Rusman Sy A. DASAR HUKUM DI BIDANG KETENAGAKERJAAN
UU NO. 13 TAHUN 2003 TENTANG
KETENAGAKERJAAN UU NO. 2 TAHUN 2004 TENTANG PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL 1. UU No.13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan (UUK) Keluarnya UUK ini sekligus mencabut UU Ketengakerjaan yg lama yaitu : UU No. 25 Th.1997, disamping itu UU lain yg juga dinyatakan tidak berlaku lagi adalah sbb : UU No.1 Th. 1951 ttg Pernyataan Berlakunya UU Kerja. UU No.21 Th. 1954 ttg Perjanjian Perburuhan antara Serikat Buruh dgn Majikan. UU No.3 Th. 1958 ttg Penempatan Tenaga Kerja Asing. UU No.8 Th. 1961 ttg Wajib Kerja Sarjana. UU No.7 Th. 1963 ttg Pencegahan Pemogokan dan atau Penutupan Perusahaan, Jawatan, dan Badan yg vital. UU No.14 Th.1969 ttg Ketentuan Pokok Mengenai Tenaga Kerja. UU No. 11 Th. 1998 ttg Perubahan Berlakunya UU No.25 Th. 1997. UU No. 28 Th. 2000 ttg Penetapan Perpu N0.3 Th. 2000, ttg Perubahan atas UU No.11 Th. 1998 ttg Perubahan Berlakunya UU No.25 Th. 1997, ttg Ketenagakerjaan menjadi Undang-Undang. 2. UU No.2 Tahun 2004 Ttg Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial.
Penyelesaian Perselisihan Perburuhan dan UU No. 12 Th.1964 ttg Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) di Perusahaan Swasta. Namun, perlu diingat bahwa ketentuan Penutup Pasal 125 ayat (2) UU No.2/2004 ini menyatakan “Semua Peraturan Perundangan-undangan yg merupakan Perturan Pelaksanaan dari UU No.22/1957 ttg Penyelesaian Perselisihan Perburuhan dan UU No.12 Th.1964 ttg Pemutusan Hubungan Kerja di Perusahaan Swasta, dinyatakan tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan ketentuan UU No. 2 Th. 2004 ini. B. Ketenagakerjaan, Tenaga Kerja, Pekerja, dan Pemberi Kerja Menurut ketentuan UU No.13 Th. 2003 ttg Ketenagakerjaan beserta peraturan pelaksanaannya, dari peraturan pemerintah, peraturan menteri, hingga keputusan-keputusan menteri yg terkait, dpt ditarik kesimpulan adanya beberapa pengertian ketenaga kerjaan, sbb : 1. Ketenagakerjaan adalah segala sesuatu yg berhubungan dgn tenaga kerja pada waktu sebelum, selama dan setelah selesainya masa hubungan kerja. 2. Tenaga Kerja adalah objek, yaitu setiap orang yg mampu melakukan pekerjaan utk menghasilkan barang atau jasa, untuk kebutuhan sendiri dan orang lain. 3. Pekerja atau Buruh adalah setiap orang yg bekerja untuk orang lain dengan menerima upah berupa uang atau imbalan dlm bentuk lain. 4. Pemberi Kerja adalah orang perseorangan atau badan hukum yg mempekerjakan orang lain dgn membayar upah atau imbalan dalam bentuk lain. C. PENGUSAHA
Berikut ini beberapanagakerjaan beserta, sbb :
1. Orang perseorangan, persekutuan, badan hukum yg menjalankan suatu perusahaan milik sendiri. 2. Orang perseorangan, persekutuan, atau badan hukum yg secara berdiri sendiri menjalankan perusahaan bukan miliknya sendiri atau. 3. Orang perseorangan, persekutuan atau badan hukum yg berada di wilayah Indonesia, yg mewakili perusahaan asing yg beroperasi di Indonesia. D. Perbedaan Tenaga Kerja dan Pekerja
1. Tenaga Kerja adalah setiap orang yg melakukan
pekerjaan, termasuk di dalamnya bekerja pd sektor informal, misalnya wiraswasta/ pedagang yg bekerja untuk dirinya sendiri maupun orang lain. 2. Pekerja adalah mengarah pada bekerja untuk orang lain yg mendapat upah atau imbalan lain. E. PENGERTIAN BATAL DEMI HUKUM
• Menurut teori Sudikno Mertukusumo (Pakar
Hukum UGM) menyatakan bahwa BATAL DEMI HUKUM artinya : Perjanjian tersebut telah batal, sebagai akibat perjanjian tersebut telah batal, sebagai akibat perjanjian yg dibuat bertentangan dgn undang- undang yg mengaturnya, atau objek yg mengakibatkan timbulnya perjanjian kerja tidak terpenuhi sesuai asas hukum. II. HUBUNGAN KERJA A. UNSUR-UNSUR HUBUNGAN KERJA 1.Adanya Pekerjaan. Pekerjaan adalah objek perjanjian sehingga menjadi faktor paling utama timbulnya perjanjian kerja. Karena itu, jika pekerjaan yg dijanjikan tidak ada, dapat dikatakan perjanjian kerja tsb batal demi hukum. 2. Adanya Upah. Upah adalah hak pekerja yg diterima dan dinyatakan dalam bentuk uang atas suatu pekerjaan dan atau jasa yg telah atau akan dilakukan. 3. Adanya Perintah. Perintah adalah hak pemberi kerja/ pengusaha dan merupakan kewajiban pekerja untuk melaksanakan pekerjaan seperti yg diinginkan pengusaha, dan merupakan bagian akhir dari unsur-unsur hubungan kerja setelah adanya pekerjaan dan adanya upah B. Jenis-Jenis Hubungan Kerja
Jenis hubungan kerja dibagi menjadi dua, sbb :
1. Tetap dengan masa percobaab. 2. Tidak tetap, terdiri atas : - Harian lepas. - Perjanjian kerja waktu tertentu (PKWT) - Perjanjian pemborongan a. Tetap dengan Masa Percobaan Pekerja yg termasuk dlm jenis hubungan kerja ini merupakan pekerja tetap yg mempunyai hak-hak lebih besar. Hak-hak pekerja tetap biasanya diatur dalam peraturan perusahaan atau perjanjian kerja bersama dengan memperhatikan ketentuan- ketentuan sesuai dgn undang-undang yg berlaku yg bersifat normatif. Dalam jenis hubungan kerja perjanjian kerja waktu tidak tertentu (PKWTT) atau pekerja tetap, perusahaan dapat memberlakukan masa percobaan. Jika PKWWT dibuat secara lisan, pengusaha wajib membuat surat pengangkatan bagi pekerja sekurang- kurangnya memuat nama, alamat, tanggal, tanggal mulai ditetapkan, jenis pekerjaan (jabatan, bagian), dan besarnya upah. PKWT atau pekerja tetap dapat digolongkan menjadi 3 cara sbb :
1.Menjadi pekerja tetap setelah menjalani atau dinyatakan lulus
dalam masa percobaan selama tiga bulan atau. 2.Menjadi pekerja tetap atau dinyatakan sebagai pekerja tetap yg berasal dari perjanjian kerjawaktu tertentu (PKWT) karena tidak terpenuhi ketentuan pada Pasal 59 ayat (1),(2),(3), dan (5) UU No.13 Th.2003, tentang ketenagakerjaan maka demi hukum perjanjian kerjanya menjadi perjanjian kerja waktu tidak tertentu. 3.Menjadi pekerja tetap karena terjadinya penyimpangan seperti yg diatur dalam Bab VII Pasal 15 Kep Men. Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. 100/MEN/VI/2004 ttg Ketentuan Pelaksanaan Perjanjian Kerja Waktu Tertentu. Dalam pelaksanaan masa percobaan utk pekerja tetap yg sejak awal hubungan kerja sudah mensyaratkan adanya masa percobaan dengan ketentuan sbb : 1. Masa percobaan Pasal 4 UU No. 12 Th 1964, ttg Pemutusan Hubungan Kerja di PerusahaanSwasta, mengatur ttg lamanya masa percobaan. Di dalam pasal tersebut, lama masa percobaantidak boleh melebihi 3 bulan dan harus diberitahukan terlebih dahulu kepada calon pekerja. 2. Pada masa percobaan, hak-hak pekerja lebih sedikit dibandingkan dengan pekerja tetap. Namun, pengusaha dilarang membayar upah dibawah upah minimum kabupaten (UMK). 3. Jika sebelumnya pekerja yg diterima telah mengikuti magang atau Training di perusahaan yg bersangkutan, perusahaan tidak boleh mempersyaratkan adanya masa percobaan lagi utk pekerja tersebut. 4. Ketentuan adanya masa percobaab tidak berlaku pada perjanjian kerja waktu tertentu (PKWT). Ingat !!!
Adanya masa percobaan wajib
diberitahukan secara tertulis kepada calon karyawan. Jika tidak ada perjanjian tertulis, dianggap tidak ada masa percobaan. b. Pekerja Tidak Tetap Seperti yg telah dibahas, pekerja tidak tetap dibagi menjadi 3, sbb : 1. Pekerja Harian Lepas — Dasar Hukum – Jangka waktu pengerjaan relatif singkat dan tidak lebih dari 3 bulan. – Pekerjaan yg dilakukan tidak boleh melebihi 20 hari kerja dlm 1 bulan dan tidak terikat pd jam kerja yg berlaku di perusahaan. – Pekerjaan yg dilakukan bersifat musiman, yg berubah-ubah dlm waktu dan volume pekerjaan, misalnya musim tanam, masa giling, dan sebagainya — Ketentuan Jika pengusaha yg mempekerjakan pekerja harian lepas lebih dari 3 bulan, secara berturut-turut, dan setiap bulan lebih dari 21 hari, perjanjian kerja harian lepas berubah menjadi pekerja dengan perjanjian kerja waktu tertentu (PKWT). 2. Pekerja dengan Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (PKWT). — Dasar Hukum UU No.13 Th. 2003 Pasal 56 ayat (2) Jo. KEP.100/MEN/VI/2004. UU No.13 Th. 2003 adalah UU ketenagakerjaan yg terbaru, yg mencabut UU Ketenagakerjaan yg lama, yaitu UU No.25 Th.1997. Sementara itu,, Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. KEP.100/MEN/VI/2004 adalah petunjuk pelaksanaan yg terfokus pd ketentuan pelaksanaan perjanjian kerja tertentu. — Dasar Perjanjian Kerja Waktu Tertentu. – Jangka waktu. – Pekerjaan tertentu [UU No.13/2003 Pasal 56 ayat (2) huruf a dan b]. Ketentuan : Ketentuan perjanjian waktu tertentu diatur di dalam UU No.13/2003, Pasal 56, 57, 58, dan Pasal 59 yg intinya memuat aturan sebagai berikut : — Perjanjian kerja waktu tertentu (PKWT) dibuat tertlis dengan menggunakan bahasa Indonesia dan tulisan latin. 1) Perjanjian kerja waktu tertentu tidak boleh mempersyaratkan adanya masa percobaan. 2) Jika mencantumkan adanya masa percobaan, masa percobaan tersebut batal demi hukum 3) Jabatan atau jenis pekerjaan 4) Tempat pekerjaan 5) Besarnya upah dan cara pembayarannya 6) Syarat-syarat kerja yg memuat hak dan kewajiban pengusaha dan pekerja. 7) Mulai dan jangka waktu perjanjian kerja 8) Tempat dan tanggal perjanjian kerja. 9) Tanda tangan para pihak yg membuat perjanjian kerja. C. Magang Dasar Hukum : UU No. 13 Tahun 2003 Pasal. 21. Pasal 21 di dalam UU Ketenagakerjaan ini mengatur secara normatif tentang penyelenggaraan pada pelatihan kerja dengan sistim pemagangan. a. Pengertian Pemagangan (berdasarkan UU No.13 Th.2003 Pasal 1). Pemagangan adalah bagian dari sistem Pelatihan Kerja yg diselenggarakan secara terpadu antara pelatihan di lembaga pelatihan dan bekerja secara langsung di bawah bimbingan dan pengawasan instruktur yg lebih berpengalaman, dalam proses produksi barang dan atau jasa di perusahaan, dengan tujuan untuk lebih menguasai keterampilan atau keahlian tertentu. Magang merupakan suatu sistem pelatihan generasi baru dari praktisi keterampilan kerja. Terjemahan bebasnya adalah latihan untuk bekerja setelah menempuh pendidikan formal dengan menambah keterampilan, sehingga keterampilan yg dimiliki disesuaikan dengan kebutuhan di perusahaan yg memberikan kesempatan magang tersebut. b. Syarat-Syarat Pemagangan (UU No.13 Th.2003 Pasal 22). 1. Pemagangan dilaksanakan atas dasar perjanjian pemagangan antara peserta dan pengusaha yg dibuat secara tertulis. 2. Perjanjian pemagangan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), sekurang-kurangnya memuat ketentuan hak dan kewajiban peserta dan pengusaha serta jangka waktu pemagangan. 3. Pemagangan yg tidak melalui perjanjian pemagangan sebagaimana dimaksud ayat (1), dianggap tidak sah dan status peserta berubah menjadi pekerja/buruh perusahaan yg bersangkutan. c. Sertifikasi Kompentensi.
1. Tenaga kerja yang telah mengikuti program
pemagangan berhak atas pengakuan kualifikasi kompentensi. 2. Sertifikasikompentensi ditandatangani oleh pelaksana pemagangan/ lembaga sertifikasi atau dari perusahaan. D. Ikatan Dinas Dasar Hukum : Surat Edaran No. SE.523/M/VI/85 tentang Pembajakan Tenaga Kerja Berikut ini ketentuan-ketentuan perjanjian ikatan dinas. 1. Hubungan kerja harus dilandasi dengan adanya suatu perjanjian yg mengikat kedua belah pihak. Hal itu mengacu pada bentuk perikatan perdata (Pasal 1234 KUHPerdata yg berbunyi “tiap-tiap perikatan adalah untuk memberikan sesuatu, untuk berbuat sesuatu, atau untuk tidak berbuat sesuatu”). 2. Isi perjanjian dapat dimasukkan klausul berikut. a. Selama dalam ikatan dinas, ijazah/ sertifikat latihan disimpan diperusahaan. b. Ketentuan tentang jangka waktu ikatan dinas : – Training 3 bulan, ikatan dinas selama 1 tahun; – Training 6 bulan, ikatan dinas selama 2 tahun; – Training 1 tahun, ikatan dinas selama 3 tahun. 3. Jika pekerja/buruh keluar/pindah ke perusahaan lain, sebelum ikatan dinas berakhir, ia diwajibkan membayar ganti rugi sebesar biaya yang dipergunakan secara proporsional. Keterangan : 1. Biaya harus dihitung secara terperinci dan diketahui oleh pekerja yang bersangkutan. 2. Pengertian proporsional adalah jika ikatan dinas yang disepakati adalah 3 tahun, tetapi pekerja keluar saat baru 1 tahun menjalani ikatan dinas , ia wajib membayar 2/3 dari jumlah nilai yg dipergunakan untuk training. 3. Ijazah/ sertifikat yang dimaksud sebagai jaminan adalah ijazah sekolah yang asli; sertifikat adalah sertifikat yang diperoleh dalam training. Terima Kasih