Anda di halaman 1dari 16

JOURNAL READING

PARADIGMA BARU PERAN DOKTER


DALAM PELAYANAN KEDOKTERAN
FORENSIK
Abstrak
Pelayanan kedokteran forensik semakin hari semakin luas, pada masa dahulu
hanya sebatas pemeriksaan korban tindak pidana yang meninggal, sekarang
sudah berkembng diantaranya pemeriksaan korban tindak pidana hidup,
kekerasan dalam rumah tangga, child abuse and neglect, perselisihan pada
perceraian, ragu ayah (dispute paternity) hingga ke pelanggaran hak asasi
manusia. Bentuk ekspertise dari dokter forensik saat ini, tidak hanya terbatas
pada hasil visum et repertum, akan tetapi juga pengeluaran surat keterangan
kematian dan pengisian asuransi. Pelayanan kedokteran forensik sebagian besar
dilakukan oleh dokter umum karena terbatasnya jumlah spesialis forensik. Peran
dokter umum dalam pelayanan kedokteran forensik antara lain pemeriksaan
korban tindak pidana hidup, pemeriksaan korban tindak pidana meninggal,
sebagai saksi ahli, mengeluarkan surat keterangan kematian, penanganan kasus
death on arrival, pengisian asuransi. Supaya tidak terjadi permasalahan terkait
dengan pelayanan kedokteran forensik, diharapkan dokter menambah
pengetahuan tentang kedokteran forensik dan aspek medikolegalnya.
Kata kunci : pelayanan kedokteran forensik-peran dokter
Pendahuluan
Pelayanan Kedokteran forensik adalah pelayanan
kesehatan yang meliputi korban hidup dan korban
mati yang berhubungan dengan tindak pidana.

Pada zaman dulu orang lebih mengenal


pelayanan forensik dengan pelayanan
pathologi, yaitu pelayanan forensik untuk
korban yang meninggal,(1) sehingga tidak
jarang seorang spesialis forensik identik
dengan dokter mayat.
Ruang Lingkup Pelayanan Kedokteran
Forensik
Ruang lingkup ilmu kedokteran forensik berkembang
dari waktu ke waktu. Pada mulanya hanya pada
kematian korban kejahatan, kematian yang tidak
terduga, mayat tidak dikenal hingga kejahatan
korban yang masih hidup, bahkan pemeriksaan
kerangka atau bagian dari tubuh manusia

Jenis perkaranyapun semakin meluas dari


pembunuhan, penganiayaan, kejahatan seksual,
kekerasan dalam rumah tangga, child abuseand
neglect, perselisihan pada perceraian, ragu ayah
(dispute paternity) hingga ke pelanggaran hak asasi
manusia.

Bentuk ekspertise dari dokter forensik saat ini,


tidak hanya terbatas pada hasil visum et
repertum, akan tetapi juga pengeluaran surat
keterangan kematian dan pengisian asuransi.
Dalam penanganan medis korban yang masih hidup ataupun korban
yang sudah meninggal mungkin saja akan melibatkan berbagai dokter
dengan keahlian klinis yang tidak hanya dokter spesialis forensik, akan
tetapi juga melibatkan dokter klinisi lain dan yang tidak kalah
pentingnya adalah dokter umum yang ada di Instalasi Gawat Darurat.

Adapun beberapa peran dari dokter yang sering terkait dengan


pelayanan forensik adalah
 1. Peran dokter dalam memeriksa korban tindak pidana hidup.
 2. Peran dokter dalam pemeriksaan kasus kejahatan seksual.
 3. Peran dokter dalam pemeriksaan jenazah.
 4. Peran dokter dalam menangani kasus DOA.
 5. Tatacara pengeluaran surat keterangan kematian.
 6. Peran dokter sebagai saksi ahli
Peran Dokter dalam Menangani Kasus
Tindak Pidana Hidup
 Seorang dokter sebagaimana pasal  Pasien yang termasuk kedalam
179 KUHAP wajib memberikan lingkup pelayanan forensik klinik
keterangan yang sebaik-baiknya adalah pasien datang dengan surat
dan yang sebenarnya menurut permintaan visum, pasien korban
pengetahuan di bidang keahliannya tindak pidana penganiayaan, pasien
demi keadilan korban kecelakaan lalu lintas,
 Ketentuan tentang bantuan dokter pasien dengan luka yang tidak jelas
untuk kepentingan peradilan penyebabnya, pasien korban
didalam KUHAP tercantum kekerasan seksual, pasien korban
didalam pasal 133 dan 179 dan kecarunan/peracunan, pasien
180. Seorang dokter jika datang dengan surat permintaan
dimintakan kepadanya untuk visum.
membuatkan visum et repertum,  Dokter baru akan mengelurkan
maka secara hukum dokter wajib hasil visum et repertum jika ada
melakukan dan tidak ada alasan permintaan tertulis dari penyidik
untuk menolak. yaitu berupa surat permintaan
visum (SPV).
 Beberapa hal yang akan dituangkan dalam  Pada bagian kesimpulan, permasalahan
visum et repertum korban hidup adalah: sering terjadi dalam penentuan derajat luka.
1. Kronologis kejadian Derajat luka sangat berkaitan dengan jenis
2. Keadaan umum pasien penganiayaan yang dilakukan dan berat
ringannya ancaman hukuman terhadap
3. Luka/cedera yang ditemukan pelaku.
4. Tindakan yang dilakukan terhadap pasien  Pada umumnya penentuan derajat luka
5. Keadaan sewaktu dalam perawatan dan tidaklah sulit bagi dokter akan tetapi
keadaan waktu pulang sampai saat ini belum ada standarisasi dari
penentuan derajat luka, dokter hanya akan
6. Pada kesimpulan harus dijelaskan membuat derajat luka berdasarkan
luka/cedera, kekerasan penyebab dan pemikiran mereka masing – masing,
derajat/kwalifikasi luka sehingga derajat luka bisa berbeda antara
 Kesemua unsur diatas harus dituangkan ke satu dokter dengan dokter yang lainnya.
dalam visum et repertum, yang dibuatkan Hal ini tidak menjadi masalah sepanjang apa
dalam bentuk kalimat dan dalam bahasa yang dibuat oleh dokter bisa
Indonesia yang baku. dipertanggungjawabkan secara ilmiah.

 Deskripsi luka merupakan bagian yang


cukup penting dalam visum et repertum.
Tatacara penulisan luka adalah dengan
urutan : regio, koordinat, jenis luka,
deskripsi luka dan ukuran luka.
Guna memudahkan dalam penentuan
derajat luka, bisa dengan cara sebagai
berikut :
 1. Jika ada luka, lihat apakahmemenuhi  Setelah ditentukan derajat luka, selanjutnya
kriteria dalam pasal 90 KUHP, yaitu luka kalimat yang akan ditulis didalam
yang tidak dapat diharapkan sembuh kesimpulan visum adalah: jika luka derajat
dengan sempurna menimbulkan bahaya tiga, kalimatnya sesuai dengan kriteria
maut, terus menerus tidak dapat dalam pasal 90 KUHP yang cocok dengan
menjalankan pekerjaan, jabatan/pencaharian, luka/cedera yang ditemukan.
hilangnya panca indra, kudung, lumpuh,  Jika derajat dua, dipakai kalimat yang ada di
gangguan daya pikir lebih 4 minggu, Pasal 351 KUHP (penganiayaan) yaitu :
gugur/matinya kandungan. Jika memenuhi “cedera/luka tersebut tidak menimbulkan
salah satu kriteria ini, maka luka adalah luka penyakit/halangan dalam menjalankan
derajat tiga. pekerjaan/jabatan dan pencahariannya”
 2. Jika luka tidak memenuhi pasal 90 KUHP,  Dan jika derajat satu, dipakai kalimat yang
maka luka adalah derajat satu atau derajat ada di pasal 352 KUHP (penganiayaan
dua. Untuk menentukan apakah derajat ringan) yaitu: cedera/luka tersebut telah
satu atau dua, perhatikan hal berikut : menimbulkan penyakit/halangan dalam
apakah luka mutlak perlu perawatan dokter, menjalankan pekerjaan/jabatan dan
apakah akibat luka menyebabkan gangguan pencahariannya untuk sementara waktu”.
fungsi tubuh atau apakah jumlah luka
banyak dan lokasinya apakah di tempat
yang vital
 Jika memenuhi salah satu dari kriteria
diatas, maka luka derajat dua, tetapi jika
tidak memenuhi kriteria diatas maka luka
derajat tiga.
 Ketentuan siapa yang harus menandatangani harus
disepakati oleh rumah sakit masing – masing. Untuk
rumah sakit yang ada dokter spesialis forensik, biasanya
pengeluaran visum et repertum, ditandatangan oleh
dokter spesialis forensik jika dia yang memeriksa, akan
tetapi jika bukan dokter forensik yang memeriksa, dan
untuk meningkatkan nilai dari visum et repertum, maka
dokter spesialis forensik ikut menandatangani sebagai yang
mengetahui.
PERAN DOKTER DALAM PEMERIKSAAN
KORBAN KEJAHATAN SEKSUAL
 Pada kasus kejahatan seksual tugas  Penetrasi penis ke dalam vagina
dokter adalah mencari adanya dapat mengakibatkan robekan
tandatanda kekerasan dan adanya selaput dara atau bila dilakukan
tanda-tanda persetubuhan. dengan kasar dapat merusak
 Pembuktian persetubuhan selaput lendir daerah vulva dan
dilakukan dengan dua cara yaitu vagina ataupun laserasi, terutama
membuktikan adanya penetrasi daerah posterior fourchette.
(penis) kedalam vagina dan atau  Robekan selaput dara akan
anus/oral dan membuktikan adanya bermakna jika masih baru, masih
ejakulasi atau adanya air mani menunjukan adanya tanda
didalam vagina/anus. kemerahan disekitar robekan.
 Pembuktian ini memerlukan waktu  Pembuktian persetubuhan akan
yang sangat singkat antara kejadian menghadapi kendala jika : korban
dengan pemeriksaan/pengambilan dengan selaput dara yang
barang bukti. sebelumnya telah robek lama,
korban diperiksa sudah lama,
korban yang memiliki selaput dara
elastis, penetrasi yang tidak
lengkap.
 Pembuktian persetubuhan
yang lain adalah dengan
memeriksa cairan mani di
dalam liang vagina korban
 Dari pemeriksaan cairan
mani akan diperiksa sel
spermatozoa dan cairan
mani sendiri. Namun kendala
dalam pemeriksaan cairan
mani adalah korban yang
sebelumnya berhubungan
seksual dengan orang lain,
korban yang terlambat
diperiksa, koitus interuptus,
pelaku memakai kondom.
PERAN DOKTER DALAM PEMERIKSAAN
KORBAN TINDAK PIDANA MATI
 Pemeriksaan korban tindak  Tatacata pemeriksaan dan
pidana yang sudah meninggal, pencatatan dalam visum et
permintaan visum biasanya repertum adalah memeriksa
meliputi dua jenis pemeriksaan, semua bagian tubuh jenazah
yaitu pemeriksaan luar dan dengan mencatat ke dalam
pemeriksaan dalam (otopsi). formulir laporan obduksi.
 Dokter umum, sebenarnya  Prinsipnya tidak ada satu bagian
tidak dibebankan untuk bisa tubuhpun yang luput dari
melakukan pemeriksaan dalam, pemeriksaan.
kalau masih memungkinkan  Pada bagian kesimpulan dokter
untuk mendatangkan dokter hanya menulis luka yang
spesialis forensik. ditemukan, kekerasan penyebab
 Sedangkan untuk pemeriksaan dan sebab kematian.
luar jenazah merupakan  Cara mati bukan kewenangan
kompetensi dokter umum dokter untuk menyatakan
untuk melakukannya. dalam visum et repertum.
PERAN DOKTER DALAM PENANGANAN
KASUS DOA
 DOA (Death on Arrival) adalah  Sedangkan jika dalam pemeriksaan dan
merupakan keadaan dimana pasien wawancara dengan pengantar,
atau korban ditemukan dalam keadaan disimpulkan kematian wajar maka
sudah meninggal ditempat pelayanan. jenazah boleh dibawa pulang.
 Jika dokter menemukan kasus DOA,  Untuk kasus DOA, prinsip utama yang
yang harus dilakukan adalah harus diperhatikan dokter adalah
memeriksa pasien, melihat ada tanda memperkirakan cara kematian korban,
kekerasan/ kemungkinan kasus tindak apakah wajar atau tidak wajar guna
pidana dan sebelumnya sudah penatalaksanaan selanjutnya.
melakukan wawancara dengan
pengantar mengenai kondisi terakhir
jenazah dan kronologis kejadian.
 Jika ditemukan/dicurigai suatu tindak
pidana atas kematian korban, maka
dokter menganjurkan pengantar atau
petugas rumah sakit untuk melapor ke
polisi di wilayah tempat kejadian
perkara. Selanjutnya jenazah ditahan di
rumah sakit sampai penyidik
memutuskan untuk tindakan forensik
selanjutnya
TATACARA PENGELUARAN SURAT
KEMATIAN
 Surat keterangan kematian termasuk  Dalam hal kematian berkaitan dengan
kedalam salah satu dari sekian banyak tindak pidana tertentu, pastikan bahwa
surat keterangan yang dikeluarkan prosedur hukum telah dilakukan
oleh dokter. sebelum dikeluarkan surat keterangan
 Surat keterangan dokter adalah kematian.
keterangan tertulis yang dibuat oleh  Surat keterangan kematian tidak boleh
dokter untuk tujuan tertentu tentang atas seseorang yang mati diduga akibat
kesehatan atau penyakit pasien, atas suatu peristiwa pidana tanpa
permintaan pasien atau atas pemeriksaan kedokteran forensik
permintaan pihak ketiga dengan terlebih dahulu.
persetujuan pasien atau atas perintah  Surat keterangan kematian minimal
undang – undang. berisi, identitas korban, tanggal
 Surat keterangan kematian adalah kematian, jenis pemeriksaan, sebab
surat yang menyatakan bahwa kematian. Pada rumah sakit yang sudah
seseorang sudah meninggal. Surat ada dokter spesialis forensik dan
keterangan kematian dibuat atas dasar sistem pengeluaran jenazah satu pintu
pemeriksaan jenazah, minimal ke Bagian forensik, maka surat
pemeriksaan luar. keterangan kematian untuk seluruh
mayat yang meninggal di rumah sakit
dikeluarkan oleh dokter spesialis
forensik.
PERAN DOKTER SEBAGAI SAKSI AHLI
 Saksi ahli diperlukan pada proses  Keterangan ahli harus diberikanoleh
pidana/peradilan untuk menjelaskan suatu seorang ahli yang memenuhi persyaratan
perkara yang masih diragukan. Saksi ahli kualifikasi dan berisikan keterangan yang
akan memberikan ketengan yang disebut berada dalam lingkup keahliannya (bukan
keterangan ahli. keterangan yang bersifat awam). Ahli tidak
 Keterangan ahli adalah keterangan yang perlu harus melihat, memeriksa atau
diberikan oleh seorang yang memiliki mengalami sendiri, melainkan dapat pula
keahlian khusus tentang hal yang diperlukan hanya memberikan pendapatnya
untuk membuat terang suatu perkara berdasarkan keilmuanya.
pidana guna kepentingan pemeriksan  Saksi ahli haruslah bersikap jujur, obyektif,
(Pasal1 Butir 28 KUHAP). menyeluruh, ilmiah dan tidak memihak
(imparsial).
 Keterangan saksi berbeda dengan  Dokter diharapkan untuk menghindari
keterangan ahli, keterangan saksi diberikan berbicara terlalu banyak, berbicara terlalu
berdasarkan pada hal yang dilihat, didengar` dini, dan berbicara dengan orang yang tidak
atau dialami sendiri sedangkan pendapat berhak mendengar.
atau sangkaan yang diperoleh dari hasil  Penampilan saksi ahli dipengadilanpun
pemeriksaan bukanlah merupakan jangan melecehkan diri sendiri ataupun
keterangan saksi. Sedangkan keterangan ahli lawan bicara. Ia harus hadir tepat waktu,
diberikan berdasarkan keilmuan/keahlian berpakaian rapi, sikap yang santun,
yang dimiliki. menyiapkan data kasus, bersikap tegas dan
yakin, mengutarakan sesuatu yang benar
dan objektif serta menyeluruh.
Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai