz (Lansoprazole)
 Nexium (Esomeprazole)
 Caprol (Pantoprazole)
PELINDUNG SAWAR MUKOSA
 sukralfat
 Analog prostaglandin : misoprostol
ANTIBIOTIK
 Amoxicillin
 Tetrasiklin
 Metronidazole
 Ciprofloxacin
5-HT3 bloker

 Ondansetron
 Palonosetron
D2 bloker

 Klorpromazin
 Proklorperazin
 Domperidon
 Haloperidol
 Droperidol
 Fenotiazin
MOTILITY PROMOTOR

 Cisapride & Metoclopramide


 Domperidone
 Hidroklorida Itopride
1 PENCAHAR RANGSANG
 Minyak jarak (castrol oil-oleum ricini)
 Difenilmetan :
a. fenolftalein
b. Bisakodil
c. Oksifenisatin asetat
 Antrakinon :
a. Kaskara sagrada
b. Sena
c. Dantron
2. PENCAHAR GARAM DAN OSMOTIK
 Garam magnesium (MgSO4)
 Susu mg

3. PENCAHAR PEMBENTUK MASA


 metilselulosa

4. PENCAHAR EMOLIEN
 dioktilnatrium sulfosuksinat
 parafin cair
 ORALIT
 ZINC
 OPIAT
 KELOMPOK ABSORBENT
A. arang aktiv
B. Attalpugit
c. bismut subsalisilat
d. pektin
e. kaolin
 Dosis Terapi : Sejumlah obat yang memberikan
efek terapetik kepada penderita.
 Dosis Lazim : Dosis yang tercantum dalam
literatur telah tertera di buku Resmi Farmakope yang
lazimnya dapat menyembuhkan.
 Dosis minimal : dosis paling sedikit yang diberikan
kepada penderita dewasa yg memberikan efek terapi.
 Dosis maksimal : dosis paling banyak yang masih
bisa diberikan pada penderita dan tidak memberikan
efek toksik.
 Dosis toksik : dosis yang melebihi dosis terapetik
yg dapat memberikan efek keracunan pada penderita.
 Dosis letal : dosis yg dapat
menyebabkan kematian pada penderita
MENURUT PERBANDINGAN UMUR
 Young (< 12 th, untuk umur genap)

 Dilling (> 12 tahun)

 Cowling ( <12 th, untuk umur ganjil)


 Fried  Bayi

atau

Keterangan:
m: umur dalam bulan
n : umur dalam tahun
Da : dosis anak
Dd : dosis dewasa
MENURUT PERBANDINGAN BB & LPT
Clark

Crawford- terry-rourke

Keterangan :
w : BB
*w dewasa: 70 kg
LPT : luas permukaan tubuh
*LPT dewasa: 1,73 m2
BB : 9 + ( n – 1 ) 2
Syarat : jika diketahui umur anak dan dosisnya diberikan
(..mg/KgBB)
n = umur anak

1. mg/kgBB/kali
2. mg/KgBB/hari
3. mg/th/kali
4. mg/th/hari

Untuk :
1 dan 2  Hitung BB terlebih dahulu
3 dan 4  Langsung hitung DT
PERSENTASE DT/DM

DT/DM > 100%  Dosis harus dikurangi


(Berbahaya)
DT/DM < 100%  Dosis bisa dipakai (Aman)
Selamat belajar

Anda mungkin juga menyukai