Anda di halaman 1dari 32

LAPORAN KASUS

ABORTUS MOLA HIDATIDOSA dengan


HIPERTIROID+ANEMIA BERAT

Salma Munifah
SALMA MUNIFAH
H1AP012038

PEMBIMBING : dr. Deddy Fitri Sp.OG

BAGIAN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI


RSUD DR. M.YUNUS BENGKULU
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2017
ANAMNESIS

1. Identifikasi
• Nama : Nn. HEL
• Umur : 22 tahun
• Agama : Islam
• Suku Bangsa : Jawa
• Pendidikan Terakhir : SMA
• Pekerjaan : Swasta
• Alamat : Dusun Baru kec. Ilir Talo
• No. MR : 752168
• MRS : 16 September 2017 Pukul 01.30
WIB
• Riwayat Perkawinan
Belum menikah

• Riwayat Reproduksi
Menarche : 12 tahun
Siklus haid : 28 hari, teratur
Lama haid : 5 hari
HPHT : 5 Juli 2017

• Riwayat Kehamilan, Persalinan, dan Nifas


Hamil ini

• Riwayat Antenatal Care


Pasien tidak pernah memeriksakan kandungannya

Riwayat Gizi/ Sosial Ekonomi


• Gizi Kurang
• Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat hipertensi : (-)
Riwayat hepatitis B : (-)
Riwayat diabetes mellitus : (-)
Riwayat penyakit jantung : (-)
Riwayat hipertiroid : (-)
Riwayat Operasi : (-)
ANAMNESIS KHUSUS
Keluhan Utama
• Keluar darah dari jalan lahir

Riwayat Perjalanan Penyakit


Sejak 1 minggu SMRS, pasien mengeluhkan keluar darah dari jalan lahir.
Darah awalnya berupa flek-flek namun kemudian keluar banyak seperti
darah menstruasi. Darah berwarna merah terang, banyaknya ± 3 kali ganti
pembalut. Pasien juga mengeluh perut bagian bawah sedikit terasa nyeri
serta mual dan muntah. Sejak 6 hari SMRS, Pasien merasa ukuran
perutnya semakin bertambah besar.
1 hari SMRS pasien datang ke dukun beberapa saat sebelum ke RS dan
mengaku perutnya diurut kemudian dibawa dengan perdarahan ke RS
Pasien mengaku keluar gelembung darah seperti mata ikan dan tidak ada
keluar gumpalan darah seperti hati ayam setelah diurut. Riwayat perut
mules disangkal. Pasien mengaku terlambat haid ± 2 bulan.
PEMERIKSAAN FISIK
Status present – Tanda vital
(16 September 2017)
• Keadaan umum : Sakit sedang
• Kesadaran : Compos Mentis
• Tipe badan : Astenikus
• Berat badan : 35 kg
• Tinggi badan : 155 cm
• IMT : 14,5
• Tekanan darah : 130/80 mmHg
• Nadi : 110 x/menit
• Pernafasan : 20 x/menit
• Suhu : 36,5°C
PEMERIKSAAN FISIK
Head to toe
 Kepala : DBN
 Mata : Konjungtiva anemis (+/+)
Eksoftalmus (+/+)
 Hidung : DBN
 Mulut : DBN
 Leher : DBN
 Thoraks : DBN
 Ekstremitas : DBN
 Genitalia eksterna : DBN
 Abdomen : St.Obstetric
PEMERIKSAAN OBSTETRI
16 September 2017 pukul 01.30 WIB

Pemeriksaan Luar
Abdomen datar, lemas, simetris, tinggi fundus uteri setengah pusat
simfisis, massa (-),nyeri tekan (-),tanda cairan bebas (-), ballotemen
eksterna (-).
PEMERIKSAAN OBSTETRI

Inspekulo
Portio livide, OUE terbuka tampak jaringan seperti mata ikan di
muara OUE, fluor (-), fluxus (+), E/L/P (-)
Pemeriksaan dalam
Vagina toucher : portio lunak, OUE terbuka, CUT~14 minggu, AP
kanan/kiri lemas, CD tak menonjol.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Hasil Laboratorium (16 September 2017)
• Hb : 5,6 g/dl (12-16 g/dl)
• Hematokrit : 22% (40-54%)
• Leukosit : 12.400 mm3
• T3 : 4,18 (0.9-2.5 nmol/l)
• T4 : >320 (60-120 nmol/l)
• TSH : <0,05 (0.25-5 uIU/ml)
• Hbsag : negatif
• HIV : non- reaktif
• Pp test : positif
• GDS : 75 mg/dl
• Trombosit : 114.000 sel/mm3
• Ureum : 134 mg/dL
• Creatinin : 2,3 mg/dl
• Albumin : 2,4gr/dl
• SGOT : 45 u/L
• SGPT : 34 u/L
DIAGNOSIS KERJA

• Abortus Mola hidatidosa dengan


Hipertiroid+anemia berat
PROGNOSIS

• Dubia ad bonam
Tatalaksana
• Obs TTV, perdarahan
• IVFD RL XX gtt/menit
• Asam traneksamat 500 mg/8 jam i.v
• Inj. Ceftriaxone 1 gr/ 12 jam i.v
• PTU100 mg/8 jam p.o
• Propanolol 10 mg/12 jam p.o
• Lugol gtt 8/8 jam po
• R/Evakuasi Mola
• Transfusi PRC pre kuretase
• Cek lab DR, UR, faal tiroid, β-hCG, crossmatch
• USG konfirmasi
• Konsul PDL dan anestesi
Laporan Kuretase 16 September 2017
Pukul 13.00 WIB tindakan dimulai
• Penderita dalam general anestesi posisi litothomi dan narkose
• Dilakukan tindakan aseptik dan antiseptik pada vulva dan sekitarnya
• Vesica urinaria dikosongkan dengan kateter
• Dilakukan pemasangan sims atas dan bawah
• Portio ditampakkan secara avoe
• Dengan tenakulum dilakukan penjepitan portio pada arah pukul
11.00
• Dilakukan sondase, didapatkan uterus AF 14 cm
• Dilakukan kuretase hisap menggunakan aspirasi vacum manual
(AVM) didapatkan darah dan jaringan ±400 cc
• Setelah diyakini bersih, tidak ada jaringan dan tidak ada perdarahan,
tenakulum dilepaskan.
• Portio dibersihkan dengan kassa bethadine
• jaringan kemudian di berikan ke laboratorium patologi anatomi
untuk diperiksa lebih lanjut
Pukul 13.20 WIB tindakan selesai
Diagnosis Post Kuretase

• Post evakuasi mola a.i mola hidatidosa


• Hipertiroid+anemia berat
FOLLOW UP
FOLLOW UP S/ perdarahan dari kemaluan (-)
Sabtu, 17 September 2017 A/ Post evakuasi mola a.i mola hidatidosa
O/ Hipertiroid+anemia berat
St. Present P/
KU: lemas - IVFD RL XX gtt/menit
Sens: CM - Cefadroxil 500 mg/12 jam p.o
TD: 130/70 mmHg - Asam traneksamat 500 mg/8 jam p.o
N: 92x/menit - PTU 100 mg/8 jam p.o
RR: 20x/menit - Propanolol 10 mg/12 jam p.o
T: 36oC - Lugol gtt 8/8 jam po
Lab : - Transfusi PRC s.d Hb > 8 g/dL
Hb 6 g/dL R/ Cek β-hCG post tindakan
USG:tidak tampak sisa konsepsi
Kesan : tidak tampak sisa konsepsi

Follow up S/ Perdarahan dari kemaluan (-)


18 september 2017 A/ Post evakuasi mola a.i mola hidatidosa
Pukul 08.00 WIB Hipertiroid+anemia berat

O/ P/
St. Present - IVFD RL XX gtt/menit
KU: lemas - Cefadroxil 500 mg/12 jam p.o
Sens: CM - PTU 100 mg/8 jam p.o
TD: 120/70 mmHg - Propanolol 10 mg/12 jam p.o
N: 84x/menit - Transfusi PRC s.d Hb > 8 g/dL
RR: 20x/menit
T: 36oC R/ cek β-hCG post tindakan
Pulang bila Hb >8 g/dL
Lab:
Hb: 6,4 g/ dL
S/ Perdarahan dari kemaluan (-)
Follow up A/ Post evakuasi mola a.i mola hidatidosa
19 september 2017 Hipertiroid+anemia berat
Pukul 08.00 WIB P/
- IVFD RL XX gtt/menit
O/ - Cefadroxil 500 mg/12 jam p.o
St. Present - PTU 100 mg/8 jam p.o
KU: lemas - Propanolol 10 mg/12 jam p.o
Sens: CM - Transfusi PRC s.d Hb > 8 g/dL
TD: 130/80 mmHg
N: 88x/menit R/ cek β-hCG post tindakan
RR: 20x/menit Pulang bila Hb >8 g/dL
T: 36oC
Pasien pulang atas permintaan sendiri

Laboratorium Patologi Anatomi


Makroskopik:diterima kepingan jaringan dengan
volume ± 1cc, warna kecoklatan, kenyal, dijumpai
gelembung.
Mikroskopik: sediaan berasal dari jaringan kuretase
endometrium terdiri dari carikan bekuan darah luas,
jaringan desidua gravidatitis luas, jaringan nekrosis,
villi chorealist mengalami degenerasi hidrofik,
avaskuler, sedikit berlapis trofoblast. Tidak
dijumpai tanda ganas pada sediaan ini.
Kesan : mola hidatidosa komplet
Pembahasan
Apakah diagnosis pada pasien sudah tepat ?
Diagnosis pada pasien ini sudah tepat berdasarkan anamnesis dan
pemeriksaan fisik. Ny. Hel 22 tahun didiagnosis abortus mola
hidatidosa dengan hipertiroid + anemia berat.
Hasil anamnesis :
• mengeluhkan keluarnya darah dari kemaluan, awalnya berupa
flek-flek berwarna merah terang yang semakin banyak
• Keluar gelembung mola seperti mata ikan
• amenorea 2 bulan
• Riwayat nyeri perut dan mual muntah
• perutnya lebih besar dari usia kehamilan sebenarnya
Pembahasan
Pemeriksaan fisik:
Status generalis didapatkan pada pemeriksaan mata tampak
konjungtiva anemis dan eksofltamus

Konjungtiva anemis eksoftalmus

Anemia berat Hipertiroid


Pembahasan
Pemeriksaan fisik:
Pada pemeriksaan luar didapatkan
• Uterus teraba lunak dan balotemen negatif,
• Tinggi fundus uteri setengah pusat simpisis.
Pemeriksaan inspekulo ditemukan
• Portio livide, OUE terbuka, fluor (-), fluxus (+).
Pemeriksaan vagina toucher didapatkan
• Portio lunak, OUE terbuka, CUT~14 minggu, AP kanan/kiri lemas,
CD tak menonjol.

Hal ini mengarahkan pada Abortus mola hidatidosa, namun untuk


memastikan diagnosis maka dilakukan pemeriksaan penunjang.
Pembahasan
Pemeriksaan Penunjang:
• USG tidak dilakukan.
• Hasil Patologi Anatomi di hari perawatan ke 4 menunjukkan
pasien ini menderita mola hilatidosa komplet.
• Makroskopik: diterima kepingan jaringan dengan volume ± 1cc,
warna kecoklatan, kenyal, dijumpai gelembung.
• Mikroskopik: sediaan berasal dari jaringan kuretase endometrium
terdiri dari carikan bekuan darah luas, jaringan desidua
gravidatitis luas, jaringan nekrosis, villi chorealist mengalami
degenerasi hidrofik, avaskuler, sedikit berlapis trofoblast. Tidak
dijumpai tanda ganas pada sediaan ini.
• Kesan : mola hidatidosa komplet
Jenis Gambaran Klinik Proses Gambaran Transformasi Progno
Janin Uterus Penyulit Sitogenik PA Keganasan sis
MHK Tidak Lebih besar Sering Andro- Vili Tinggi (15%- Dubia
ada dari usia terjadi genetik normal (-) 20 %) et
kehamilan diploid Hiperlasi bonam
trofoblas
(+++)
MHP Ada Sama Jarang Diandro- Vili Rendah Bonam
dengan usia terjadi genetik normal
kehamilan/ triploid (+)
lebih kecil
Pembahasan
Selain abortus mola hidatidosa, pasien ini didiagnosis hipertiroid dan anemia berat.
Pada hasil anamnesis, pasien menyangkal merasa jantung berdebar-debar, tangan
gemetar, mudah berkeringat, benjolan pada leher dan gejala hipertiroid lainnya,
namun pada pemeriksaan fisik mata ditemukan eksofltamus. Pada pemeriksaan
laboratorium kadar T3, T4 meningkat sedangkan TSH menurun.

Patofisiologi terjadinya hipertiroid pada kehamilan mola hidatidosa adalah terjadinya


peningkatan kadar serum hCG yang mempunyai efek stimulasi tiroid.
Pembahasan

Pada trimester pertama kehamilan normal, kadar hCG akan mencapai puncak,
sedangkan kadar TSH serum akan turun sampai kadar yang rendah. Pada kehamilan
normal, sebagian besar penurunan kadar TSH serum ini tidak berlangsung lama.

Pada keadaan patologi dimana kadar hCG meningkat secara bermakna untuk waktu
yang cukup lama -> terjadi stimulasi kelenjar tiroid secara bermakna pula
-> penurunan kadar TSH dan peningkatan kadar hormon bebas.

Hormon hCG dan TSH merupakan hormon yang termasuk dalam kelompok hormon
glikoprotein yang mengandung subunit alfa dan subunit beta. Subunit beta pada
hormon hCG dan hormon TSH 85% memiliki kesamaan pada 114 asam amino
pertama. Persamaan ini menyebabkan terjadi stimulasi berlebihan hCG terhadap
reseptor TSH pada kelenjar tiroid untuk memproduksi hormon tiroksin dan
triodotironin.
Pembahasan
Anemia berat didiagnosis berdasarkan kadar hemoglobin pasien sebesar 5,6 gr/dl.

Anemia berat pada pasien dihubungkan dengan sudah terjadinya abortus mola
hidatidosa berupa keluarnya gelembung mola yang umumnya disertai dengan
perdarahan yang banyak.
PENATALAKSANAAN
Observasi keadaan umum, tanda vital dan perdarahan bertujuan
untuk mencegah terjadinya ketidak stabilan kondisi ibu.

IVFD RL gtt xx/menit pada pasien ini bertujuan sebagai jalan


masuk untuk pemberian obat ke dalam tubuh serta memberikan
nutrisi pada saat sistem pencernaan diistirahatkan

Injeksi Asam traneksamat merupakan golongan obat anti-


fibrinolitik. Digunakan untuk menghentikan pendarahan. Asam
traneksamat bekerja dengan cara menghambat pecahnya
gumpalan darah sehingga pendarahan tidak terjadi lagi.
PENATALAKSANAAN
Kuretase hisap bertujuan untuk
• Mengeluarkan jaringan mola

Kuret hisap dilakukan dengan peralatan AVM yang kemudian


dilanjutkan dengan kuret tumpul untuk membersihkan cavum uteri.
Kemudian diberikan uterotonika berupa oksitosin 10 IU dalam 500 RL
drip 20-40 tetes diberikan pasca kuret hisap. Penggunaan kuret hisap
lebih dianjurkan mengingat konsistensi uterus yang lunak sehingga
lebih mudah terjadi perforasi.
PENATALAKSANAAN
• Transfusi PRC (packed red cell) sampai kadar Hb > 8 g/dL
Pemberian transfusi darah PRC pada pasien ini untuk
memperbaiki anemia berat pada pasien. Nilai awal Hb pasien ini
sebesar 5,6 g/dL, rencana transfusi PRC diberikan sampai kadar
Hb pasien > 8 g/dL
PENATALAKSANAAN
• Cefadroxil golongan sefalosporin, adalah obat anti-biotik
berspektrum luas, untuk mengatasi infeksi yang terjadi pada
bagian ginekologi/sistem reproduksi wanita dan kulit serta
jaringan lunak yang sangat rentan terjadi.
• Asam mefenamat, jenis obat untuk anti peradangan non-
steroid, tujuannya untuk mengurangi rasa sakit ringan,
mencegah dan meredakan peradangan serta inflamasi.
• Propanolol, golongan beta blocker diberikan jika terdapat
peningkatan denyut jantung yang biasanya dialami oleh
penderita hipertiroid.
PENATALAKSANAAN

• Propiltiourasil dan lugol


Penanganan hipertiroid pada kehamilan mola pada saat diagnosis ditegakkan
perlu diberikan terapi segera. Mengingat tirotoksikosis dapat mendadak menjadi
berat, maka pada saat diagnosis ditegakkan sedini mungkin diberikan pengobatan
PTU 100 mg tiga kali sehari, dan menjelang tindakan kuretase ditambahkan
larutan Lugol 8 tetes tiap delapan jam.
Bila diperlukan kuretase dapat dilakukan tanpa menunggu keadaan yang
dianggap eutiroid.
Propiltiourasil lebih terpilih dari pada metimazol atau karbimazol, karena kerjanya
yang lebih cepat dan kemampuannya menghambat konversi T4 menjadi T3 di
jaringan.
Sekresi hormon tiroid dapat juga dihambat dengan sediaan iodium yang tinggi
seperti cairan lugol yang dapat menurunkan uptake iodium di kelenjar tiroid.
KESIMPULAN
1.Diagnosis pada kasus ini sudah tepat berdasarkan anamnesis,
pemeriksaan fisik,pemeriksaaan luar, inspekulo, pemeriksaaan
penunjang.
2. Penatalaksanaan pada kasus ini sudah tepat yaitu dicari
penyebab perdarahannya terlebih dahulu dari anamnesis,
kemudian juga dengan pemeriksaan fisik, lalu dilakukan
penatalaksanaan yang tepat sesuai penyebabnya.

Anda mungkin juga menyukai