Mata
Mata
• Pseudopterygium:
– Konjungtiva yang menempel di kornea
Hifema
• Diagnosis: Hifema ec trauma tumpul mata
• Tatalaksana awal pada trauma tumpul:
siklopegik/relaksasi dengan pilokarpin dan steroid topikal
untuk meredakan peradangan
• Secepatnya harus di rujuk ke dokter mata untuk irigasi
dengan memasukkan probe ke segmen anterior mata
(BMD) untuk mengeluarkan hifema (parasintesis:
kompetensi dokter spesialis mata) harus segera
dilakukan pada hifema yang penuh untuk mencegah
penyerapan hifema (darah) ke kornea blood staining
kornea (kebutaan permanen harus dilakukan keratoplasti)
• Pada hifema minimal (< ½ BMD, visus belum turun) dapat
diberikan terapi awal tanpa parasintesis, karena dapat
resorbsi spontan
Hordeolum
• Keywords: nyeri kelopak mata, massa berfluktuasi
• Hordeolum
– Infeksi fokal pada kelopak mata yang menyerang
• Kelenjar Zeis hordeolum eksterna
• Kelenjar Meibom hordeolum interna
– PatGen: sumbatan orifisium kelenjar stasis sekresi
infeksi, biasanya oleh S. aureus (90%)
– PF: nodul nyeri di tepi kelopak mata
– Tata laksana:
• Biasanya self-limiting, sembuh dalam 1-2 minggu
• Kompres hangat, masase
• Antibiotik topikal
• Insisi+drainase bila ukuran besar atau pengobatan konservatif tidak
berhasil
• Chalazion
– Peradangan kronik, noninfeksi, akibat
merembesnya sekresi kelenjar (Meibom atau Zeis)
ke jaringan sekitar dan memicu reaksi inflamasi
– Nodul tidak nyeri, beda dengan hordeolum
• Meibomitis – meibomian gland dysfunction
– Kelainan sekret kelenjar Meibom mata kering
• Blepharitis
– Inflamasi pada kelopak mata
– Gatal, panas, mata merah berair, krusta, fotofobia,
nyeri
– Peradangannya difus
Miastenia gravis
• Keywords: Perempuan, diplopia, kedua
kelopak mata terasa berat. Muncul setelah
beraktivitas. PF: ptosis pada mata kiri dan
kanan.
• Diagnosis: B. Miastenia gravis
Miastenia gravis
• Gangguan autoimun, kelemahan otot akibat
antibodi yang memblok reseptor asetilkolin
pada postsynaptic neuromuscular junction
• Awalnya menyebabkan kelemahan otot mata
(ptosis, diplopia), lalu ekstremitas dan
pernafasan menyebabkan disfagia, sesak
nafas, disartria
• Kelemahan otot bertambah setelah
beraktivitas, dan membaik dengan istirahat
Endolftalmitis
• Gejala dan tanda:
• Nyeri mata, kemerahan, buram, dan riwayat operasi katarak.
• Pasien tidak memakai obat mata dengan patuh.
• Injeksi silier, konjuctiva kemosis, COA keruh, hipopion, TIO
normal per palpasi.
Kekeruhan
Ringan Sebagian Seluruh Masif
Cairan lensa
Normal Bertambah Normal Berkurang
Iris
Normal Terdorong Normal Tremulans
Bilik mata
depan Normal Dangkal Normal Dalam
Sudut bilik
Normal Sempit Normal Terbuka
mata
Shadow test
(-) (+) (-) Pseudopositif
Penyulit
Uveitis,
Glaukoma
glaukoma
Jenis katarak (berdasarkan proses)
• Katarak insipien
– Kekeruhan terjadi di perifer korteks dan biasanya belum
menimbulkan gangguan tajam penglihatan.
• Katarak imatur
– Kekeruhan terjadi di posterior nukleus lensa dan belum mengenai
seluruh lapisan lensa (masih ada bagian yang jernih). Mulai
menimbulkan gangguan penglihatan.
• Katarak matur
– Kekeruhan sudah mengenai seluruh lensa dan terjadi penurunan
penglihatan yang sangat tajam
• Katarak hipermatur
– Bila katarak matur dibiarkan akan terjadi pencairan korteks dan
nukleus tenggelam ke bawah (katarak Morgagni) sehingga
merembes keluar dari kapsul lensa dan bisa menyebabkan
peradangan pada struktur mata yang lain atau lensa akan menjadi
keriput karena terus kehilangan cairan (shrunken katarak)
Jenis Katarak (Klasifikasi) Lain
• Katarak senilis: karena usia lanjut (pengeruhan
lensa degeneratif)
• Katarak sekunder: sekunder dari penyakit mata
sebelumnya, misalnya uveitis, atau ada riwayat
operasi sebelumnya
• Katarak komplikata: akibat komplikasi dari
penyakit tertentu misalnya DM
• Katarak traumatika: ada riwayat trauma,
kekeruhan berbentuk seperti bintang
Koreksi MiopiLensa sferis - terlemah
• Pada kasus, penglihatan pasien kabur saat
melihat papan tulis. PF: segmen anterior tenang,
visus 3/6 maju dgn pinhole. Pasien didiagnosis
miopi.
• Tatalaksana: koreksi menggunakan lensa sferis (-)
terlemah dengan hasil visus yang maksimal
• Berkebalikan pasien hipermetropia untuk koreksi
terbaik digunakan lensa sferis + terkuat
(berhubungan dengan rumus titik jauh dan
dioptri: berbanding terbalik)
Ambliopia
• Tidak membaik dengan koreksi