REMAJA
Journal Reading
UNIB-RS. DR. M. Yunus
Pembimbing:
dr. Sri Utami Fajariyah, Sp.A.,
M.Kes
Disusun Oleh:
Salma Munifah
Antibiotics as Part of the
Management
of Severe Acute Malnutrition
Tujuan
Latar Belakang
• Malnutrisi akut berat menyebabkan 1 juta
kematian anak-anak tiap tahun. Dengan
menambahkan antibiotik dalam terapi nutrisi
diharapkan dapat mempercepat proses
pemulihan dan menurunkan angka kematian
anak-anak dengan malnutrisi akut berat yang
mendapatkan terapi.
ABSTRAK
Metode
• Penelitian ini menggunakan metode acak double blind,
menggunakan placebo controlled trial, secara acak
peneliti mengambil anak-anak dari malawi usia 6
bulan-59 bulan dengan malnutrisi akut berat tanpa
komplikasi untuk menerima amoxisilin, cefdinir, atau
plasebo selama 7 hari selain menambahkan terapi
makanan pada penatalaksanaan rawat jalan. Hasil
utamanya ialah angka perbaikan nutrisi dan angka
kematian
ABSTRAK
Hasil
• Sebanyak 2767 anak-anak dengan malnutrisi akut berat
telah terdaftar menjadi peserta. Terdapat 88,7% (dari
total anak yang diberikan amoxisilin), 90,9% (dari total
anak yang diberi cefdinir), dan 85,1% ( dari total anak
yang mendapatkan plasebo) mengalami pemulihan.
ABSTRAK
Kesimpulan
• Penambahan antibiotik terhadap regimen terapi pada
malnutrisi akut berat tanpa komplikasi dapat
mempercepat pemulihan dan menurunkan angka
mortalitas secara signifikan.
PENDAHULUAN
Malnutrisi akut berat menyebabkan kesakitan dan kematian
sangat besar pada lebih dari 20 juta anak di dunia. Selama 10
tahun terakhir penatalaksanaan utama untuk malnutrisi akut
berat adalah dengan memberikan susu formula yang telah di
fortifikasi
Pengawasan Penelitian
Penelitian ini telah disetujui oleh dewan etik Universitas Malawi, Universitas
Washington dan pemerintah Malawi. Perawat memberikan Informed Consent
secara lisan dan tulisan.
Metode
Prosedur Penelitian
Peserta dibagi ke dalam masing-masing kelompok intervensi ketika pengasuh
mengambil amplop berisi kode salah satu dari ketiga kelompok intervensi.
Pengasuh dan peneliti tidak mengetahui kelompok intervensi apa yang diberikan
kepada peserta tersebut. Intervensi obat dan placebo dibagikan dalam botol plastik
yang tidak tembus cahaya dengan jarum suntik yang sudah diberi tanda dosis.
Kemudian, perawat menginstruksikan kepada setiap pengasuh tentang cara
menggunakan jarum suntik tersebut untuk memberikan obat intervensinya dan
mengawasi dosis awal di klinik.
Metode
– Anak yang pada saat dilakukan follow up masih terdapat bipedal pitting edema atau
z-skor terhadap BB/TB(PB) tetap dibawah -2, akan dilanjutkan mendapatkan
persediaan RUTF selama 2 minggu dan mendapatkan konseling nutrisi.
– Anak-anak yang masih mengalami malnutrisi setelah 6 kali dilakukan follow up akan
dirujuk untuk dilakukan rawat inap.
– Anak-anak yang tidak dibawa untuk dilakukan follow up, akan dikunjungi ke rumah
untuk dilakukan follow up.
Metode
Analisis Statistik
– Titik akhir utama dari penelitian ini adalah pemulihan nutrisi dan angka
kematian dalam ketiga kelompok intervensi. Selain itu, dipilih satu jenis subgrup
untuk evaluasi hubungan antara tipe malnutrisi berat akut dengan intervensi
yang telah diberikan ditinjau bagaimana angka pemulihan dan angka
kematiannya.
– Hasil kedua yang diperhatikan termasuk peningkatan berat badan, peningkatan
tinggi badan, apakah antibiotik berhubungan dengan waktu pemulihan.
Pengolahan data menggunakan sistem statistik chi-square dibandingkan dengan
uji fisher.
Hasil
3212 anak-anak dengan malnutrisi akut berat yang teridentifikasi dari bulan
Desember 2009 -Januari 2011, setelah dilakukan pemeriksaan syarat kelayakan,
anak yang memenuhi persyaratan untuk mengikuti penilitian ini berjumlah 2767.
Tabel 1. Karakteristik anak-anak peserta penelitian.
Hasil
Intervensi Penelitian
924 anak secara acak masuk ke dalam kelompok amoxicillin, 923 masuk ke
kelompok cefdinir dan 920 masuk ke kelompok placebo. Dari total jumlah peserta
tidak didapati anak yang mengalami alergi atau anafilaksis setelah mendapatkan
intervensi.
Hasil
Hasil Sekunder
– Anak-anak dengan marasmic kwashiorkor pemulihannya jauh lebih lambat
daripada anak dengan marasmus atau kwashiokor
– Kaplan-Meier membuat analisis dalam bentuk kurva yang menjelaskan bahwa
waktu pemulihan pada cefdinir jauh lebih cepat daripada amoxicillin, dan waktu
pemulihan pada amoxicillin jauh lebih cepat dibandingkan dengan placebo.
– antibiotik juga menunjukkan peningkatan ukuran LLA yang cukup besar
dibandingkan dengan placebo.
Kurva waktu untuk pemulihan nutrisi
Hasil
Pada penelitian ini telah didapatkan bahwa dengan penambahan rutin antibiotik
seperti amoxicillin dan cefdinir sebagai penatalaksanaan malnutrisi akut berat pada
pasien rawat jalan menunjukkan peningkatan terhadap pemulihan dan penurunan
jumlah kematian serta peningkatan signifikan terhadap BB dan LLA.
Diskusi
– Tidak diketahui hasil evaluasi jangka panjang penggunaan rutin antibiotik pada
pasien malnutrisi akut berat tanpa komplikasi
Kesimpulan
1. Black RE, Allen LH, Bhutta ZA, et al. Maternal and child undernutrition: global and
regional exposures and health consequences. Lancet 2008;371:243-60.
2. Bhutta ZA, Ahmed T, Black RE, et al. What works? Interventions for maternal and
child undernutrition and survival. Lancet 2008;371:417-40.
3. Management of severe malnutrition: a manual for physicians and other senior
health workers. Geneva: World Health Organization, 1999.
4. Community-based management of severe acute malnutrition: a joint statement of
the World Health Organization, World Food Programme, the United Nations System
Standing Committee on Nutrition, and the United Nations Children’s Fund. Geneva:
World Health Organization, 2007
5. Ciliberto MA, Sandige H, Ndekha MJ, et al. Comparison of home-based therapy with ready-to-use
therapeutic food with standard therapy in the treatment of malnourished Malawian children: a
controlled, clinical effectiveness trial. Am J Clin Nutr 2005;81:864-70.
6. Friedland IR. Bacteraemia in severely malnourished children. Ann Trop Paediatric 1992;12:433-40.
7. Johnson AW, Osinusi K, Aderele WI, Adeyemi-Doro FA. Bacterial aetiology of acute lower respiratory
infections in preschool Nigerian children and comparative predictive features of bacteraemic and non-
bacteraemic illnesses. J Trop Pediatric 1993;39:97-106.
8. Wolf BH, Ikeogu MO, Vos ET. Effect of nutritional and HIV status on bacteraemia in Zimbabwean
children who died at home. Eur J Pediatr 1995;154:299-303.
9. Archibald LK, Kazembe PN, Nwanyanwu O, Mwansambo C, Reller LB, Jarvis WR. Epidemiology of
bloodstream infections in a bacille Calmette-Guérin-vaccinated pediatric population in Malawi. J Infect Dis
2003;188:202-8.
10. Norton EB, Archibald LK, Nwanyanwu OC, et al. Clinical predictors of bloodstream
infections and mortality in hospitalized Malawian children. Pediatr Infect
Dis J 2004;23:145-51.
11. Berkley JA, Lowe BS, Mwangi I, et al. Bacteremia among children admitted to a rural hospital in Kenya. N
Engl J Med 2005;352:39-47.
12. Babirekere-Iriso E, Musoke P, Kekitiinwa A. Bacteraemia in severely malnourished children in an HIV-
endemic setting. Ann Trop Paediatr 2006;26:319-28.
13. Bachou H, Tylleskär T, Kaddu- Mulindwa DH, Tumwine JK. Bacteraemia among severely malnourished
children infected and uninfected with the human immunodeficiency virus-1 in Kampala, Uganda. BMC Infect
Dis 2006;6:160.
14. Maitland K, Berkley JA, Shebbe M, Peshu N, English M, Newton CR. Children with severe malnutrition:
can those at highest risk of death be identified with the WHO protocol? PLoS Med 2006; 3(12):e500.
15. Sigaúque B, Roca A, Mandomando I, et al. Community-acquired bacteremia among children admitted to
a rural hospital in Mozambique. Pediatr Infect Dis J 2009;28:108-13.
Terima Kasih